Washington (Antara Bali) - Anak dan remaja kulit hitam mengonsumsi minuman bergula dua kali lebih banyak dari rekan sebaya kulit putih atau 500 kalori perhari, menurut sebuah studi yang meneliti ribuan sampel.
Menurut hasil riset yang diterbitkan dalam Jurnal Akademi Nutrisi dan Diet, ditemukan remaja meminum minuman energi tiga kali lipat daripada kelompok umur lainnya.
Studi tersebut dipicu oleh larangan restoran dan tempat penjualan lainnya menjual minuman berkadar gula lebih dari 475 mililiter.
"Beberapa kelompok berisiko minuman soda, sedangkan yang lain minuman buah-buahan. Dari kesemuanya itu merujuk pada minuman gula yang memicu kegemukan dan penyakit," kata Lisa Powell, peneliti dari Pusat Kebijakan Kesehatan Chicago dari Universitas Illinois.
Anak-anak kulit hitam dua kali lebih banyak mengonsumsi minuman sari buah. Padahal dari seratus persen minuman buah hanya 10 persennya sari buah asli sedangkan sisanya adalah gula tambahan.
Berdasarkan survei tahun 1999 sampai 2008 dengan 40 ribu sampel anak, remaja dan dewasa, mereka mengonsumsi minuman tersebut dalam kurun 24 jam. Peneliti menemukan peningkatan dari 4 menjadi 12 persen bagi remaja yang meminum minuman energi.
Akan tetapi, dari studi itu menemukan jumlah pengonsumsi minuman berkadar di atas 500 kalori menurun untuk kelompok umur remaja dari 22 menjadi 16 persen dan dewasa dari 29 menjadi 20 persen. Meskipun begitu, terjadi peningkatan prosentase bagi kelompok umur 2-11 tahun yang meningkat dari 4 ke 5 persen.
Kecuali anak yang lebih suka mengonsumsi minuman buah, kategori soda paling banyak dikonsumsi oleh semua kelompok umur. Anak dari kalangan berpenghasilan rendah dari semua ras meminum minuman berkadar gula dua kali lebih banyak daripada kelompok umur lainnya sama dengan anak dari kalangan ekonomi mapan.
Riset tersebut tidak menyebutkan alasan penyebab fluktuasi angka pengonsumsi minuman. Tapi Powell mengatakan itu disebabkan oleh norma budaya sebagaimana perkembagnan ekonomi keluarga. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Menurut hasil riset yang diterbitkan dalam Jurnal Akademi Nutrisi dan Diet, ditemukan remaja meminum minuman energi tiga kali lipat daripada kelompok umur lainnya.
Studi tersebut dipicu oleh larangan restoran dan tempat penjualan lainnya menjual minuman berkadar gula lebih dari 475 mililiter.
"Beberapa kelompok berisiko minuman soda, sedangkan yang lain minuman buah-buahan. Dari kesemuanya itu merujuk pada minuman gula yang memicu kegemukan dan penyakit," kata Lisa Powell, peneliti dari Pusat Kebijakan Kesehatan Chicago dari Universitas Illinois.
Anak-anak kulit hitam dua kali lebih banyak mengonsumsi minuman sari buah. Padahal dari seratus persen minuman buah hanya 10 persennya sari buah asli sedangkan sisanya adalah gula tambahan.
Berdasarkan survei tahun 1999 sampai 2008 dengan 40 ribu sampel anak, remaja dan dewasa, mereka mengonsumsi minuman tersebut dalam kurun 24 jam. Peneliti menemukan peningkatan dari 4 menjadi 12 persen bagi remaja yang meminum minuman energi.
Akan tetapi, dari studi itu menemukan jumlah pengonsumsi minuman berkadar di atas 500 kalori menurun untuk kelompok umur remaja dari 22 menjadi 16 persen dan dewasa dari 29 menjadi 20 persen. Meskipun begitu, terjadi peningkatan prosentase bagi kelompok umur 2-11 tahun yang meningkat dari 4 ke 5 persen.
Kecuali anak yang lebih suka mengonsumsi minuman buah, kategori soda paling banyak dikonsumsi oleh semua kelompok umur. Anak dari kalangan berpenghasilan rendah dari semua ras meminum minuman berkadar gula dua kali lebih banyak daripada kelompok umur lainnya sama dengan anak dari kalangan ekonomi mapan.
Riset tersebut tidak menyebutkan alasan penyebab fluktuasi angka pengonsumsi minuman. Tapi Powell mengatakan itu disebabkan oleh norma budaya sebagaimana perkembagnan ekonomi keluarga. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013