Pemerintah Provinsi Bali menggelar Pesamuhan Agung Basa Bali pada Mei 2023 sebagai ajang untuk menguatkan, membumikan, dan memajukan Bahasa Bali yang menjadi bahasa daerah setempat.
"Selama ini upaya-upaya menguatkan Bahasa Bali telah kita lakukan, mulai dari perhelatan Bulan Bahasa Bali dan Pergub Nomor 80 Tahun 2018," kata Kepala Dinas Kebudayaan Bali Prof Dr I Gede Arya Sugiartha di Denpasar, Senin.
Arya Sugiartha menyampaikan hal tersebut dalam acara diskusi terfokus (FGD) yang digelar menjelang Pesamuhan Agung Basa Bali.
"Selama ini lembaga-lembaga Bahasa Bali juga kita kuatkan, fasilitas juga kita berikan karena Bahasa Bali perlu maju dan berkembang di masa mendatang," ucapnya.
Menurut dia, Pesamuhan Agung Basa Bali digelar untuk memberi ruang bagi masuknya bahasa-bahasa serapan ke Bahasa Bali.
Misalnya, masuknya Bahasa Indonesia yang diserap ke Bahasa Bali, bahasa asing atau Inggris diserap ke Bahasa Bali, termasuk ada ucapan-ucapan yang belum bisa dituliskan ke dalam Bahasa Bali.
Selain unsur-unsur serapan itu, juga bahasa mana saja diserap dalam Bahasa Bali, yang akan menjadi unsur tambahan, nanti yang tambahan ini akan menjadi aksara Bali anyar.
"Jadi, pesamuhan ini akan menghasilkan sesuatu yang berharga sekali untuk memajukan Bahasa Bali," katanya.
Pesamuhan diikuti lembaga Bahasa Bali dari kalangan widyasaba dan para tokoh yang luar biasa mengabdikan diri memajukan Bahasa Bali.
"Orang-orangnya tidak banyak, ini harus kita apresiasi, setelah melahirkan pedoman baru nanti, kita akan kembangkan lagi di masyarakat sehingga Basa Bali benar-benar bisa membumi. Nanti juga kita undang para guru Bahasa Bali," kata mantan Rektor ISI Denpasar itu.
Terkait kendala Bahasa Bali yang belakangan semakin jarang digunakan masyarakat Arya menyebut hal itu merupakan pengaruh dari luar yang sangat kuat, anak-anak baru lahir saja belum tentu diajak berbahasa Bali.
"Membiasakan Bahasa Bali di masyarakat menjadi tantangan. Kalau urusan formal di desa adat, penggunaan Bahasa Bali sudah berjalan, kemudian acara pernikahan sudah berjalan," ujarnya.
Namun, kata dia, sekarang Bahasa Bali untuk bahasa sehari-hari menjadi fokus ke depan untuk membiasakan lagi Bahasa Bali digunakan oleh masyarakat Bali.
Ketua Lembaga Bahasa, Aksara dan Sastra Bali Prof Dr I Nyoman Suarka mengatakan tujuan dari Pesamuhan Agung yang dirancang tahun 2023, sebenarnya harus dilihat dari segi sejarahnya.
"Harus disadari, saat ini sudah ada generasi yang berada dari lintas peralihan, antara generasi tua dan milenial. Jadi, Pesamuhan Agung ini bisa melahirkan pemikiran baru di bidang bahasa, aksara, dan sastra, khususnya di bidang aksara Bali," katanya.
Perkembangan anak-anak generasi muda Bali saat ini harus bisa memprediksi bagaimana pengucapannya, termasuk dalam Bahasa Bali tidak akan sama lagi dengan ucapan orang tuanya dulu.
"Anak-anak sekarang lahir dari generasi dengan pendidikan yang masif, mereka terlatih dan terdidik untuk mengucapkan vokal yang benar," katanya.
"Ini masalahnya, sehingga pengaruh bahasa asing dan Bahasa Indonesia yang masuk begitu deras ke Bahasa Bali ini harus diantisipasi dalam Bahasa Bali," ucap Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana itu.
