Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali kini sedang melakukan langkah-langkah untuk penanganan kasus meningitis yang muncul dan mencatat setidaknya 38 orang dirawat karena penyakit ini.
Kepala Dinkes Bali I Nyoman Gede Anom dalam keterangannya di Denpasar, Kamis, menuturkan meningitis yang saat ini sedang ramai adalah Meningitis Streptococcus Suis (MSS) yang dihubungkan dengan risiko konsumsi olahan babi yang tidak dimasak.
Ia lebih lanjut mengatakan dari 38 kasus yang pasiennya kini tersebar di Rumah sakit Sanjiwani, Rumah Sakit Negara, Rumah Sakit Prof Ngoerah dan Rumah Sakit Bali Mandara itu tidak seluruhnya mengidap MSS.
"Saat ini, kami melakukan penyelidikan epidemiologi untuk memastikan kasus di lapangan, melihat hubungan epidemiologi kasus dan riwayat paparan faktor risiko," sebut Anom sebagai salah satu langkah Dinkes Bali.
Adapun faktor risiko yang dimaksud adalah konsumsi olahan babi yang tidak dimasak sempurna, sehingga pihaknya akan memastikan cara dan sumber penularan, serta melakukan upaya penanggulangan sementara.
Langkah selanjutnya adalah meningkatkan giat survailans untuk menemukan kasus secara dini dan melakukan pengobatan secepatnya untuk mencegah beratnya infeksi atau komplikasi pada pasien.
Anom menyampaikan bahwa akan segera dibentuk tim koordinasi penanggulangan penyakit zoonosis dan penyakit infeksi baru di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, mereka akan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk penegakan diagnosa, serta melakukan koordinasi dengan lintas sektor.
Lintas sektor yang dimaksud adalah dinas pertanian dan ketahanan pangan, dinas kesehatan, dan tokoh desa untuk melakukan langkah lebih lanjut.
"Memberikan KIE kepada masyarakat agar segera mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan bila merasakan gejala-gejala seperti sakit kepala, demam, kaku tengkuk, ruam, mual kadang muntah, sensitif terhadap cahaya, pendengaran berdengung atau terganggu pasca mengkonsumsi olahan babi," sambungnya.
Selain itu, Dinkes Bali memastikan pemberian layanan kesehatan kepada penderita meningitis yang sedang dirawat.
Kepada masyarakat, langkah yang diambil adalah pemberian sosialisasi agar mengolah makanan yang benar, yaitu dimasak di atas suhu 80 derajat celcius.
Anom menuturkan bahwa meningitis sendiri memiliki penyebab dan jenis yang bermacam-macam, seperti virus, bakteri, jamur, parasit dan non-infeksi, dan meningitis bakteri sendiri penyebabnya beragam, seperti haemophilus influenzae, streptococcus pneumoniae, dan neisseria meningitides.
"Kondisi ini (Meningitis Streptococcus Suis) terjadi karena bakteri Streptococcus ditemukan di daging dan darah babi yang mentah dan bila itu dikonsumsi dengan olahan tersebut tidak dimasak sempurna seperti pada lawar plek, akan menyebabkan terjadinya proses infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang," ujarnya.
Namun demikian, ia menyatakan tidak semua meningitis disebabkan oleh konsumsi daging babi, namun perlu dibuktikan lebih lanjut.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
Kepala Dinkes Bali I Nyoman Gede Anom dalam keterangannya di Denpasar, Kamis, menuturkan meningitis yang saat ini sedang ramai adalah Meningitis Streptococcus Suis (MSS) yang dihubungkan dengan risiko konsumsi olahan babi yang tidak dimasak.
Ia lebih lanjut mengatakan dari 38 kasus yang pasiennya kini tersebar di Rumah sakit Sanjiwani, Rumah Sakit Negara, Rumah Sakit Prof Ngoerah dan Rumah Sakit Bali Mandara itu tidak seluruhnya mengidap MSS.
"Saat ini, kami melakukan penyelidikan epidemiologi untuk memastikan kasus di lapangan, melihat hubungan epidemiologi kasus dan riwayat paparan faktor risiko," sebut Anom sebagai salah satu langkah Dinkes Bali.
Adapun faktor risiko yang dimaksud adalah konsumsi olahan babi yang tidak dimasak sempurna, sehingga pihaknya akan memastikan cara dan sumber penularan, serta melakukan upaya penanggulangan sementara.
Langkah selanjutnya adalah meningkatkan giat survailans untuk menemukan kasus secara dini dan melakukan pengobatan secepatnya untuk mencegah beratnya infeksi atau komplikasi pada pasien.
Anom menyampaikan bahwa akan segera dibentuk tim koordinasi penanggulangan penyakit zoonosis dan penyakit infeksi baru di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, mereka akan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk penegakan diagnosa, serta melakukan koordinasi dengan lintas sektor.
Lintas sektor yang dimaksud adalah dinas pertanian dan ketahanan pangan, dinas kesehatan, dan tokoh desa untuk melakukan langkah lebih lanjut.
"Memberikan KIE kepada masyarakat agar segera mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan bila merasakan gejala-gejala seperti sakit kepala, demam, kaku tengkuk, ruam, mual kadang muntah, sensitif terhadap cahaya, pendengaran berdengung atau terganggu pasca mengkonsumsi olahan babi," sambungnya.
Selain itu, Dinkes Bali memastikan pemberian layanan kesehatan kepada penderita meningitis yang sedang dirawat.
Kepada masyarakat, langkah yang diambil adalah pemberian sosialisasi agar mengolah makanan yang benar, yaitu dimasak di atas suhu 80 derajat celcius.
Anom menuturkan bahwa meningitis sendiri memiliki penyebab dan jenis yang bermacam-macam, seperti virus, bakteri, jamur, parasit dan non-infeksi, dan meningitis bakteri sendiri penyebabnya beragam, seperti haemophilus influenzae, streptococcus pneumoniae, dan neisseria meningitides.
"Kondisi ini (Meningitis Streptococcus Suis) terjadi karena bakteri Streptococcus ditemukan di daging dan darah babi yang mentah dan bila itu dikonsumsi dengan olahan tersebut tidak dimasak sempurna seperti pada lawar plek, akan menyebabkan terjadinya proses infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang," ujarnya.
Namun demikian, ia menyatakan tidak semua meningitis disebabkan oleh konsumsi daging babi, namun perlu dibuktikan lebih lanjut.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023