Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning mengatakan China akan menggunakan posisinya sebagai presiden bergilir di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk menanggapi serangan Israel terhadap rumah sakit Al-Shifa di Gaza.

"Situasi kemanusiaan di Gaza sangat meresahkan dan memilukan. Sebagai presiden bergilir Dewan Keamanan PBB bulan ini, China akan menanggapi seruan komunitas internasional maupun meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait khususnya negara-negara Arab," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan rutin kepada media di Beijing, China pada Rabu.

Militer Israel menyerbu RS Al-Shifa di kota Gaza pada Rabu pagi setelah sebelumnya melakukan serangan besar di sekitar RS tersebut. Direktur jenderal rumah sakit Gaza, Dr Muhammad Zaqout menyebut pasukan Israel menyerbu gedung operasi dan ruang gawat darurat di rumah sakit tersebut dan melakukan pencarian di ruang bawah tanah RS.

"Kami mengutuk semua tindakan yang merugikan warga sipil dan melanggar hukum internasional. China telah berulang kali menyerukan gencatan senjata dan mencegah bencana kemanusiaan lebih lanjut," ungkap Mao Ning.

Mao Ning menyebut China telah berupaya untuk melakukan mediasi selama ini.

"Kami pun akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memainkan peran aktif dan konstruktif dalam menghentikan permusuhan, meredakan ketegangan, menghadirkan situasi kemanusiaan, dan pada akhirnya mewujudkan perdamaian Palestina-Israel melalui solusi dua negara," tambah Mao Ning.

Mao Ning juga mengatakan sebagai presiden bergilir DK PBB, China ingin menegakkan keadilan, membangun konsensus, dan mendorong tindakan yang lebih bertanggung jawab dan bermakna DK PBB sehingga dapat melindungi warga sipil dan memulihkan proses perdamaian.

"Anda mungkin telah memperhatikan bahwa Utusan Khusus Pemerintah China untuk Masalah Timur Tengah Zhai Jun telah mengunjungi negara-negara terkait dan terlibat dalam upaya mediasi perdamaian baru-baru ini. Kami akan terus memainkan peran aktif dan konstruktif untuk meredakan situasi," ungkap Mao Ning.

Pasukan Israel menyerbu RS Al-Shifa yang merupakan RS terbesar di Gaza karena menduga Hamas memiliki pusat komando bawah tanah yang berada di bawah RS, tuduhan yang dibantah keras oleh kelompok Palestina dan pejabat kesehatan.

Dr Zaqout menegaskan bahwa tentara Israel tidak menemukan bukti adanya anggota kelompok perlawanan Palestina, Hamas, yang bersembunyi di dalam atau sekitar rumah sakit. Hal itu bertolak belakang dengan tuduhan Israel sebelum menyerbu kompleks RS itu.

Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan RS tidak hanya menaungi 700 pasien tapi juga 400 staf kesehatan dan sekitar 3.000 orang pengungsi.

Dia juga menambahkan bahwa RS melaporkan 20 pasien meninggal dalam 48 jam terakhir.

Israel mulai melakukan serangan ke Gaza setelah serangan mendadak lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 dimana sebanyak 1.200 orang tewas dan 200 lainnya dibawa ke Gaza sebagai sandera. Israel kemudian pada Jumat merevisi korban jiwa menjadi 1.400.


Baca juga: Tentara Israel rangsek RS Al Shifa di Kota Gaza

Baca juga: Bayi prematur dan pasien ICU di Gaza meninggal akibat kurang pasokan oksigen

Baca juga: Joe Biden tegaskan rumah sakit di Gaza harus dilindungi
 

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023