FGD yang digelar di Kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Bali tersebut di antaranya terkait Pasang Aksara Bali menghadirkan dua pembicara yaitu I Gde Nala Antara dan Nengah Medera.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Selama ini upaya-upaya menguatkan Bahasa Bali telah kita lakukan, mulai dari perhelatan Bulan Bahasa Bali dan Pergub Nomor 80 Tahun 2018," kata Kepala Dinas Kebudayaan Bali Prof Dr I Gede Arya Sugiartha di Denpasar, Senin.
Arya Sugiartha menyampaikan hal tersebut dalam acara diskusi terfokus (FGD) yang digelar menjelang Pesamuhan Agung Basa Bali.
"Selama ini lembaga-lembaga Bahasa Bali juga kita kuatkan, fasilitas juga kita berikan karena Bahasa Bali perlu maju dan berkembang di masa mendatang," ucapnya.
Menurut dia, Pesamuhan Agung Basa Bali digelar untuk memberi ruang bagi masuknya bahasa-bahasa serapan ke Bahasa Bali.
Misalnya, masuknya Bahasa Indonesia yang diserap ke Bahasa Bali, bahasa asing atau Inggris diserap ke Bahasa Bali, termasuk ada ucapan-ucapan yang belum bisa dituliskan ke dalam Bahasa Bali.
Selain unsur-unsur serapan itu, juga bahasa mana saja diserap dalam Bahasa Bali, yang akan menjadi unsur tambahan, nanti yang tambahan ini akan menjadi aksara Bali anyar.
"Jadi, pesamuhan ini akan menghasilkan sesuatu yang berharga sekali untuk memajukan Bahasa Bali," katanya.
Pesamuhan diikuti lembaga Bahasa Bali dari kalangan widyasaba dan para tokoh yang luar biasa mengabdikan diri memajukan Bahasa Bali.
"Orang-orangnya tidak banyak, ini harus kita apresiasi, setelah melahirkan pedoman baru nanti, kita akan kembangkan lagi di masyarakat sehingga Basa Bali benar-benar bisa membumi. Nanti juga kita undang para guru Bahasa Bali," kata mantan Rektor ISI Denpasar itu.
Terkait kendala Bahasa Bali yang belakangan semakin jarang digunakan masyarakat Arya menyebut hal itu merupakan pengaruh dari luar yang sangat kuat, anak-anak baru lahir saja belum tentu diajak berbahasa Bali.
"Membiasakan Bahasa Bali di masyarakat menjadi tantangan. Kalau urusan formal di desa adat, penggunaan Bahasa Bali sudah berjalan, kemudian acara pernikahan sudah berjalan," ujarnya.
Namun, kata dia, sekarang Bahasa Bali untuk bahasa sehari-hari menjadi fokus ke depan untuk membiasakan lagi Bahasa Bali digunakan oleh masyarakat Bali.
Ketua Lembaga Bahasa, Aksara dan Sastra Bali Prof Dr I Nyoman Suarka mengatakan tujuan dari Pesamuhan Agung yang dirancang tahun 2023, sebenarnya harus dilihat dari segi sejarahnya.
"Harus disadari, saat ini sudah ada generasi yang berada dari lintas peralihan, antara generasi tua dan milenial. Jadi, Pesamuhan Agung ini bisa melahirkan pemikiran baru di bidang bahasa, aksara, dan sastra, khususnya di bidang aksara Bali," katanya.
Perkembangan anak-anak generasi muda Bali saat ini harus bisa memprediksi bagaimana pengucapannya, termasuk dalam Bahasa Bali tidak akan sama lagi dengan ucapan orang tuanya dulu.
"Anak-anak sekarang lahir dari generasi dengan pendidikan yang masif, mereka terlatih dan terdidik untuk mengucapkan vokal yang benar," katanya.
"Ini masalahnya, sehingga pengaruh bahasa asing dan Bahasa Indonesia yang masuk begitu deras ke Bahasa Bali ini harus diantisipasi dalam Bahasa Bali," ucap Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana itu.
FGD yang digelar di Kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Bali tersebut di antaranya terkait Pasang Aksara Bali menghadirkan dua pembicara yaitu I Gde Nala Antara dan Nengah Medera.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023