Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali perlu lebih banyak mengembangkan agrowisata berbasis subak, sebagai upaya mempertahankan lahan yang mendapat pengairan secara teratur, sekaligus mengendalikan alih fungsi lahan.

Hal itu mengingat lahan pertanian yang berubah fungsi setiap tahunnya tidak kurang dari 750 hektar, kata guru besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia.MS di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, upaya mempertahankan lahan pertanian agar tetap mampu menghasilkan padi dan komoditi unggulan itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani,.

Selain itu juga melakukan upaya untuk menjaga kesinambungan organisasi subak yang mempunyai peran strategis dalam mensukseskan pembangunan bidang pertanian.

Untuk itu kawasan hutan dan daerah tangkapan air di Bali harus betul-betul dijaga kelestariannya, sehingga tetap mampu menjadi sumber air bagi masyarakat Bali, baik kepentingan sektor pertanian maupun kebutuhan masyarakat lainnya.

"Pola pengembangan pertanian terintegrasi yang dirintis Pemprov Bali selama ini perlu lebih diintensifkan di masa-masa mendatang," harap Prof Windia.

Pemprov Bali mengembangkan 40 unit pola pertanian terintegrasi dengan dukungan dana sebesar Rp8,1 miliar selama 2010, sebagai kelanjutan dari program sebelumnya yang menggarap sepuluh unit.

Ia mengingatkan, dalam mendukung pembangunan sektor pertanian, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Bali perlu memperhatikan eksistensi saluran tersier dan kuarter di kawasan subak, sehingga proses jual beli dan pembuatan akte tanah tidak mengganggu sistem subak.

"Meski terjadi peralihan fungsi lahan, saluran irigasi tetap eksis, sehingga sawah di bagian hulu tetap menghasilkan padi dan komoditi unggulan lainnya," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010