Oleh IGK Agung Wijaya
Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah pelaku industri pariwisata menilai membeludaknya bisnis properti yang merambah ke perhotelan telah membuat para pelaku usaha tersebut di Pulau Dewata "tersakiti".
Selain menyakiti, tren pergeseran bisnis dari properti ke perhotelan telah menyebabkan persaingan harga yang sangat tidak wajar antarhotel, terutama di musim puncak kunjungan wisatawan.
"Tren pergeseran ini telah memperburuk perang harga hotel. Hal itu karena banyak perusahaan properti membangun hotel baru, maka mereka menawarkan tarif promosi murah untuk menarik wisatawan," kata Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Ngurah Wijaya.
Ini terjadi karena pemerintah daerah terlalu lunak dalam mengeluarkan izin untuk membangun akomodasi baru dan gagal untuk melaksanakan moratorium yang dikeluarkan oleh Gubernur.
"Sekarang fokusnya adalah tidak lagi pada keramahtamahan dan pelayanan, tetapi telah bergeser ke harga," ucapnya.
Selain itu, bisnis properti yang "booming" telah memberikan dampak negatif pada kondisi Pulau Dewata, terutama untuk lingkungannya.
Pembangunan infrastruktur juga gagal untuk mengatasi munculnya akomodasi baru, dan secara keseluruhan merugikan citra pariwisata Bali.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati mengatakan, bahwa sifat baru yang menawarkan tarif rendah memiliki fasilitas akomodasi yang kurang nyaman.
Dia berpendapat bahwa kondisi tersebut memerlukan perhatian dan tidak boleh diabaikan untuk mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
"Asosiasi harus telah diberi peran oleh pemerintah untuk mengontrol perkembangan akomodasi baru di Bali," katanya.
Pariwisata yang berkembang di Bali telah mendorong investor untuk membangun hotel baru, meskipun kelebihan pasokan kamar hotel di daerah pulau yang paling ramai.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Konsultan Properti Knight Frank (PT Willson Properti Advisindo), Bali akan memiliki 10.466 kamar hotel baru pada 2014 dari total 60 proyek konstruksi saat ini sedang berlangsung.
Menurut penelitian, sebanyak 3.922 kamar, atau 37 persen dari pasokan total kamar baru, telah mulai beroperasi mulai paruh kedua tahun ini.
Pasokan kamar baru didominasi oleh hotel bintang empat, yang mencapai 52,8 persen, diikuti oleh bintang lima dan hotel bintang tiga dengan 23,9 persen dan 23,3 persen, masing-masing.
Kuta tercatat sebagai tempat dengan pasokan tertinggi yang memiliki kamar baru dengan jumlah 3.358 kamar, setengahnya dimiliki hotel bintang empat. Nusa Dua akan memiliki 924 kamar baru, 72,5 persen di antaranya berada di hotel berbintang lima.
Kamar baru di Seminyak, Sanur dan Legian akan didominasi oleh hotel bintang empat. Akan ada tambahan 691 kamar di Seminyak, 1.025 kamar di Sanur dan 671 kamar di Legian.
Jimbaran juga terlihat menjadi "booming" oleh akomodasi wisata baru karena para investor memilih untuk membeli properti di sepanjang perbukitan daerah dan tebing dengan pemandangan laut.
Perbaikan infrastruktur di Bali, termasuk perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai, Jalan Tol Benoa-Nusa Dua dan underpass, telah menumbuhkan kepercayaan investor dan meningkatkan target bisnis properti.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, pasar properti di Bali tetap menguntungkan bagi investor baik lokal maupun internasional, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Meningkatnya jumlah wisatawan domestik dan asing ke Pulau Dewata telah mendorong optimisme pasar dan harga didorong untuk terus meningkat. Bali masih dianggap sebagai lokasi yang aman untuk investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Penelitian itu juga menemukan bahwa pasar properti di Bali sebagian besar didorong oleh permintaan dari investor lokal, terutama dari Jakarta dan Surabaya.
Akan tetapi akibatnya membuat harga tanah di Bali terus menunjukkan tren yang meningkat selama semester pertama tahun ini, dengan peningkatan rata-rata 28 persen di sejumlah lokasi strategis.
