Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur mengakui keterkaitan inovasi di daerah tersebut dengan Kabupaten Jembrana.

“Harus diakui beberapa inovasi bahkan yang diadopsi secara nasional, inisiasinya dari Kabupaten Jembrana,” kata Asisten Administrasi Pemkab Banyuwangi Chairul Ustadi saat menerima rombongan dari Kabupaten Jembrana, Jumat.

Secara pribadi, ia juga mengatakan, dulu dirinya serta banyak birokrat di Pemkab Banyuwangi belajar inovasi ke Kabupaten Jembrana.

Pernyataan itu ia sampaikan menjawab pertanyaan dari Kepala Bappeda Jembrana I Made Sudantra dan Kepala BPKAD Jembrana Komang Wiasa, terkait inovasi Banyuwangi dalam branding daerah tersebut sehingga terkenal.

“Kebetulan saja Jembrana tidak melanjutkan inovasi yang sudah dilakukan, sehingga status daerah inovatif kami ambil alih. Tapi kalau Jembrana ingin melakukan hal itu sebenarnya tidak sulit, karena dulu Jembrana sudah dikenal sebagai daerah inovatif di Indonesia,” katanya.

Branding atau merk daerah, kata dia, sangat tergantung pada penyematan identitas daerah tersebut yang berkaitan dengan potensi lokal yang original dari sisi geografi, budaya maupun kekhasan lainnya.

Dia mencontohkan penyandingan Banyuwangi sebagai The Sunrise of Java, mengacu dari geografi daerah ini yang berada di ujung timur Pulau Jawa.

“Artinya matahari di Pulau Jawa terbit pertama kali dari Banyuwangi. Posisi geografi itu yang kemudian kami gunakan untuk menyebut Banyuwangi sebagai The Sunrise of Java,” katanya.

Sebagai birokrat yang pernah belajar inovasi dari Jembrana, pihaknya berharap daerah tersebut bisa bangkit kembali sebagai salah satu daerah terinovatif di Indonesia.

Sebelumnya, Kepala Bappeda Jembrana Made Sudantra mengatakan, pada awal bulan Februari di Jembrana akan diselenggarakan festival coklat sekaligus menetapkan daerah tersebut sebagai kota coklat.

“Branding terhadap coklat sebagai identitas komoditi pertanian Jembrana, karena kualitas coklat kami sudah diakui dunia internasional. Penetapan sebagai kota coklat serta festival coklat dilakukan pads bulan Februari bertepatan dengan momentum valentine,” katanya.

Menurut dia, berkat penataan di sektor pertanian coklat, nilai ekonomi produk coklat fermentasi mengalami kenaikan dari Rp40 ribu perkilogram menjadi Rp60 ribu perkilogram.

Sebelum ke Pemkab Banyuwangi, rombongan Pemkab Jembrana dengan mengajak awak media terlebih dahulu mengunjungi Taman Nasional Baluran.

Di taman nasional yang wilayahnya meliputi Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi itu, rombongan Jembrana yang dipimpin Asisten Administrasi Umum Made Maharimbawa serta Asisten Perekonomian Dan Pembangunan Gusti Ngurah Sumber Wijaya  membahas tentang kunjungan wisatawan ke taman nasional tersebut.

“Dari pertemuan tadi, untuk menarik kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Bali Barat yang ada di Kabupaten Jembrana, masih perlu banyak penataan,” kata Sumber Wijaya.***3***

Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024