Gerak tari janger diiringi lantunan suara "cak"menjadi harmoni yang padu saat langit menampakkan aura senjanya.
Tari kolosal "Janger Cak" merupakan seni pertunjukan yang mengolaborasi antara seni tari Janger, Kecak, tari Sanghyang, dan Genjek menjadi satu kesatuan.
Keempat jenis seni ini memiliki latar belakang yang seiras, yakni terletak pada permainan olah vokal tradisi Bali yang menyentuh rasa dan pikiran.
Tari janger dalam garapan Janger Cak ini memakai lagu-lagu (gending) janger yang berkembang sebagai warta kesenian Bali. Rangkaian harmoni dalam tarian Janger Cak ini berasal dari gending-gending klasik tempo dulu yang berperan sebagai pengendali melodi serta pembangkit suasana tarian.
Pembina dan penata tari Bagus Gunawan menjelaskan dalam penggarapan tari Janger Cak ini mengangkat lakon matinya tokoh Kala Pragola. Lakon ini kemudian dikembangkan dan diberi tajuk "Satyaning Sang Suta".
"Lakon Satyaning Sang Suta ini pada mulanya merupakan lakon pewayangan, namun dalam Janger Cak ini, lakon tersebut mendapat beberapa penggubahan, terutama pada alur cerita," ujar Bagus kepada ANTARA di kawasan Nusa Penida.
Dia mengatakan gubahan alur tersebut bertujuan untuk menyesuaikan antara lakon dan suasana tari Janger Cak.
Tampil menawan dengan nuansa khas tradisi masyarakat Bali, pergelaran Janger Cak ini menyertakan total 90 orang penari yang seluruhnya berasal dari Pulau Nusa Lembongan. Dalam proses penggarapan, tari Janger Cak ini berkolaborasi dengan Sanggar Ratu Kinasih sebagai bentuk elaborasi dan inovasi masa kini.
Sanghyang Grodog
Dalam geliat Janger Cak, turut dilibatkan pula gejolak mengenai tari Sanghyang sebagai pembentuk suasana magis dan sakral Pulau Dewata. Tari Sanghyang melambangkan sebuah motivasi secara spiritual yang sangat kental dan mengakar di masyarakat Pulau Nusa Lembongan.
Khasanah tari Sanghyang yang melekat pada adat tradisi Nusa Lembongan ini kian dikenal sebagai sajian Sanghyang Grodog.
Sajian ini merupakan warisan budaya adiluhung, berupa tarian atau ritual sakral yang sudah termuat dalam awig-awig atau "pararem" (peraturan adat) Desa Adat Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
Sanghyang Grodog di Desa Pakraman Lembongan ini lazim disebut sebagai Sanghyang Perahu sebab memiliki fungsi magis dalam ritual penolak bala dan wabah penyakit.
Selain itu Sanghyang Grodog juga memiliki nilai magis berupa kebudayaan adiluhung masyarakat Nusa Lembongan.
Nilai tersebut mencakup kesuburan, religiusitas, kekerabatan, gotong royong, pelestarian sumber daya alam, dan keanekaragaman Nusa Lembongan.
Sajian Sanghyang Grodog ini menjadi sumber inspirasi pula dalam kolaborasi Janger Cak. Hal ini seolah merepresentasikan Sanghyang Grodog sebagai nafas dalam setiap lantunan gending-gending sakral nan magis.
Kolaborasi seni
Mengulik Janger Cak lebih dalam, tentu tak akan luput dari tarian Cak yang menjadi kerangka utama tari kolosal tersebut.
Cak adalah pembentuk struktur pertunjukan dengan aksen pola dan gending-gendingnya yang sangat mendukung secara keseluruhan, baik secara lakon dan pertunjukan Janger Cak itu sendiri.
Tari Cak dikenal sebagai tarian dalam kelompok besar yang secara umum membentuk alur Janger Cak.
Perbendaharaan gerak-gerak Cak sangat sederhana, seperti peniruan gerak-gerak alam semesta berupa pepohonan yang terambai sepoian angin, gerakan angin yang seolah menerpa pohon nyiur melambai, gelombang air laut rampak, serta gerakan tepukan tangan sebagai wujud bakti kepada alam.
Selain itu, diperagakan pula olah gerak manusia, seperti merangkak, melompat, serta peniruan beberapa gerakan hewan dan lainnya yang melambangkan perputaran dalam siklus kehidupan semesta.
Seringkali setiap olah gerak akan turut diiringi dengan olah vokal, seperti desisan, sapaan, hingga sorak sorai yang menjadi pengiring dari geliat tarian Janger Cak.
Karya kolosal Janger Cak ini juga turut dipadukan dengan genjek sebagai sebuah seni aksen permainan pola gamelan. Lantunan dari genjek ini dimeriahkan juga dengan olah vokal penari Cak atau sering disebut dengan "gamelan mulut".
