Oleh M. Irfan Ilmie

Pagi-pagi sekali salah satu ruang pertemuan di BICC Nusa Dua, Kabupaten Badung, kursi yang disiapkan pihak panitia sudah dipadati ratusan orang dari beragam suku.
    
Mereka bukan warga biasa, melainkan 320 kepala daerah tingkat dua di wilayah timur Indonesia itu jauh-jauh datang ke Bali untuk memenuhi undangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Selasa (4/12).
    
Saat membuka acara rapat koordinasi itu, anggota Komisi IV BPK Rizal Djalil memperkenalkan tiga orang pembicara. Pertama dia menyebutkan nama Sutarman yang saat ini menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.
    
Selanjutnya dia sebutkan pula nama Abraham Samad yang sudah dikenal publik sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tegas dan tanpa pandang bulu. Sontak, tepuk tangan hadirin bergemuruh selama kurang lebih satu menit. Disusul nama ketiga Andhi Nirwanto yang menjabat Jaksa Agung Muda Tindak Pindana Khusus (Jampidsus).
    
Itulah pertama kali pertemuan pucuk pimpinan KPK dan Kabareskrim sehari setelah penahanan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Pol Djoko Susilo terkait dugaan korupsi pengadaan alat simulasi mengemudi roda dua dan roda empat yang merugikan keuangan negara sekitar Rp100 miliar di Rutan Guntur, Jakarta, Senin (3/12).
    
Dalam kasus tersebut, kedua korps penegak hukum itu sempat bersitegang sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun tangan, meskipun dikesankan terlambat.
    
Abraham dan Sutarman sempat kikuk saat dipertemukan oleh BPK di Bali sehari setelah penahanan Djoko. Tempat duduk keduanya dipisahkan oleh Rizal selaku "shohibul hajat".
    
Sutarman yang berpangkat komisaris jenderal polisi itu mendapat kesempatan berbicara pertama dalam acara rakor hukum yang difasilitasi BPK. Wajah Abraham terlihat sedikit tegang selama beberapa detik. Beruntung Andhi Nirwanto yang duduk paling kanan berusaha mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol Abraham yang tadinya termangu di sampingnya.
    
Suasana ini berlanjut hingga ke meja makan seusai acara. Pihak panitia memang sengaja menempatkan keduanya dalam satu meja bundar. Abraham agak belakangan menempati kursinya, sedangkan Sutarman sudah ada di situ beberapa menit sebelumnya.
    
Abraham terlambat tiba di ruang makan VIP karena harus melayani wawancara dengan sejumlah wartawan sambil berjalan dari ruang pertemuan ke ruang makan yang berjarak sekitar 100 meter itu.
    
Hidangan di meja masih kosong, kecuali beberapa botol minuman dan gelas kristal yang belum terisi. Meskipun di seputaran meja bundar itu ada Sutarman, Andhi, dan Rizal, Abraham masih belum bisa menghilangkan rikuhnya.
    
Duduk sesaat, setelah itu bangkit lagi. Pria bercambang yang saat itu mengenakan baju batik warna merah tanah itu bergegas menghampiri beberapa orang yang sedang antre mengambil makanan tak jauh dari tempat makan tamu VIP. Dia berbincang sejenak dengan beberapa orang di situ dan sepertinya memang sudah saling kenal karena kebetulan undangannya adalah para kepala daerah di wilayah timur Indonesia, termasuk sejumlah kepala daerah asal Abraham di Sulawesi Selatan. Melihat gaya bicaranya, mereka seperti teman sekampung yang bertemu di tanah rantau.
    
Saat hendak kembali ke meja VIP, Abraham dihadang sejumlah perempuan berumur. Ternyata segerombolan istri pejabat BPK itu mengajak Abraham untuk foto bersama. Bak seorang artis, Abraham pun dikelilingi kaum hawa yang berdandan necis dan anggun.
    
Tak lama kemudian, meja makan ruang VIP itu pun penuh dengan beragam hidangan. Saat itulah suasana agak sedikit mencair. Bahkan, Abraham dan Sutarman terlihat saling tersenyum mengomentari beberapa suguhan yang ada di depannya.
    
Piring dan gelas kotor pun satu-per satu diambil oleh pelayan hotel berbintang di kawasan elit Nusa Dua. Makan siang itu pun usai dengan sendirinya.
    
