Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia optimistis bahwa bahwa Indonesia akan menjadi faktor penentu utama dalam industri mobil listrik global, berkat kekayaan sumber daya alam yang dimiliki.

"Sekarang ketika dunia berbicara green energy dan green industry, Indonesia itu mempunyai keunggulan komparatif yang tidak banyak dimiliki oleh negara negara lain," kata kata Bahlil dalam kegiatan Repnas National Conference & Awarding Night di Jakarta, Senin.

Bahlil menerangkan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia adalah cadangan nikel dunia. Dimana pada tahun 2023 menurut data Geologi Amerika mengatakan bahwa Indonesia memiliki 20 persen cadangan nikel di dunia.

"Tapi empat bulan yang lalu data Geologi Amerika itu mengatakan bahwa kita cadangan nikel dunia itu 40 sampai 45 persen," ujarnya.

Menteri ESDM menjelaskan bahwa nikel merupakan komponen kunci dalam produksi baterai kendaraan listrik, yang kini menjadi fokus dunia seiring dengan peralihan dari energi fosil menuju energi terbarukan.

Baca juga: Bali rancang EVIC buat kurangi ketakutan pakai kendaraan listrik

Apalagi, tambah Menteri ESDM, saat ini hampir semua dunia bicara tentang mobil listrik, meninggalkan bahan bakar fosil.

Dia menyebutkan bahwa bahan baku mobil listrik 60 persen merupakan komponen mobil, sedangkan 40 persen adalah baterainya. Dari sisi baterai komponen terdiri atas empat yakni mangan, kobalt, litium dan nikel.

"Dari empat itu 80 persen nikel, nah kita di Indonesia punya tiga cadangan, nikel, mangan, kobalt, yang kita nggak punya litium," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa dengan cadangan besar nikel, mangan, dan kobalt, Indonesia menjadi salah satu negara strategis dalam rantai pasokan global untuk industri kendaraan listrik dan teknologi energi hijau.

"Jadi, orang di dunia ini akan memakai mobil listrik pasti tergantung pada bahan baku nikel, kobalt, mangan Republik Indonesia," kata Bahlil.

Baca juga: Pembiayaan kendaraan listrik capai Rp29,07 triliun per Agustus

Bahlil juga mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengambil langkah dengan menghentikan ekspor oren nikel. Namun, langkah Indonesia menghentikan ekspor bahan baku menghadapi tekanan internasional, terutama karena Indonesia memiliki cadangan nikel yang sangat besar, mencapai 40-45 persen cadangan dunia.

"Sekarang kenapa orang menghantam kita? agar mempertimbangkan untuk merubah kebijakan untuk tetap mengizinkan ekspor (ore nikel)," kata Bahlil.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan hadirnya pabrik bahan anoda baterai litium di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, bakal membuat Indonesia disegani di dunia.

"Jadi saya yakin dalam kurun waktu tidak lama ekspor turunan hilirisasi akan meningkat signifikan. Dan lebih dari itu, tidak ada orang anggap enteng lagi Indonesia bahwa Indonesia ini bisa diatur-atur oleh siapa pun," kata Luhut dalam sambutannya di sela peresmian pabrik tersebut dipantau secara daring di aku Youtube Sekretariat Presiden dari Jakarta, Rabu (7/8).

Menurut Luhut, adanya pabrik yang mampu memproduksi bahan anoda baterai sebanyak 80 ribu ton per tahun akan menyaingi China yang saat ini memproduksi 100 ribu ton per tahun.

"Indonesia negara besar, negara yang punya karakter, negara yang bisa mengatakan iya, dan negara yang bisa mengatakan tidak," tegas Luhut
 


 

Pewarta: Muhammad Harianto

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024