Namun, itu semua diyakini akan menimbulkan efek menyakitkan bagi pelaku kepariwisataan di Bali. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah pelaku industri pariwisata menilai membeludaknya bisnis properti yang merambah ke perhotelan telah membuat para pelaku usaha tersebut di Pulau Dewata "tersakiti".
Selain menyakiti, tren pergeseran bisnis dari properti ke perhotelan telah menyebabkan persaingan harga yang sangat tidak wajar antarhotel, terutama di musim puncak kunjungan wisatawan.
"Tren pergeseran ini telah memperburuk perang harga hotel. Hal itu karena banyak perusahaan properti membangun hotel baru, maka mereka menawarkan tarif promosi murah untuk menarik wisatawan," kata Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Ngurah Wijaya.
Ini terjadi karena pemerintah daerah terlalu lunak dalam mengeluarkan izin untuk membangun akomodasi baru dan gagal untuk melaksanakan moratorium yang dikeluarkan oleh Gubernur.
"Sekarang fokusnya adalah tidak lagi pada keramahtamahan dan pelayanan, tetapi telah bergeser ke harga," ucapnya.
Selain itu, bisnis properti yang "booming" telah memberikan dampak negatif pada kondisi Pulau Dewata, terutama untuk lingkungannya.
Pembangunan infrastruktur juga gagal untuk mengatasi munculnya akomodasi baru, dan secara keseluruhan merugikan citra pariwisata Bali.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati mengatakan, bahwa sifat baru yang menawarkan tarif rendah memiliki fasilitas akomodasi yang kurang nyaman.
Dia berpendapat bahwa kondisi tersebut memerlukan perhatian dan tidak boleh diabaikan untuk mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
"Asosiasi harus telah diberi peran oleh pemerintah untuk mengontrol perkembangan akomodasi baru di Bali," katanya.
Pariwisata yang berkembang di Bali telah mendorong investor untuk membangun hotel baru, meskipun kelebihan pasokan kamar hotel di daerah pulau yang paling ramai.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Konsultan Properti Knight Frank (PT Willson Properti Advisindo), Bali akan memiliki 10.466 kamar hotel baru pada 2014 dari total 60 proyek konstruksi saat ini sedang berlangsung.
Menurut penelitian, sebanyak 3.922 kamar, atau 37 persen dari pasokan total kamar baru, telah mulai beroperasi mulai paruh kedua tahun ini.
Pasokan kamar baru didominasi oleh hotel bintang empat, yang mencapai 52,8 persen, diikuti oleh bintang lima dan hotel bintang tiga dengan 23,9 persen dan 23,3 persen, masing-masing.
Kuta tercatat sebagai tempat dengan pasokan tertinggi yang memiliki kamar baru dengan jumlah 3.358 kamar, setengahnya dimiliki hotel bintang empat. Nusa Dua akan memiliki 924 kamar baru, 72,5 persen di antaranya berada di hotel berbintang lima.
Kamar baru di Seminyak, Sanur dan Legian akan didominasi oleh hotel bintang empat. Akan ada tambahan 691 kamar di Seminyak, 1.025 kamar di Sanur dan 671 kamar di Legian.
Jimbaran juga terlihat menjadi "booming" oleh akomodasi wisata baru karena para investor memilih untuk membeli properti di sepanjang perbukitan daerah dan tebing dengan pemandangan laut.
Perbaikan infrastruktur di Bali, termasuk perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai, Jalan Tol Benoa-Nusa Dua dan underpass, telah menumbuhkan kepercayaan investor dan meningkatkan target bisnis properti.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, pasar properti di Bali tetap menguntungkan bagi investor baik lokal maupun internasional, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Meningkatnya jumlah wisatawan domestik dan asing ke Pulau Dewata telah mendorong optimisme pasar dan harga didorong untuk terus meningkat. Bali masih dianggap sebagai lokasi yang aman untuk investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Penelitian itu juga menemukan bahwa pasar properti di Bali sebagian besar didorong oleh permintaan dari investor lokal, terutama dari Jakarta dan Surabaya.
Akan tetapi akibatnya membuat harga tanah di Bali terus menunjukkan tren yang meningkat selama semester pertama tahun ini, dengan peningkatan rata-rata 28 persen di sejumlah lokasi strategis.
Namun, itu semua diyakini akan menimbulkan efek menyakitkan bagi pelaku kepariwisataan di Bali. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013