Kolaborasi ketiga seni ini membentuk sebuah karya seni kolosal yang melambangkan alam semesta yang indah nan gelora laut yang semula tenang menjadi riuh.
Tampil dengan memadukan olah vokal melalui gending-gending janger klasik yang ditata sedemikian rupa, menjadikan Janger Cak sebagai sebuah bentuk karya seni kolosal baru yang bernafaskan tradisi Bali.
Kostum Janger Cak
Berbeda dengan janger pada umumnya, tari Janger Cak menekankan tata pola kostum berbasis kearifan lokal Nusa Penida. Balutan kearifan lokal tersebut tampak dari penggunaan tenun Cepuk berwarna merah khas Nusa Penida yang digunakan oleh penari Janger Cak.
Menurut penuturan Ketua Sanggar Ratu Kinasih Ida Ayu Yuliaswati Manuaba, sebagai pemikat, kostum dari tari Janger Cak ini turut melibatkan beberapa ornamen berwarna putih yang melambangkan kesucian.
Warna putih pada pakaian melambangkan Nusa Penida sebagai pulau terapung. Jika melihat ke atas yang dilihat adalah awan yang berwarna putih, kemudian jika melihat ke laut juga tampak buih-buih berwarna putih pada ombak.
Sementara warna merah pada pakaian penarik Cak melambangkan semangat nasionalisme yang tinggi, sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Selain itu, selendang janger yang berwarna-warni melambangkan corak warna kehidupan para generasi muda saat ini. Warna-warni tersebut disinyalir merupakan simbol dari suka cita generasi muda yang mencintai seni dan kebudayaan lokal.
Karya seni kolosal Janger Cak melambangkan bahwa kolaborasi olah vokal dan gerak dapat membentuk sebuah melodi yang menunjang lakon tarian.
Jika diulas kembali, Tari Janger Cak ini merupakan karya seni kolosal yang menekankan pada unsur keharmonisan, kreativitas, dan kolaborasi.
Selain melalui vokal, gerak, dan instrumen, keharmonisan tersebut juga tampak dari pelibatan peran antara laki-laki dan perempuan, sesuai dengan proporsi tiap-tiap penari.
Sanghyang dalam Janger Cak ini adalah sprit nafas masyarakat lokal, berbalut dengan tatanan kolaborasi dan semangat para generasi muda, menjadikan nuansa nasionalisme akan terpancar melalui karya seni kolosal Janger Cak.
Editor: Masuki M. Astro
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
Tari kolosal "Janger Cak" merupakan seni pertunjukan yang mengolaborasi antara seni tari Janger, Kecak, tari Sanghyang, dan Genjek menjadi satu kesatuan.
Keempat jenis seni ini memiliki latar belakang yang seiras, yakni terletak pada permainan olah vokal tradisi Bali yang menyentuh rasa dan pikiran.
Tari janger dalam garapan Janger Cak ini memakai lagu-lagu (gending) janger yang berkembang sebagai warta kesenian Bali. Rangkaian harmoni dalam tarian Janger Cak ini berasal dari gending-gending klasik tempo dulu yang berperan sebagai pengendali melodi serta pembangkit suasana tarian.
Pembina dan penata tari Bagus Gunawan menjelaskan dalam penggarapan tari Janger Cak ini mengangkat lakon matinya tokoh Kala Pragola. Lakon ini kemudian dikembangkan dan diberi tajuk "Satyaning Sang Suta".
"Lakon Satyaning Sang Suta ini pada mulanya merupakan lakon pewayangan, namun dalam Janger Cak ini, lakon tersebut mendapat beberapa penggubahan, terutama pada alur cerita," ujar Bagus kepada ANTARA di kawasan Nusa Penida.
Dia mengatakan gubahan alur tersebut bertujuan untuk menyesuaikan antara lakon dan suasana tari Janger Cak.
Tampil menawan dengan nuansa khas tradisi masyarakat Bali, pergelaran Janger Cak ini menyertakan total 90 orang penari yang seluruhnya berasal dari Pulau Nusa Lembongan. Dalam proses penggarapan, tari Janger Cak ini berkolaborasi dengan Sanggar Ratu Kinasih sebagai bentuk elaborasi dan inovasi masa kini.
Sanghyang Grodog
Dalam geliat Janger Cak, turut dilibatkan pula gejolak mengenai tari Sanghyang sebagai pembentuk suasana magis dan sakral Pulau Dewata. Tari Sanghyang melambangkan sebuah motivasi secara spiritual yang sangat kental dan mengakar di masyarakat Pulau Nusa Lembongan.
Khasanah tari Sanghyang yang melekat pada adat tradisi Nusa Lembongan ini kian dikenal sebagai sajian Sanghyang Grodog.
