Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Bali I Made Rentin menyebut tutupan hutan di Bali kurang sekitar 7 persen untuk mencapai batas paling rendah standar area yang ditumbuhi pohon di Bali.
“Kurang lebih kurang 7 persen sekian, kami didampingi oleh kelompok ahli gubernur telah memetakan hampir di sebagian besar kabupaten/kota ada lahan area kosong yang perlu diberikan intervensi dengan penanaman pohon,” kata dia di Denpasar, Selasa.
Rentin di sela Apel Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi menyebut semestinya tutupan hutan di Bali setidaknya 30 persen dari luasan hutan, namun setelah banjir besar September lalu terkuak bahwa masih mengalami kekurangan dan saat ini di angka 23,27 persen.
DKLH Bali menargetkan kekurangan ini dapat tercapai tidak lewat dari tahun 2027, dengan menggencarkan giat penanaman pohon baik jenis mangrove, pohon buah, atau pohon kayu.
“DKLH Bali berkontribusi dalam penyiapan bibit pohon tersebut, sehingga kita berharap terjadi pemerataan tutupan di seluruh wilayah di Provinsi Bali,” ujarnya.
“Pak Gubernur memiliki target dan ekspektasi yang cukup terukur, sampai dua tahun ke depan, tidak lewat dari 2027 dengan gerakan gotong royong penanaman pohon semesta berencana, cakupan tutupan hutan di Bali bisa mendekati atau bahkan melampaui 30 persen,” sambung Rentin.
Setelan banjir besar melanda Bali pada September lalu, Pemprov Bali memulai gerakan penanaman pohon dan bersih sungai untuk mengantisipasi kejadian yang sama terulang, apalagi kini Bali memasuki musim hujan.
Pada tahap pertama puluhan ribu pegawai Pemprov Bali, personel lintas lembaga, dan masyarakat terlibat dalam gerakan penanaman pohon dan bersih sungai, disusul bulan berikutnya yaitu November lalu.
Jika kegiatan ini konsisten berjalan, Kepala DKLH Bali itu meyakini target tutupan hutan akan tercapai dan mencegah Bali mengalami banjir.
Belum lagi didukung kegiatan normalisasi sungai, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk mencegah banjir besar terulang.
Editor : Widodo Suyamto Jusuf
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2025