Pengungsi internal Rohingya dari negara bagian Rakhine Myanmar menyeberang atau eksodus ke Bangladesh dalam gelombang baru migrasi paksa untuk mendapatkan keamanan, perlindungan dan makanan akibat semakin parahnya pertempuran antara junta militer dengan kelompok pemberontak.
Banyak di antara pengungsi itu menyeberang ke kamp pengungsian di bagian tenggara Cox's Bazar, Bangladesh, di mana 1,2 juta Muslim dari Myanmar telah berada di tempat itu untuk mencari perlindungan.
Mohammad Nur Hashem, seorang Rohingya Maji atau tokoh masyarakat di kamp pengungsi Cox's Bazar, mengatakan kepada Anadolu bahwa "ratusan Rohingya telah berkumpul di sepanjang perbatasan Bangladesh di tenggara Barnaban dan Sungai Transboundary Naf."
"Kami telah mendapat konfirmasi beberapa warga Rohingya mengungsi di kamp Kutupalong dan Balukhali di Cox's Bazar melalui perlintasan perbatasan ilegal. Situasi yang memburuk di Myanmar mengakibatkan terjadinya arus masuk baru," ujar Hashem.
Hashem mengatakan, "Lebih dari seratus warga Rohingya telah tiba di beberapa kamp di Cox's Bazar dalam dua bulan terakhir."
MInggu lalu, Ketua hak asasi PBB Volker Turk juga mengatakan bahwa konflik bersenjata yang sedang terjadi antara junta Myanmar dengan kelompok bersenjata oposisi memberikan dampak besar bagi masyarakat Rohingya yang sudah menderita.
Mohammed Rezuwan Khan,yang kehilangan kontak dengan saudaranya di Rakhine, mengatakan kepada Anadolu bahwa "beberapa kerabatnya di Rakhine telah mengungsi secara internal ketika militer junta melakukan serangan yang sebagian besar di desa-desa Muslim."
Laporan baru mengenai warga Rohingya, serta aparat keamanan Myanmar yang melarikan diri dari negaranya, muncul ketika setidaknya tiga kelompok etnis bersenjata, yang dikenal sebagai Aliansi Persaudaraan, melawan rezim junta untuk menguasai Myanmar utara sejak akhir Oktober, yang menyebabkan banyak korban jiwa.
Sebelumnya pada Minggu, sekitar 95 anggota polisi perbatasan Myanmar menyeberang ke Bangladesh.
Bulan lalu, 276 tentara Myanmar mencari perlindungan di negara bagian timur laut India, Mizoram.
Sejak Februari 2021, kelompok bersenjata oposisi menyerang pasukan junta yang menguasai negara Asia Tenggara yang mayoritas menganut Buddha itu dalam perang suku yang berpusat sebagian besar di Myanmar utara, termasuk negara bagian Shan dan Rakhine.
Kelompok tersebut berhasil merebut banyak kota dan pos terluar.
Pada pertengahan Januari, China memediasi gencatan senjata antara pihak yang bertikai dengan junta militer berkuasa.
Konflik yang sedang berlangsung ini merupakan konflik paling kejam di dunia dimana 2,6 juta orang masih mengungsi dan lebih dari 18 juta lainnya membutuhkan bantuan, menurut Proyek Data Peristiwa dan Lokasi Konflik Bersenjata.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Banyak di antara pengungsi itu menyeberang ke kamp pengungsian di bagian tenggara Cox's Bazar, Bangladesh, di mana 1,2 juta Muslim dari Myanmar telah berada di tempat itu untuk mencari perlindungan.
Mohammad Nur Hashem, seorang Rohingya Maji atau tokoh masyarakat di kamp pengungsi Cox's Bazar, mengatakan kepada Anadolu bahwa "ratusan Rohingya telah berkumpul di sepanjang perbatasan Bangladesh di tenggara Barnaban dan Sungai Transboundary Naf."
"Kami telah mendapat konfirmasi beberapa warga Rohingya mengungsi di kamp Kutupalong dan Balukhali di Cox's Bazar melalui perlintasan perbatasan ilegal. Situasi yang memburuk di Myanmar mengakibatkan terjadinya arus masuk baru," ujar Hashem.
Hashem mengatakan, "Lebih dari seratus warga Rohingya telah tiba di beberapa kamp di Cox's Bazar dalam dua bulan terakhir."
MInggu lalu, Ketua hak asasi PBB Volker Turk juga mengatakan bahwa konflik bersenjata yang sedang terjadi antara junta Myanmar dengan kelompok bersenjata oposisi memberikan dampak besar bagi masyarakat Rohingya yang sudah menderita.
Mohammed Rezuwan Khan,yang kehilangan kontak dengan saudaranya di Rakhine, mengatakan kepada Anadolu bahwa "beberapa kerabatnya di Rakhine telah mengungsi secara internal ketika militer junta melakukan serangan yang sebagian besar di desa-desa Muslim."
Laporan baru mengenai warga Rohingya, serta aparat keamanan Myanmar yang melarikan diri dari negaranya, muncul ketika setidaknya tiga kelompok etnis bersenjata, yang dikenal sebagai Aliansi Persaudaraan, melawan rezim junta untuk menguasai Myanmar utara sejak akhir Oktober, yang menyebabkan banyak korban jiwa.
Sebelumnya pada Minggu, sekitar 95 anggota polisi perbatasan Myanmar menyeberang ke Bangladesh.
Bulan lalu, 276 tentara Myanmar mencari perlindungan di negara bagian timur laut India, Mizoram.
Sejak Februari 2021, kelompok bersenjata oposisi menyerang pasukan junta yang menguasai negara Asia Tenggara yang mayoritas menganut Buddha itu dalam perang suku yang berpusat sebagian besar di Myanmar utara, termasuk negara bagian Shan dan Rakhine.
Kelompok tersebut berhasil merebut banyak kota dan pos terluar.
Pada pertengahan Januari, China memediasi gencatan senjata antara pihak yang bertikai dengan junta militer berkuasa.
Konflik yang sedang berlangsung ini merupakan konflik paling kejam di dunia dimana 2,6 juta orang masih mengungsi dan lebih dari 18 juta lainnya membutuhkan bantuan, menurut Proyek Data Peristiwa dan Lokasi Konflik Bersenjata.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024