Masyarakat Muslim Kepaon di Denpasar, Bali menyantap takjil salah satunya "brongko" untuk menyemarakkan tradisi "megibung" atau budaya makan bersama khas masyarakat Pulau Dewata.
"Takjil brongko sejak dulu sudah ada, asal katanya dari nama Bugis, Barongko. Brongko hanya ada saat Ramadhan," kata tokoh masyarakat Kampung Islam Kepaon Padani di Denpasar, Kamis.
Brongko terbuat dari adonan tepung kanji yang dipiling-piling menjadi bentuk kecil-kecil kemudian direbus.
Kemudian, kanji tersebut dicampur dengan santan dan pemanis dengan warna khas merah muda.
"Brongko itu dibuat sekitar dua jam untuk satu kilogram adonan dan hanya ada saat bulan puasa di wilayah Kepaon," kata penjual hidangan takjil, Zaenah, di Masjid Al Muhajirin Kepaon, Denpasar.
Baca juga: Umat Islam di Bali rayakan Maulid Nabi dengan pawai hingga megibung
Brongko yang dijual Zaenah (60) itu pun langsung ludes terjual per kemasan Rp5.000. Ia hanya berjualan mulai pukul 16.00 sampai 18.00 Wita di depan masjid terbesar di Kampung Islam Kepaon itu.
Beberapa umat Islam di Kepaon kemudian membawa brongko itu sebagai salah satu menu buka puasa bersama, kemudian dilanjutkan dengan tradisi megibung.
Megibung di Kampung Islam Kepaon hadir hanya tiga kali selama Ramadhan yakni 10 hari pertama bulan puasa, kemudian hari ke-20 dan hari ke-30.
"Setiap 10 hari sekali kami adakan khataman Al Quran dan sebagai rasa syukur kami sudah menyelesaikan baca Al Quran sampai 10 juz, maka kami adakan yang ala Bali yakni makan bersama atau megibung," imbuh Padani.
Padani menambahkan megibung dilakukan setelah berbuka puasa dan shalat Magrib.
Baca juga: Wabup Bangli: Tradisi Megibung tambah daya tarik Desa Wisata Penglipuran
Ada pun bentuk megibung itu yakni nasi yang ditempatkan dalam satu wadah nampan yang di atas nasi itu terdapat lauk-lauk seperti olahan daging ayam dan telur dan sayur khas yakni urab.
Kemudian lima hingga enam orang warga Kampung Islam Kepaon duduk melingkar untuk menyantap bersama menu megibung itu setelah shalat Magrib di Masjid Al Muhajirin Kepaon.
Menurut Padani, beberapa tahun lalu menu khas juga biasanya disajikan dalam megibung yakni kedonteng rendang dengan dicampur serundeng.
"Kemungkinan karena membuatnya lebih lama jadi masyarakat saat ini membuat hidangan yang lebih praktis, tapi kedonteng juga disajikan saat acara pernikahan," katanya.
Padani mengungkapkan tradisi megibung yang biasa dilakukan masyarakat Bali, sudah dilakukan sejak Kampung Islam Kepaon mendiami wilayah di Desa Pemogan, Denpasar Selatan sekitar abad ke-17.
Ada pun Kampung Islam Kepaon, kata dia, memiliki hubungan erat dengan Puri Pemecutan Denpasar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
"Takjil brongko sejak dulu sudah ada, asal katanya dari nama Bugis, Barongko. Brongko hanya ada saat Ramadhan," kata tokoh masyarakat Kampung Islam Kepaon Padani di Denpasar, Kamis.
Brongko terbuat dari adonan tepung kanji yang dipiling-piling menjadi bentuk kecil-kecil kemudian direbus.
Kemudian, kanji tersebut dicampur dengan santan dan pemanis dengan warna khas merah muda.
"Brongko itu dibuat sekitar dua jam untuk satu kilogram adonan dan hanya ada saat bulan puasa di wilayah Kepaon," kata penjual hidangan takjil, Zaenah, di Masjid Al Muhajirin Kepaon, Denpasar.
Baca juga: Umat Islam di Bali rayakan Maulid Nabi dengan pawai hingga megibung
Brongko yang dijual Zaenah (60) itu pun langsung ludes terjual per kemasan Rp5.000. Ia hanya berjualan mulai pukul 16.00 sampai 18.00 Wita di depan masjid terbesar di Kampung Islam Kepaon itu.
Beberapa umat Islam di Kepaon kemudian membawa brongko itu sebagai salah satu menu buka puasa bersama, kemudian dilanjutkan dengan tradisi megibung.
Megibung di Kampung Islam Kepaon hadir hanya tiga kali selama Ramadhan yakni 10 hari pertama bulan puasa, kemudian hari ke-20 dan hari ke-30.
"Setiap 10 hari sekali kami adakan khataman Al Quran dan sebagai rasa syukur kami sudah menyelesaikan baca Al Quran sampai 10 juz, maka kami adakan yang ala Bali yakni makan bersama atau megibung," imbuh Padani.
Padani menambahkan megibung dilakukan setelah berbuka puasa dan shalat Magrib.
Baca juga: Wabup Bangli: Tradisi Megibung tambah daya tarik Desa Wisata Penglipuran
Ada pun bentuk megibung itu yakni nasi yang ditempatkan dalam satu wadah nampan yang di atas nasi itu terdapat lauk-lauk seperti olahan daging ayam dan telur dan sayur khas yakni urab.
Kemudian lima hingga enam orang warga Kampung Islam Kepaon duduk melingkar untuk menyantap bersama menu megibung itu setelah shalat Magrib di Masjid Al Muhajirin Kepaon.
Menurut Padani, beberapa tahun lalu menu khas juga biasanya disajikan dalam megibung yakni kedonteng rendang dengan dicampur serundeng.
"Kemungkinan karena membuatnya lebih lama jadi masyarakat saat ini membuat hidangan yang lebih praktis, tapi kedonteng juga disajikan saat acara pernikahan," katanya.
Padani mengungkapkan tradisi megibung yang biasa dilakukan masyarakat Bali, sudah dilakukan sejak Kampung Islam Kepaon mendiami wilayah di Desa Pemogan, Denpasar Selatan sekitar abad ke-17.
Ada pun Kampung Islam Kepaon, kata dia, memiliki hubungan erat dengan Puri Pemecutan Denpasar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024