Denpasar (Antara Bali) - Presiden DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta berkukuh mengenai adanya konspirasi terhadap partainya dalam kasus korupsi impor daging sapi.

"Saya anggap konspirasi ini sudah menjadi tren politik. Akan tetapi, saya tidak bisa menjelaskan secara detail siapa yang melakukan apa dan targetnya apa," katanya dalam konferensi pers di Denpasar, Selasa malam.

Menurut dia, konspirasi itu tidak hanya berupaya untuk menjatuhkan PKS, tetapi mengancam masa depan bangsa ini secara menyeluruh. "Konspirasi itu untuk sementara ini memang spesifik terhadap PKS," katanya sebelum memimpin konsolidasi kader dan tokoh PKS se-Bali itu.

Meskipun mengetahui adanya konspirasi dalam penahanan mantan Presiden DPP PKS Luthfi Hasan Ishaaq karena diduga akan menerima uang suap senilai Rp1 miliar dari importir daging sapi PT Indoguna Utama, Anis tidak akan membukanya kepada publik.

"Mungkin nanti akan kami sampaikan pada perayaan 17 Agustus. Saat ini, konsentrasi kami adalah pembenahan spiritual pengurus dan kader di daerah," kata Anis Matta menambahkan.

Selama melakukan konsolidasi di daerah, dia menganggap bahwa kasus dugaan korupsi impor daging sapi tidak berdampak signifikan terhadap partai berbasis kader itu. Oleh karena itu, dia yakin partainya akan menempati posisi tiga besar pada Pemilu 2014.

Denpasar merupakan kota terakhir dari rangkaian konsolidasi putaran I PKS di bawah kepemimpinan Anis Matta setelah Bandung, Medan, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.

Sebelum menggelar rapat konsolidasi di Hotel Grand Inna Sanur, Denpasar, Anis Matta mengajak jajaran DPP PKS dan DPW PKS Bali melakukan "outbond" dan arung jeram di Tukat (sungai) Telaga Waja, Kabupaten Karangasem.

"Kegiatan itu bagian dari pembangunan fisik, selanjutnya pada malam ini kami melakukan kegiatan spiritual. Setiap pengurus dan kader kami ajak membaca delapan surah dalam Alquran, yakni Al Baqarah, Yaasin, As Shoffaat, Al Waqi`ah, Al Mulk, Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas," kata mantan Wakil Ketua DPR itu.

Ia menampik usaha tersebut sebagai bagian dari penebusan dosa atas seorang kader yang telah melakukan perbuatan melanggar hukum. "Kalau seorang kader dianggap bersalah, maka hal itu tidak boleh dibebankan kepada orang lain. Yang kami lakukan bersama kader di sini merupakan penyempurnaan amal ibadah. Bisa saja ada kesalahan kolektif selama ini yang tidak kami sadari," katanya mengenai taubat massal yang dilakukan. (M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013