Minamas Plantation melalui pusat penelitiannya Minamas Research Centre (MRC) bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) kembali menjalin kerja sama dalam memproduksi benih sawit unggul Simalungun untuk mendukung daya saing produk sawit nasional.

"Kerja sama ini merupakan salah satu upaya kami dalam meningkatkan produktivitas, profitabilitas dan kinerja perkebunan kelapa sawit," kata CEO Minamas Plantation Adi Wira Abd Razak dalam acara penandatanganan kerja sama tersebut di Kabupaten Badung, Rabu.

Selain itu, kerja sama ini juga bertujuan untuk mempermudah petani sawit khususnya yang berada di seluruh Indonesia dalam mendapatkan benih unggul yang asli.

Minamas Plantations dan PPKS telah memulai produksi benih unggul Simalungun sejak tahun 2012 melalui pusat penelitian MRC yang berlokasi di Riau.

PPKS telah resmi menerima SK Menteri Pertanian No 137/Kpts/TP.240/2/2003 yang merupakan hak paten PPKS dalam memproduksi benih Simalungun pada Februari 2003.

Adi Wira mengucapkan terima kasih atas kerja sama, dukungan dan kepercayaan pemerintah, khususnya PPKS sehingga Minamas Plantation dapat menjadi salah satu pelaku bisnis benih kelapa sawit unggul di Indonesia.

Ia menambahkan, benih yang diproduksi dan disalurkan saat ini merupakan benih Simalungun yang didapatkan dari persilangan antara induk dura Deli terbaik dengan induk Pisifera keturunan SP540T murni, karena dinilai paling cocok untuk menghasilkan bibit berkualitas dengan tingkat produksi yang tinggi.

Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Dr Edwin Syahputra Lubis mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin dengan Minamas Recearch Center (MRC) dan berharap kerja sama akan semakin baik.

"Tujuannya tentu agar produktivitas sawit semakin baik. Harapannya semoga dapat memberikan manfaat bagi industri kelapa sawit di Indonesia khususnya untuk penyediaan benih unggul kelapa sawit," ujarnya.

Melalui kerja sama dengan PPKS ini, Minamas Plantation akan terus berfokus pada intensifikasi perkebunan dengan meningkatkan kualitas produk di lahan yang sudah ada.

"Selanjutnya menerapkan praktik agronomi terbaik, menjaga kelestarian lingkungan, serta mendukung upaya pemerintah dalam program peremajaan kebun kelapa sawit serta peningkatan daya saing produk kelapa sawit nasional," kata Edwin

Head Minamas Research Centre (MRC) Dr Shahrakbah Yacob mengatakan benih Simalungun memiliki potensi produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 33,7/ton/hektare/tahun dan dan juga bisa menghasilkan Crude Palm Oil (CP0) 10,4/ton/hektare/tahun.

Dibandingkan dengan benih lain Simalungun memiliki keunggulan dari sisi kandungan dan produksi minyak yang tinggi. Selain itu, Simalungun juga memiliki rasio "oil to bunch" yang tinggi artinya memiliki potensi kandungan minyak yang tinggi dalam setiap tandanya.

Tanaman mulai dapat dipanen pada umur 22 bulan setelah tanam di lapangan. Tidak hanya menghasilkan buah dan minyak yang tinggi, kecambah Simalungun juga diklaim memiliki daya adaptasi luas yang baik termasuk di tanah marjinal. "Varietas ini dapat ditanam di berbagai tipe lahan kelapa sawit," ujar Shahrakbah Yacob.

Sejak pelaksanaan kolaborasi antara MRC dan PPKS pada tahun 2012, produksi kecambah DxP Simalungun B telah mencapai lebih dari 12 juta butir kecambah.

Penggunaannya lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan internal dahulu sebelum dipasarkan secara komersial ke pelanggan eksternal termasuk kebun plasma dan kelompok petani.

Untuk mendapatkan Simalungun, saat ini pembelian hanya dapat dilakukan di kantor MRC Riau dengan harga kisaran Rp8.000/butir.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023