Sajian ini merupakan warisan budaya adiluhung, berupa tarian atau ritual sakral yang sudah termuat dalam awig-awig atau "pararem" (peraturan adat) Desa Adat Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
Sanghyang Grodog di Desa Pakraman Lembongan ini lazim disebut sebagai Sanghyang Perahu sebab memiliki fungsi magis dalam ritual penolak bala dan wabah penyakit.
Selain itu Sanghyang Grodog juga memiliki nilai magis berupa kebudayaan adiluhung masyarakat Nusa Lembongan.
Nilai tersebut mencakup kesuburan, religiusitas, kekerabatan, gotong royong, pelestarian sumber daya alam, dan keanekaragaman Nusa Lembongan.
Sajian Sanghyang Grodog ini menjadi sumber inspirasi pula dalam kolaborasi Janger Cak. Hal ini seolah merepresentasikan Sanghyang Grodog sebagai nafas dalam setiap lantunan gending-gending sakral nan magis.
Kolaborasi seni
Mengulik Janger Cak lebih dalam, tentu tak akan luput dari tarian Cak yang menjadi kerangka utama tari kolosal tersebut.
Cak adalah pembentuk struktur pertunjukan dengan aksen pola dan gending-gendingnya yang sangat mendukung secara keseluruhan, baik secara lakon dan pertunjukan Janger Cak itu sendiri.
Tari Cak dikenal sebagai tarian dalam kelompok besar yang secara umum membentuk alur Janger Cak.
Perbendaharaan gerak-gerak Cak sangat sederhana, seperti peniruan gerak-gerak alam semesta berupa pepohonan yang terambai sepoian angin, gerakan angin yang seolah menerpa pohon nyiur melambai, gelombang air laut rampak, serta gerakan tepukan tangan sebagai wujud bakti kepada alam.
Selain itu, diperagakan pula olah gerak manusia, seperti merangkak, melompat, serta peniruan beberapa gerakan hewan dan lainnya yang melambangkan perputaran dalam siklus kehidupan semesta.
Seringkali setiap olah gerak akan turut diiringi dengan olah vokal, seperti desisan, sapaan, hingga sorak sorai yang menjadi pengiring dari geliat tarian Janger Cak.
Karya kolosal Janger Cak ini juga turut dipadukan dengan genjek sebagai sebuah seni aksen permainan pola gamelan. Lantunan dari genjek ini dimeriahkan juga dengan olah vokal penari Cak atau sering disebut dengan "gamelan mulut".
Kolaborasi ketiga seni ini membentuk sebuah karya seni kolosal yang melambangkan alam semesta yang indah nan gelora laut yang semula tenang menjadi riuh.
Tampil dengan memadukan olah vokal melalui gending-gending janger klasik yang ditata sedemikian rupa, menjadikan Janger Cak sebagai sebuah bentuk karya seni kolosal baru yang bernafaskan tradisi Bali.
Kostum Janger Cak
Berbeda dengan janger pada umumnya, tari Janger Cak menekankan tata pola kostum berbasis kearifan lokal Nusa Penida. Balutan kearifan lokal tersebut tampak dari penggunaan tenun Cepuk berwarna merah khas Nusa Penida yang digunakan oleh penari Janger Cak.
Menurut penuturan Ketua Sanggar Ratu Kinasih Ida Ayu Yuliaswati Manuaba, sebagai pemikat, kostum dari tari Janger Cak ini turut melibatkan beberapa ornamen berwarna putih yang melambangkan kesucian.
Warna putih pada pakaian melambangkan Nusa Penida sebagai pulau terapung. Jika melihat ke atas yang dilihat adalah awan yang berwarna putih, kemudian jika melihat ke laut juga tampak buih-buih berwarna putih pada ombak.
Sementara warna merah pada pakaian penarik Cak melambangkan semangat nasionalisme yang tinggi, sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Selain itu, selendang janger yang berwarna-warni melambangkan corak warna kehidupan para generasi muda saat ini. Warna-warni tersebut disinyalir merupakan simbol dari suka cita generasi muda yang mencintai seni dan kebudayaan lokal.
Karya seni kolosal Janger Cak melambangkan bahwa kolaborasi olah vokal dan gerak dapat membentuk sebuah melodi yang menunjang lakon tarian.
Jika diulas kembali, Tari Janger Cak ini merupakan karya seni kolosal yang menekankan pada unsur keharmonisan, kreativitas, dan kolaborasi.
Selain melalui vokal, gerak, dan instrumen, keharmonisan tersebut juga tampak dari pelibatan peran antara laki-laki dan perempuan, sesuai dengan proporsi tiap-tiap penari.
Sanghyang dalam Janger Cak ini adalah sprit nafas masyarakat lokal, berbalut dengan tatanan kolaborasi dan semangat para generasi muda, menjadikan nuansa nasionalisme akan terpancar melalui karya seni kolosal Janger Cak.
Editor: Masuki M. Astro
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023