Sebelum meninggalkan ruangan, orang yang pertama kali disalami Abraham adalah Sutarman. Abraham membisikkan beberapa kata di dekat telinga Sutarman yang saat itu mengenakan kemeja warna toska.
    
Tak diketahui persis isi pembicaraan itu, namun keduanya lantas tertawa bersama, berpelukan, dan saling "cipika-cipiki" layaknya dua petinju yang baru saja mengakhiri pertarungan "hidup-mati" di atas ring. Disalami pula Wakil Kepala Polda Bali Brigjen I Ketut Untung Yoga Anna yang duduk terpisah.
    
Tanpa diperintahkan, sejumlah kepala daerah pun berdiri berjajar menyalami keduanya sebelum meninggalkan ruang pertemuan besar itu.
    
Abraham diantar Rizal dan Bupati Badung Anak Agung Gde Agung hingga menuju mobil Toyota Innova yang membawanya keluar dari kawasan Nusa Dua menuju Bandara, sedangkan di belakangnya rombongan pejabat Polri dengan menumpang Toyota Alphard.         

Rivalitas Di Papua
Meskipun terkesan kikuk saat harus duduk semeja, Sutarman dan Abraham mampu menguasai diri saat harus berbicara di depan para bupati/wali kota itu.
    
Keduanya sama-sama menyatakan tekadnya untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Agar tidak sampai ketinggalan momen seperti dalam kasus penyidikan korupsi pengadaan alat simulasi kendaraan, Sutarman memproklamirkan diri untuk fokus terhadap pemberantasan korupsi di wilayah Papua.
    
"Kami sudah mengirimkan tim khusus ke Papua untuk mengawasi pengelolaan keuangan negara. Tim kami juga mendapat 'back-up' dari Polda Papua," ujarnya berapi-api.
    
Pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, 55 tahun silam itu sengaja menyebut Papua karena dia memastikan bahwa upaya yang dilakukan KPK selama ini belum menyentuh wilayah paling timur Indonesia itu.
    
Sutarman pasti tahu bahwa pemberantasan korupsi oleh KPK masih di seputaran Kalimantan dan Sulawesi sehingga pertemuan dengan bupati dan wali kota se-Indonesia Timur itu, termasuk Papua menjadi momen yang sangat tepat untuk menyampaikan gagasannya itu.
    
"Papua itu sangat besar sumber daya alamnya, tapi mengapa rakyatnya tidak sejahtera? Kami ingin memastikan bahwa uang negara di sana benar-benar dipergunakan sebagaimana mestinya, bukan untuk kepentingan pejabatnya saja," kata pria yang menjabat Kabareskrim sejak 6 Juli 2012 itu.
    
Bahkan dia menganggap bahwa tuntutan merdeka oleh  kelompok sparatis di Papua bukan dipicu oleh faktor ideologis semata, melainkan masalah kesejahteraan masyarakat yang tidak pernah diperhatikan oleh pejabat elit di tingkat pusat.
    
Seakan tak mau kalah oleh sang rival, Abraham juga menyatakan bahwa sejak lama KPK telah melakukan penelitian mengenai praktik korupsi di Tanah Papua, terutama yang berkaitan dengan royalti sumber daya alam dan mineral.
    
"Di Papua, Freeport sangat luar biasa besarnya. Sejahterakah rakyat di Papua?" katanya dalam kesempatan sebagai pembicara kedua yang langsung dijawab, "Tidak!" oleh ratusan kepala daerah dalam pertemuan itu.
    
Rivalitas dan adu konsep mengenai pemberantasan kasus korupsi antara KPK dan Polri itu sedikit mereda setelah Jampidsus Andhi Nirwanto naik podium.
     
Selera humor Andhi yang tinggi seolah mencairkan suasana beku dan kaku. "Dua lembaga penegak hukum tadi sudah banyak bicara soal korupsi. Lalu mereka bertemu dengan kepala daerah dalam satu ruangan. Amankan? Untuk apa saya bicara panjang-panjang, kan semuanya sudah jelas?" ucapnya disambut gelak tawa para hadirin.
    
Rizal Djalil selaku koordinator BPK di wilayah timur Indonesia juga merasa puas karena bisa menghadirkan tiga unsur penegak hukum berbeda dalam situasi yang tepat. (M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012