Denpasar (Antara Bali) - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik menyatakan bangga atas prakarsa PT Angkasa Pura (Persero) I Bandara Ngurah Rai untuk membukukan perjalanan selama 80 tahun bandara kebanggaan masyarakat Bali itu.
"Saya merasa bangga dengan terbitnya buku tentang perjalanan Bandara Ngurah Rai mulai tahun 1930 hingga 2010," kata Jero Wacik di Tuban, Bali, Minggu.
Pada peresmian peluncuran buku yang berjudul "Ngurah Rai Airport - Gateway to Paradise" itu, ia mengatakan, pencatatan sejarah dalam sebuah buku sangat penting untuk memberikan penjelasan yang menyeluruh mengenai kondisi sebuah tempat.
Wacik mengaku sangat peduli terhadap kondisi bandara, karena bandara merupakan pintu gerbang masuknya wisatawan ke Indonesia.
Untuk itu dia menekankan pentingnya kebersihan lingkungan bandara sehingga penumpang baik domestik maupun wisatawan mancanegara merasa nyaman.
"Bandara Ngurah Rai termasuk bandara yang kebersihannya terjaga sehingga wisatawan mendapatkan gambaran yang baik tentang Bali," kata Wacik.
General Manager Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai Heru Legowo mengatakan, saat ini bandara tersebut telah melayani sembilan juta pengunjung per tahun.
"Padahal dilihat dari luasnya, bandara ini termasuk kategori bandara kecil atau 'small airport'," katanya.
Ia mengaku senang bisa membukukan mengenai bandara internasional tersebut, setebal 130 halaman.
"Kami mencetak edisi pertama sebanyak 1.000 buku, kalau kurang pihaknya siap mencetak lagi," ucapnya.
Heru Legowo menjelaskan, pembuatan buku yang dilakukan selama tiga bulan ini bukanlah pekerjaan ringan. Sebab, banyak bahan-bahan literatur maupun catatan mengenai Bandara Ngurah Rai sulit diperoleh, terutama di tahun-tahun awal berdirinya bandara ini.
"Diperolehnya surat-surat lama tahun 1935 memicu semangat untuk terus berupaya mewujudkan buku sejarah perjalanan Bandara Ngurah Rai selama 70 tahun ini," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Saya merasa bangga dengan terbitnya buku tentang perjalanan Bandara Ngurah Rai mulai tahun 1930 hingga 2010," kata Jero Wacik di Tuban, Bali, Minggu.
Pada peresmian peluncuran buku yang berjudul "Ngurah Rai Airport - Gateway to Paradise" itu, ia mengatakan, pencatatan sejarah dalam sebuah buku sangat penting untuk memberikan penjelasan yang menyeluruh mengenai kondisi sebuah tempat.
Wacik mengaku sangat peduli terhadap kondisi bandara, karena bandara merupakan pintu gerbang masuknya wisatawan ke Indonesia.
Untuk itu dia menekankan pentingnya kebersihan lingkungan bandara sehingga penumpang baik domestik maupun wisatawan mancanegara merasa nyaman.
"Bandara Ngurah Rai termasuk bandara yang kebersihannya terjaga sehingga wisatawan mendapatkan gambaran yang baik tentang Bali," kata Wacik.
General Manager Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai Heru Legowo mengatakan, saat ini bandara tersebut telah melayani sembilan juta pengunjung per tahun.
"Padahal dilihat dari luasnya, bandara ini termasuk kategori bandara kecil atau 'small airport'," katanya.
Ia mengaku senang bisa membukukan mengenai bandara internasional tersebut, setebal 130 halaman.
"Kami mencetak edisi pertama sebanyak 1.000 buku, kalau kurang pihaknya siap mencetak lagi," ucapnya.
Heru Legowo menjelaskan, pembuatan buku yang dilakukan selama tiga bulan ini bukanlah pekerjaan ringan. Sebab, banyak bahan-bahan literatur maupun catatan mengenai Bandara Ngurah Rai sulit diperoleh, terutama di tahun-tahun awal berdirinya bandara ini.
"Diperolehnya surat-surat lama tahun 1935 memicu semangat untuk terus berupaya mewujudkan buku sejarah perjalanan Bandara Ngurah Rai selama 70 tahun ini," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010