Denpasar (Antara Bali) - Perupa Nyoman Erawan menampilkan karya lukis yang merefleksikan kegelisahannya menghadapi arus modernitas saat ini dalam sebuah pameran di Maha Art Gallery di Sector Bar, Sanur, Denpasar.

"Adanya keriuhan dunia yang carut marut menuntut kita manusia untuk selalu waspada. Dalam lukiskan saya itu menggambarkan wajah manusia yang selalu waspada," katanya ketika ditemui di sela-sela pameran bersama bertajuk "Oasis to Be" di Sanur, Jumat.

Selain Erawan, empat perupa terkemuka Indonesia, juga tampil seperti Mella Jaarsma, Titarubi, Nyoman Erawan, Jompet Kuswidananto, dan S Teddy D Pamera.

Karya-karya mereka dipajang mulai 25 Maret hingga 10 Mei mendatang bersama dengan karya maestro Affandi.

Erawan menampilkan dua lukisan yang merupakan potret dengan ekspresi kegelisahan ketika berhadapan dengan pengaruh dunia saat ini. Kedua lukisan itu berjudul "Waspada" dengan "Api, Depresi dan Daun".

"Untuk tema 'Waspada', dimaksudkan sebagai gambaran psikologis sosial manusia saat ini, sedangkan tema kedua dimaksudkan bahwa manusia senantiasa berada dalam kepungan pengaruh baik dan buruk. Keburukan disimbolikkan dengan kekuatan api, sedangkan daun melambangkan kebaikan atau sesuatu yang memberi kehidupan," ujarnya.

Seniman dengan penampilan khas kepala plontos itu mengemukakan kesadaran manusia sangatlah penting dan hal itu bisa dicapai dengan terus membaca diri dan lingkungan sekitarnya.

Dalam tahapan itu, sambung Erawan, manusia berada dalam kondisi depresi atau dalam tekanan pengaruh dua kekuatan tersebut. "Di sinilah kearifan manusia Bali di tengah keriuhan yang ada mampu bergerak mengasah kepekaan untuk berubah," katanya.

Manusia Bali, ujar dia, punya kekuatan untuk berubah menghadapi arus modernitas atau perubahan tersebut. Hanya saja mereka tidak mau secara revolusioner, namun tetap dilandasi semangat idealisme dengan tidak meninggalkan identitas budaya yang dimiliki.

Selain pameran, MahaArt Gallery juga memutar video perjalanan maestro Affandi yang dibuat oleh sang cucu Selarti Venetsia dan editing oleh Afrizal Malna.

Dalam tayangan tersebut digambarkan bagaimana perjalanan hidup seniman aneh asal Yogyakarta itu, baik dari sisi sebagai seniman maupun sisi kemanusiaanya.

"Itu belum pernah ditayangkan di depan publik, jadi pasti menarik minat bagi yang belum mengetahui," kata pemilik Maha Art Gallery Agus Usadha.

Ia menjelaskan, pameran itu merupakan salah satu upaya galeri menghadirkan karya para perupa yang telah memiliki reputasi nasional dan internasional.

"Kehadiran karya mereka akan menjadi wahana apresiasi yang menarik bagi kita semua," katanya.

Menurut Agus, lewat pameran ini dirinya berupaya menghadirkan karya seni kontemporer yang diharapkan ikut menyemarakkan jagat seni rupa di Bali sekaligus mendorong apresiasi masyarakat terhadap seni rupa.

Hadirnya perupa Nyoman Erawan, Mella Jaarsma, S. Teddy D, Titarubi dan Jompet Kuswidananto yang bersanding dengan karya Affandi dalam pameran ini, menurut kurator Afrizal Malna, dianggap sebagai representatif dari tema pameran.

Kelima perupa, di luar Affandi, katanya, merupakan seniman yang dalam kapasitasnya masing-masing telah melakukan berbagai strategi visual dan ekperimen berbagai media dalam karya-karya mereka.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010