Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengungkapkan dinamika geopolitik dunia telah mengalami perubahan yang signifikan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
Menurut dia, pada tingkat kompetisi global, terjadi pergeseran keseimbangan kekuatan di arena geopolitik dan perluasan pengaruh ekonomi dan militer beberapa negara.
"Di sisi yang lain, aliansi dan kemitraan geopolitik juga telah mengalami perubahan," kata Bambang Soesatyo saat berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2023 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu.
Kemudian, lanjutnya, di tingkat kompetisi regional, pada berbagai wilayah geopolitik terjadi peningkatan kompetisi antar negara untuk memengaruhi dan mengamankan minat mereka sendiri yang mencerminkan persaingan politik dan ekonomi yang kompleks.
Beberapa negara juga telah memperkuat hubungan mereka melalui aliansi yang telah mapan. Sementara itu, dengan meningkatnya ketegangan dan pergeseran kepentingan strategis, beberapa negara mengubah orientasi kebijakan luar negeri mereka dan mencari kemitraan yang baru.
Bambang menjelaskan di tengah globalisasi dan kemajuan teknologi, rivalitas geoekonomi menjadi semakin penting. Persaingan perdagangan, akses sumber daya alam, investasi asing langsung, dan ketergantungan ekonomi antara negara-negara menjadi faktor penting dalam dinamika geopolitik.
Kemudian, perkembangan teknologi komunikasi dan transformasi digital telah memungkinkan interaksi yang lebih intensif antar-negara, baik dalam arena politik, ekonomi, maupun sosial. Teknologi juga memberikan latar belakang baru untuk konflik dan persaingan.
"Perubahan dalam dinamika geopolitik ini juga disertai dengan lompatan teknologi yang signifikan, antara lain teknologi komunikasi dan konvergensi, internet dan digitalisasi, kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan implementasi internet of things," jelasnya.
Tidak hanya itu, dalam 20 tahun terakhir juga telah terjadi peningkatan signifikan kecanggihan teknologi keamanan dan teknologi militer, serta kemajuan perkembangan perang siber (cyber war-fare) yang memberikan keunggulan taktis dalam pertempuran.
Oleh karena itu, selain urgensi proses transformasi, pertahanan Indonesia yang bersifat komprehensif juga perlu diantisipasi berbagai dinamika geopolitik dan lompatan teknologi secara signifikan.
"Suka atau tidak suka, kita harus menata ulang kerangka kerja pertahanan Indonesia di dalam konstitusi kita, dengan menata kembali haluan negara untuk memastikan Indonesia memiliki kerangka kerja konstitusional yang mampu menangkap kebutuhan zaman," ujar Bambang Soesatyo.
Baca juga: Presiden Jokowi hadiri sidang tahunan MPR kenakan pakaian adat Maluku
Baca juga: Wakil Presiden Ma'ruf Amin hadiri Sidang Tahunan MPR kenakan pakaian Demang khas Betawi
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
Menurut dia, pada tingkat kompetisi global, terjadi pergeseran keseimbangan kekuatan di arena geopolitik dan perluasan pengaruh ekonomi dan militer beberapa negara.
"Di sisi yang lain, aliansi dan kemitraan geopolitik juga telah mengalami perubahan," kata Bambang Soesatyo saat berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2023 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu.
Kemudian, lanjutnya, di tingkat kompetisi regional, pada berbagai wilayah geopolitik terjadi peningkatan kompetisi antar negara untuk memengaruhi dan mengamankan minat mereka sendiri yang mencerminkan persaingan politik dan ekonomi yang kompleks.
Beberapa negara juga telah memperkuat hubungan mereka melalui aliansi yang telah mapan. Sementara itu, dengan meningkatnya ketegangan dan pergeseran kepentingan strategis, beberapa negara mengubah orientasi kebijakan luar negeri mereka dan mencari kemitraan yang baru.
Bambang menjelaskan di tengah globalisasi dan kemajuan teknologi, rivalitas geoekonomi menjadi semakin penting. Persaingan perdagangan, akses sumber daya alam, investasi asing langsung, dan ketergantungan ekonomi antara negara-negara menjadi faktor penting dalam dinamika geopolitik.
Kemudian, perkembangan teknologi komunikasi dan transformasi digital telah memungkinkan interaksi yang lebih intensif antar-negara, baik dalam arena politik, ekonomi, maupun sosial. Teknologi juga memberikan latar belakang baru untuk konflik dan persaingan.
"Perubahan dalam dinamika geopolitik ini juga disertai dengan lompatan teknologi yang signifikan, antara lain teknologi komunikasi dan konvergensi, internet dan digitalisasi, kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan implementasi internet of things," jelasnya.
Tidak hanya itu, dalam 20 tahun terakhir juga telah terjadi peningkatan signifikan kecanggihan teknologi keamanan dan teknologi militer, serta kemajuan perkembangan perang siber (cyber war-fare) yang memberikan keunggulan taktis dalam pertempuran.
Oleh karena itu, selain urgensi proses transformasi, pertahanan Indonesia yang bersifat komprehensif juga perlu diantisipasi berbagai dinamika geopolitik dan lompatan teknologi secara signifikan.
"Suka atau tidak suka, kita harus menata ulang kerangka kerja pertahanan Indonesia di dalam konstitusi kita, dengan menata kembali haluan negara untuk memastikan Indonesia memiliki kerangka kerja konstitusional yang mampu menangkap kebutuhan zaman," ujar Bambang Soesatyo.
Baca juga: Presiden Jokowi hadiri sidang tahunan MPR kenakan pakaian adat Maluku
Baca juga: Wakil Presiden Ma'ruf Amin hadiri Sidang Tahunan MPR kenakan pakaian Demang khas Betawi
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023