Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Selasa ditutup melemah 87 poin atau 0,56 persen menjadi Rp15.490 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan sebelumnya Rp15.403 per dolar AS.
“Meningkatnya kekhawatiran akan penutupan pemerintahan (goverment shutdown) AS tidak banyak menghalangi penguatan dolar AS dengan suku bunga yang lebih tinggi,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Ia menyebutkan Kongres mempunyai waktu kurang dari seminggu untuk meloloskan rancangan undang-undang pengeluaran dan mencegah penutupan pemerintahan. Namun, para pemimpin Partai Republik dan Demokrat mengindikasikan hanya sedikit kemajuan yang dicapai dalam mencapai konsensus.
Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari menyampaikan pada Senin (25/9) malam bahwa suku bunga setidaknya naik sekali lagi pada tahun 2023, dan kemungkinan lebih tinggi hingga tahun 2024.
Pernyataan tersebut serupa dengan apa yang disampaikan Ketua Fed Jerome Powell pada pekan lalu, bahwa inflasi tinggi di AS dan pasar tenaga kerja yang ketat kemungkinan menyebabkan kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini.
Di Asia, pengembang properti China Evergrande Group melaporkan bahwa pihaknya takkan dapat menerbitkan utang baru karena penyelidikan pemerintah terhadap anak perusahaannya, Hengda Real Estate Group.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran atas pengawasan peraturan yang lebih ketat terhadap sektor ini seiring perjuangan menghadapi krisis uang tunai selama tiga tahun.
“Fokus minggu ini adalah pada data indeks manajer pembelian dari Tiongkok untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai aktivitas bisnis,” ucap Ibrahim.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa turut melemah ke posisi Rp15.464 dari sebelumnya Rp15.399 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah Selasa pagi turun jadi Rp15.435 per dolar AS
Baca juga: IHSG Selasa pagi dibuka naik 16,53 poin
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023