Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali menggelar "tirtayatra" atau perjalanan suci ke Pura Blambangan, Banyuwangi dan Pura Mandara Giri Semeru Agung, Lumajang, Jawa Timur selama dua hari, 31 Juli-1 Agustus 2013.
"'Tirtayatra' kali ini diikuti sekitar 280 orang dari jajaran SKPD Pemprov Bali," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Rabu.
Perjalanan suci itu dipimpin Gubernur Made Mangku Pastika bersama pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Provinsi Bali dan beberapa pemimpin upacara keagamaan yang berangkat bersama-sama dari Jaya Sabha, rumah jabatan gubernur di Denpasar sekitar 07.00 Wita.
Sebelum menyeberang menuju Jawa Timur, rombongan yang berangkat dengan menggunakan tujuh bus besar itu melakukan persembahyangan bersama terlebih dulu di Pura Rambut Siwi di Kabupaten Jembrana.
Selama sekitar satu jam perjalanan dari Ketapang, Banyuwangi, rombongan dijadwalkan tiba di Pura Blambangan sekitar pukul 12.30 WIB dan langsung melakukan persembahyangan bersama.
Rombongan kemudian melanjutkan "tirtayatra" ke Pura Mandara Giri Semeru Agung, Lumajang, yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan.
Setelah tiba di pura yang terletak di lambung Gunung Semeru itu jajaran Pemprov Bali kemudian dijadwalkan akan melakukan persembahyangan bersama sebanyak tiga kali pada malam hari sesaat setelah tiba yakni sekitar pukul 19.00 dan 22.00 WIB.
Persembahyangan di pura megah seluas sekitar dua hektare itu dilanjutkan keesokan harinya pada Kamis (1/8) sekitar pukul 07.00 WIB sebelum bertolak kembali ke Pulau Dewata.
Teneng menjelaskan bahwa kegiatan perjalanan suci itu dilaksanakan untuk memohon keselamatan umat manusia dan alam.
Umat Hindu dari Bali dan berbagai daerah di Tanah Air kini semakin banyak melakukan ritual perjalanan suci ke dua pura tersebut sebagai kewajiban umat dalam melakukan sujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Dalam melaksanakan rangkaian ritual baik di Pura Blambangan, Banyuwangi dan Pura Mandara Giri Semeru Agung, Lumajang, perpaduan dua unsur budaya yakni Jawa dan Bali terasa begitu kental.
Tak hanya dari sisi pelaksanaan ritual tetapi juga sarana upacara dan bangunan pura yang memadukan dua unsur budaya yang saling melengkapi. (DWA/M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"'Tirtayatra' kali ini diikuti sekitar 280 orang dari jajaran SKPD Pemprov Bali," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Rabu.
Perjalanan suci itu dipimpin Gubernur Made Mangku Pastika bersama pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Provinsi Bali dan beberapa pemimpin upacara keagamaan yang berangkat bersama-sama dari Jaya Sabha, rumah jabatan gubernur di Denpasar sekitar 07.00 Wita.
Sebelum menyeberang menuju Jawa Timur, rombongan yang berangkat dengan menggunakan tujuh bus besar itu melakukan persembahyangan bersama terlebih dulu di Pura Rambut Siwi di Kabupaten Jembrana.
Selama sekitar satu jam perjalanan dari Ketapang, Banyuwangi, rombongan dijadwalkan tiba di Pura Blambangan sekitar pukul 12.30 WIB dan langsung melakukan persembahyangan bersama.
Rombongan kemudian melanjutkan "tirtayatra" ke Pura Mandara Giri Semeru Agung, Lumajang, yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan.
Setelah tiba di pura yang terletak di lambung Gunung Semeru itu jajaran Pemprov Bali kemudian dijadwalkan akan melakukan persembahyangan bersama sebanyak tiga kali pada malam hari sesaat setelah tiba yakni sekitar pukul 19.00 dan 22.00 WIB.
Persembahyangan di pura megah seluas sekitar dua hektare itu dilanjutkan keesokan harinya pada Kamis (1/8) sekitar pukul 07.00 WIB sebelum bertolak kembali ke Pulau Dewata.
Teneng menjelaskan bahwa kegiatan perjalanan suci itu dilaksanakan untuk memohon keselamatan umat manusia dan alam.
Umat Hindu dari Bali dan berbagai daerah di Tanah Air kini semakin banyak melakukan ritual perjalanan suci ke dua pura tersebut sebagai kewajiban umat dalam melakukan sujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Dalam melaksanakan rangkaian ritual baik di Pura Blambangan, Banyuwangi dan Pura Mandara Giri Semeru Agung, Lumajang, perpaduan dua unsur budaya yakni Jawa dan Bali terasa begitu kental.
Tak hanya dari sisi pelaksanaan ritual tetapi juga sarana upacara dan bangunan pura yang memadukan dua unsur budaya yang saling melengkapi. (DWA/M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013