Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali melakukan apel gladi kesiapsiagaan terhadap bencana di SMPN 5 Tabanan sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagan terhadap potensi terjadinya bencana.
"Sesuai kajian risiko bencana, di Kabupaten Tabanan terjadi 10 ancaman, di antaranya gempa bumi, tsunami, longsor, angin kencang. Oleh karena itu, upaya-upaya penanggulangan bencana wajib dilakukan dengan sarana guna mengurangi risiko bencana yang dilakukan secara kolaboratif," kata Sekda Tabanan I Gede Susila, Kamis, di Tabanan.
Sejak disahkannya UU Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, katanya, penanggulangan bencana dari perspektif responsif ke preventif harus menjadi cara pikir.
Menurutnya cara tindak bersama dan dijadikan sebagai budaya, di mana edukasi kebencanaan harus dimulai sejak dini.
Baca juga: Dispar dan BPPD Denpasar promosikan industri untuk pulihkan pariwisata
"BNPB melalui program kesiapsiagaan bencana telah menginisiasi sejak tahun 2007, memprakarsai suatu gerakan nasional untuk menggugah seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, masyarakat dan dunia usaha untuk mengadakan uji rekonstruksi, uji SOP, uji sirine peringatan dini, latihan evakuasi mandiri secara serentak pada tanggal 26 April 2023," katanya.
Ia menjelaskan bahwa, prilaku dan budaya untuk siaga dari ancaman bencana sangat harus disadari dan penting dilakukan latihan evakuasi mandiri.
Hasil survei di Jepang, kata dia, 34,9 persen masyarakat bisa selamat dari ancaman bencana karena diri sendiri, 31,9 persen karena diselamatkan keluarga, 28,1 persen karena pertolongan tetangga dan hanya 5 persen bisa selamat oleh pertolongan regu selamat.
Ia menambahkan, keterpaduan antara pemerintah, pemda, TNI, Polri dengan masyarakat dan dunia usaha perlu dijalin dan ditingkatkan, terutama dalam menghadapi ancaman bencana di daerah.
"Oleh karena itu kami mengimbau agar seluruh jajaran dan pihak terkait serta masyarakat agar selalu meningkatkan kesiapsiagaan," demikian I Gede Susila.
Baca juga: Wagub Bali ajak BPPD Buleleng gencar kampanyekan kesiapan "prokes" pariwisata
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Sesuai kajian risiko bencana, di Kabupaten Tabanan terjadi 10 ancaman, di antaranya gempa bumi, tsunami, longsor, angin kencang. Oleh karena itu, upaya-upaya penanggulangan bencana wajib dilakukan dengan sarana guna mengurangi risiko bencana yang dilakukan secara kolaboratif," kata Sekda Tabanan I Gede Susila, Kamis, di Tabanan.
Sejak disahkannya UU Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, katanya, penanggulangan bencana dari perspektif responsif ke preventif harus menjadi cara pikir.
Menurutnya cara tindak bersama dan dijadikan sebagai budaya, di mana edukasi kebencanaan harus dimulai sejak dini.
Baca juga: Dispar dan BPPD Denpasar promosikan industri untuk pulihkan pariwisata
"BNPB melalui program kesiapsiagaan bencana telah menginisiasi sejak tahun 2007, memprakarsai suatu gerakan nasional untuk menggugah seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, masyarakat dan dunia usaha untuk mengadakan uji rekonstruksi, uji SOP, uji sirine peringatan dini, latihan evakuasi mandiri secara serentak pada tanggal 26 April 2023," katanya.
Ia menjelaskan bahwa, prilaku dan budaya untuk siaga dari ancaman bencana sangat harus disadari dan penting dilakukan latihan evakuasi mandiri.
Hasil survei di Jepang, kata dia, 34,9 persen masyarakat bisa selamat dari ancaman bencana karena diri sendiri, 31,9 persen karena diselamatkan keluarga, 28,1 persen karena pertolongan tetangga dan hanya 5 persen bisa selamat oleh pertolongan regu selamat.
Ia menambahkan, keterpaduan antara pemerintah, pemda, TNI, Polri dengan masyarakat dan dunia usaha perlu dijalin dan ditingkatkan, terutama dalam menghadapi ancaman bencana di daerah.
"Oleh karena itu kami mengimbau agar seluruh jajaran dan pihak terkait serta masyarakat agar selalu meningkatkan kesiapsiagaan," demikian I Gede Susila.
Baca juga: Wagub Bali ajak BPPD Buleleng gencar kampanyekan kesiapan "prokes" pariwisata
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023