Jakarta (Antara Bali) - Hasil riset terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan
mayoritas publik atau 51,5 persen responden ragu atau kurang dipercaya
atas komitmen moral prilaku para elite politik.
Peneliti LSI, Rully Akbar kepada pers di Jakarta, Minggu, mengatakan, hanya 37,5 persen responden yang percaya dengan komitmen moral para elite politik, sedangkan sisanya 11,0 persen responden tidak menjawab.
Survei LSI itu dilaksanakan pada 3--5 Juli 2013, menggunakan sistem "Quick Poll" dengan Smartphone LSI, metode sampling "multistage random sampling", jumlah responden 1.200 orang, serta tingkat kesalahan sekitar 2,9 persen.
"Survei dilengkapi dengan riset kualitatif (Forum Discussion Group, indepth dan analisis media nasinal," ujarnya.
Rully menjelaskan, persepsi publik atas ketidakpercayaan komitmen moral para elite politik meningkat sekitar 17 persen dibanding survei LSI delapan tahun silam.
"Ketidakpercayaan publik atas moral elite politik pada survei LSI tahun 2005 (34,6 persen), tahun 2009 (39,6 persen) dan Juli 2013 (51,5 persen)," katanya.
Rully mengatakan, dalam survei LSI itu ditemukan tiga penyebab ketidakpercayaan atas moral elite politik, pertama mayoritas publik menilai tak banyak elite yang bisa dijadikan teladan.
Hal itu tercatat dalam survei bahwa 52,10 persen responden menyatakan lebih banyak elite politk yang tidak bisa menjadi teladan masyarakat, hanya 47,10 persen responden yang menyatakan bisa menjadi teladan, dan 0,80 persen tidak menjawab.
Kedua, katanya, mayoritas publik menilai banyak politisi yang hipokrit yaitu apa yang diucapankan tidak sesuai dengan perbuatannya.
"Dalam survei hanya 26,70 persen responden menyatakan ucapan elite sesuai dengan perbuatan, sebanyak 65,30 persen responden menyatakan berbeda dengan perbuatannya, sedang 8,00 persen responden tidak menjawab," ujar Rully.
Ketiga, mayoritas publik menilai ada jarak antara klaim agama dan prilaku para elite politik.
Hal tersebut, katanya, terlihat dalam survei bahwa 37,5 reponden menilai politisi selama ini bertindak bertentangan dengan ajaran agamanya, hanya 36,5 persen reponden yang menilai sesuai, sedang 26,0 persen responden tak menjawab.
Rully menambahkan, survei mencatat bahwa publik mengharapkan agar puasa Ramadhan 2013, bisa menjadi momentum perbaikan prilaku para elite politik. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Peneliti LSI, Rully Akbar kepada pers di Jakarta, Minggu, mengatakan, hanya 37,5 persen responden yang percaya dengan komitmen moral para elite politik, sedangkan sisanya 11,0 persen responden tidak menjawab.
Survei LSI itu dilaksanakan pada 3--5 Juli 2013, menggunakan sistem "Quick Poll" dengan Smartphone LSI, metode sampling "multistage random sampling", jumlah responden 1.200 orang, serta tingkat kesalahan sekitar 2,9 persen.
"Survei dilengkapi dengan riset kualitatif (Forum Discussion Group, indepth dan analisis media nasinal," ujarnya.
Rully menjelaskan, persepsi publik atas ketidakpercayaan komitmen moral para elite politik meningkat sekitar 17 persen dibanding survei LSI delapan tahun silam.
"Ketidakpercayaan publik atas moral elite politik pada survei LSI tahun 2005 (34,6 persen), tahun 2009 (39,6 persen) dan Juli 2013 (51,5 persen)," katanya.
Rully mengatakan, dalam survei LSI itu ditemukan tiga penyebab ketidakpercayaan atas moral elite politik, pertama mayoritas publik menilai tak banyak elite yang bisa dijadikan teladan.
Hal itu tercatat dalam survei bahwa 52,10 persen responden menyatakan lebih banyak elite politk yang tidak bisa menjadi teladan masyarakat, hanya 47,10 persen responden yang menyatakan bisa menjadi teladan, dan 0,80 persen tidak menjawab.
Kedua, katanya, mayoritas publik menilai banyak politisi yang hipokrit yaitu apa yang diucapankan tidak sesuai dengan perbuatannya.
"Dalam survei hanya 26,70 persen responden menyatakan ucapan elite sesuai dengan perbuatan, sebanyak 65,30 persen responden menyatakan berbeda dengan perbuatannya, sedang 8,00 persen responden tidak menjawab," ujar Rully.
Ketiga, mayoritas publik menilai ada jarak antara klaim agama dan prilaku para elite politik.
Hal tersebut, katanya, terlihat dalam survei bahwa 37,5 reponden menilai politisi selama ini bertindak bertentangan dengan ajaran agamanya, hanya 36,5 persen reponden yang menilai sesuai, sedang 26,0 persen responden tak menjawab.
Rully menambahkan, survei mencatat bahwa publik mengharapkan agar puasa Ramadhan 2013, bisa menjadi momentum perbaikan prilaku para elite politik. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013