Denpasar (Antara Bali) - Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mendorong perjuangan petani Bali diarahkan melalui gagasan yang lebih baik karena dalam era global dihadapkan pada persaingan teknologi dan manajemen usaha.

"Perjuangan petani kita saat ini tidak cukup untuk mempertahankan hak atas tanah, tetapi perlu dibarengi pemikiran lebih baik dalam proses produksi, pengolahan, sampai pemasaran produk pertanian. Lawan-lawan yang kita hadapi bukan hanya maju dalam soal modal, namun juga teknologi dan manajemen usaha," kata Ngurah Karyadi selaku anggota Dewan Nasional KPA di Denpasar, Sabtu.

Menurut dia, gerakan pembenahan pemikiran dari para petani dan juga anggota KPA yang terdiri atas unsur petani, nelayan, LSM, mahasiswa dan tokoh masyarakat sangat diperlukan apalagi di tengah kemauan politik pemerintah yang tidak terlalu serius memihak petani.

"Gerakan pembenahan pemikiran dan koreksi dalam perjuangan petani saat ini menjadi kebutuhan yang mendesak karena ke depannya perjuangan cukup berat. Hal yang bisa dilakukan dalam waktu dekat setidaknya momentum peringatan Hari Tani pada 24 September 2013 harus dimanfaatkan untuk mendesak agenda pembaruan agraria," ucapnya serangkaian Musyawarah Wilayah KPA Bali itu.

Sementara itu, Agustiana dari KPA Pusat mengatakan musyawarah wilayah menjadi kesempatan untuk membenahi struktur sampai tingkat desa karena di sana bisa dilaksanakan diskusi untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan dan mengecek kekuatan politik serta ekonomi yang akan dibangun.

"Tidak mungkin suatu organisasi dapat membangun kalau tidak paham kondisi internalnya. Setelah mengetahui keadaan internal, selanjutnya diikuti dengan program strategis wilayah menyangkut penyelesaian sengketa/konflik tanah, peruntukan tanah negara yang menjadi eks perkebunan, hutan dan pesisir, serta pendayagunaan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," ujarnya.

Dalam Muswil KPA ini juga disampaikan laporan pertanggungjawaban dari Koordinator KPA Bali Made Indrawati. Ia juga mengakui beberapa gerakan di Bali belum maksimal.

"Secara organisasi, KPA belum bisa mendorong serikat petani untuk menggerakkan roda organisasi. Anggota KPA yang terdiri dari beberapa LSM yang bisa menjadi teman berjejaring menggolkan gerakan kami belum maksimal," ujarnya.

Padahal, ujar dia, posisi petani di Bali harus diperkuat untuk menyambut Pasar Bebas ASEAN (AFTA) dan Komunitas Ekonomi ASEAN. (LHS)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013