Jakarta (Antara Bali) - Kepopuleran makanan Indonesia di Belanda
membuat komunitas Islam di negeri Kincir Angin itu dapat menikmati
hidangan buka puasa seperti di tanah air.
"Makanan
Indonesia di Belanda sudah cukup populer bagi masyarakat Belanda,
bahkan sudah dianggap makanan 'kedua' bagi masyarakat Belanda," tulis
Danang Waskito, Sekretaris I Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Den Haag dalam surel kepada ANTARA News.
Di
Belanda, kolak dan kurma juga biasa menjadi menu berbuka puasa. Makanan
Indonesia yang lainnya juga sudah populer di lidah dan kosakata
masyarakat Belanda, seperti Nasi Goreng, Nasi Toempeng, Rijstaffel,
Rendang Padang, Sajur Loedeh, Sambal, Kroepoek.
"Bahan makanan Indonesia cukup mudah didapat di Belanda," lanjut Danang.
Menurut
data KBRI Den Haag, tercatat 1600 toko/warung/restoran di Belanda yang
menjual bahan makanan dan hidangan Indonesia. Salah satunya adalah
Hobema Market, pasar tradisional di Den Haag yang ramai selama Ramadhan.
Pasar yang cukup dikenal komunitas Indonesia dan Arab itu menjual berbagai keperluan Ramadhan seperti bahan makanan dan pakaian dengan harga yang lebih murah dibandingkan di pasar modern.
Supermarket besar seperti Albert Heijn juga menyediakan makanan buka puasa, seperti dikemukakan Vidya Koesoemadinata, warga negara Indonesia yang menetap di Den Haag selama 1,5 tahun.
Pasar yang cukup dikenal komunitas Indonesia dan Arab itu menjual berbagai keperluan Ramadhan seperti bahan makanan dan pakaian dengan harga yang lebih murah dibandingkan di pasar modern.
Supermarket besar seperti Albert Heijn juga menyediakan makanan buka puasa, seperti dikemukakan Vidya Koesoemadinata, warga negara Indonesia yang menetap di Den Haag selama 1,5 tahun.
"Cukup terkejut
juga ketika mendapati salah satu jaringan supermarket besar di Belanda,
Albert Heijn, menyediakan 1 rak kecil untuk menjual makanan buka puasa
Turki," katanya.
Komunitas muslim Indonesia di
Belanda tahun ini menunaikan ibadah puasa selama sekitar 19 jam, mulai
sekitar pukul 03.30 hingga 22.00.
Sementara itu, Vidya
tidak mengalami kesulitan dalam mengajarkan anaknya berpuasa. Dia
menyekolahkan anaknya di sekolah internasional yang terbiasa dengan
berbagai budaya dan agama sehingga tidak ada larangan untuk anak belajar
puasa.
"Jadi anak-anak bisa tetap berpuasa walaupun sekolah, bisa skip snack time dan lunch time," jelasnya.
Dia
menuturkan, tantangan berpuasa di Belanda tahun ini adalah menjalankan
buka puasa, shalat tarawih, dan sahur dalam waktu singkat. Waktu berbuka
puasa jatuh pada pukul 22.00, sementara Isya pukul 00.00, dan subuh
pukul 3 pagi.
"Tarawih sering terkantuk-kantuk
karena malam sudah larut, setelah tidur sebentar, sahur pun terasa berat
untuk bangun karena masih mengantuk dan perut masih terasa penuh,"
ujarnya.
Hal itu pun membuatnya merasa sulit untuk mengajak anak-anak melaksanakan tarawih berjamaah di masjid. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013