Siang itu, perahu tradisional yang ditumpangi Jody Place sandar di pesisir Tanjung Benoa setelah berlayar mengelilingi perairan Teluk Benoa, sebuah kawasan wisata bahari ternama di Kabupaten Badung, Bali.

Cuaca Bali Selatan yang cukup terik saat itu membuat wisatawan asal Perth, Australia,  tersebut kehausan dan langsung meneguk air kelapa muda yang dijual di sekitar kawasan wisata tersebut.

Sembari menikmati air kelapa muda ditemani desir angin pesisir, ia berkeliling melihat sejumlah penyu yang ditangkarkan dan dikelola oleh masyarakat desa adat setempat, salah satunya adalah penangkaran penyu Tambaksari, Tanjung Benoa yang dikunjungi Jody bersama ibunya.

Di lahan seluas sekitar satu hektare itu, ia antusias menyaksikan kehidupan ragam jenis penyu untuk pertama kalinya, sambil memberi makanan favorit berupa rumput laut.

Di penangkaran Tambaksari terdapat 13 penyu yang terdiri  penyu hijau (Chelonia Mydas), penyu sisik dan penyu lekang yang ditampung di empat kolam.

Ada juga satu tempat khusus untuk penetasan telur penyu masing-masing sebanyak 120 butir telur penyu sisik dengan nama latin Eretmochelys imbricata dan penyu lekang atau Lepidochelys olivacea.

Telur-telur satwa dilindungi itu dijadwalkan menetas pada 5 Juni 2023 atau butuh waktu 45-60 hari sejak hari pertama induk penyu bertelur.

Beberapa meter dari penangkaran itu, terdapat Pulau Pudut, pulau kecil dengan bentuk memanjang yang kerap timbul tenggelam saat air laut pasang surut.

Meski pulau kecil, namun lokasinya cukup familier, khususnya bagi penumpang pesawat udara yang hendak mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai melalui landasan timur, dapat melihat dari udara kawasan semenanjung Tanjung Benoa dan Pulau Pudut.

Kawasan ini dikenal sebagai kawasan wisata bahari dengan bentang alam perairan, hutan mangrove di Teluk Benoa dan tol Bali Mandara yang ikonik.

Di sekitar pulau itulah banyak ditemukan penyu bertelur, menetaskan tukik yang kelak menyambung kehidupan satwa terancam punah itu.

Baca juga: Penangkaran penyu di Tanjung Benoa sulit dapat pasokan pakan

Mengingat di kawasan itu ramai wisata bahari, maka untuk menjaga kelangsungan hidup reptil laut itu masyarakat setempat merelokasi ke penangkaran. Di sekitar Tanjung Benoa terdapat enam penangkaran penyu sekaligus sebagai wahana konservasi dan edukasi penyu.

 

Foto udara kawasan semenanjung Tanjung Benoa dan Pulau Pudut (memanjang/kanan) dari salah satu pesawat komersial di Kabupaten Badung, Bali, Minggu (12/3/2023) ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

 

Daya tarik wisata

Keberadaan penyu di Tanjung Benoa menjadi daya tarik wisata yang kerap dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara.

Fahmi, wisatawan asal Kuala Lumpur, Malaysia, berkunjung ke kawasan itu untuk melihat penyu, bersama keluarganya yang berjumlah delapan orang.

Ia merogoh uang sebanyak Rp1,5 juta untuk biaya menyewa dua unit perahu tradisional, berkeliling perairan Tanjung Benoa dan singgah di konservasi penyu.

Selain menyaksikan lebih dekat penyu, wisatawan juga kerap dilibatkan dalam seremoni pelepasan penyu atau tukik yang dinilai sudah siap dilepasliarkan kembali ke laut di sekitar perairan Bali, salah satunya di Pantai Kuta.

Pengelola penangkaran penyu Tambaksari, Made Sutama menjelaskan berkunjung ke Tambaksari, pengunjung tidak dipungut biaya, tapi donasi yang bersifat sukarela.

Usia penyu yang dikonservasi di tempat itu diperkirakan berkisar 10-70 tahun.

Meski kerap dikunjungi wisatawan,  pihak penangkaran menerapkan etika kepada pengunjung, salah satunya menjaga jarak dan tidak menyentuh sembarangan penyu langka itu.

Sementara itu, meski jumlah wisatawan mulai membaik, tapi jumlahnya masih berkurang dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Per hari rata-rata jumlah kunjungan  sekitar 50 orang atau jauh dibandingkan sebelum pandemi mencapai hingga 200 orang.

Baca juga: BPSPL Denpasar jaga kesehatan penyu hijau hasil sitaan

 

Kesehatan penyu

Selain menjadi wisata konservasi dan edukasi, menjaga kesehatan penyu menjadi hal yang penting untuk kelangsungan hidup penyu.

Keberadaan penyu dilindungi Undang Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Bahkan, berdasarkan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES), semua jenis penyu laut telah dimasukkan dalam appendix I.

Artinya, perdagangan internasional penyu untuk tujuan komersial dilarang. Badan Konservasi Dunia (IUCN) memasukkan penyu sisik ke dalam daftar spesies yang sangat terancam punah, sedangkan penyu hijau, penyu lekang, dan penyu tempayan digolongkan sebagai terancam punah.

Kesehatan penyu termasuk yang ditangkarkan juga dipantau Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar.

Kepala BPSPL Denpasar, Permada Yudiarso, menjelaskan beberapa tahapan pemeriksaan kesehatan terhadap penyu tersebut di antaranya pemeriksaan sampel darah, pemindaian organ atau ultra sonografi (USG) dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan USG untuk mengetahui jenis kelamin, hingga mengecek kemungkinan ada calon telur di dalam tubuh penyu. Apabila ditemukan ada calon telur di dalam tubuh penyu, maka penyu harus segera dilepasliarkan.

Sedangkan pemeriksaan fisik meliputi pengukuran ulang panjang dan lebar lengkung cangkang, kelainan fisik hingga pemeriksaan penyakit seperti tumor.

Penyu dikategorikan tidak sehat dan perlu dirawat jika tidak mampu berenang dan adanya luka atau infeksi karena terikat tali saat ditemukan.

 

 

Kendala biaya

Upaya konservasi dan menjaga kelangsungan hidup penyu ternyata menghadapi kendala lain terutama dalam menjaga pasokan rumput laut sebagai pakan penyu.

Pemilik penangkaran penyu Tambaksari, Wayan Wata mengakui rumput laut tidak mudah didapatkan saat ini,  karena tidak banyak pembudidayaan.

Selama ini, pasokan rumput laut masih didapatkan dari para nelayan di sekitar perairan Tanjung Benoa, yang harus berbagi pasokan dengan enam penangkaran penyu lainnya. Penitipan penyu oleh aparat berwenang dari hasil sitaan di penangkarannya, juga  menambah biaya pakan.
 
Menurut Wata, untuk kebutuhan pakan rata-rata per hari menghabiskan 10 karung rumput laut.  Harga per karung rumput laut mencapai sekitar Rp30 ribu atau per bulan dibutuhkan sekitar Rp9 juta untuk pakan.

Sementara itu, pada saat yang sama pihaknya juga menerima sebanyak 21 ekor penyu hijau titipan yang merupakan hasil sitaan aparat berwenang.

Dengan adanya tambahan penitipan penyu hasil sitaan itu maka menambah biaya pengadaan pakan rumput laut. Untuk itu, untuk memastikan kecukupan pasokan pakan satwa yang terancam punah itu selama di penangkaran, dibutuhkan dukungan dari pihak-pihak terkait.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023