BPBD Bali melalui Pos Pengamatan Gunung Agung mengumumkan bahwa status gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu normal, namun pendaki tidak direkomendasikan menginap selama pendakian di malam hari.
"Ada rekomendasi jangan sampai turun ke kawah karena potensi bahayanya besar, tidak direkomendasikan untuk menginap di malam hari," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Agung PVMBG Dewa Made Mertheyasa.
Dalam konferensi pers secara daring di Denpasar, Senin, Dewa menyatakan status Gunung Agung aman, tapi bukan berarti dapat sebebas-bebasnya melakukan proses pendakian di tengah cuaca ekstrem Bali belakangan.
"Kalau pun banyak wisatawan yang naik mendaki tapi tiap ke pos pengamatan dikatakan aman karena gunungnya masih normal, saya sarankan agar proaktif mencari informasi BMKG, karena akhir-akhir ini cuaca ekstrem kadang angin kencang dan hujan deras tiba-tiba," ujarnya.
Baca juga: Tim SAR Gabungan Bali evakuasi jenazah pendaki AS di Gunung Agung
Kepada wisatawan maupun calon pendaki, disampaikan bahwa terdapat empat lokasi titik sirine di gunung tersebut, di mana saat ini alat tersebut tidak menunjukkan situasi apapun karena kondisi Gunung Agung sedang normal.
Namun, kata Dewa, apabila aktivitas gunung meningkat, maka pendaki diharapkan untuk mengambil jarak setidaknya 4 kilometer dari titik-titik sirine.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Agung itu juga menjawab pertanyaan masyarakat terkait beredarnya video asap kawah yang tinggi hingga ke bibir kawah.
"Asap kawah yang di Gunung Agung tinggi karena musim hujan karena itu kan panas, tapi dilihat dari seismik tidak ada peningkatan aktivitas, artinya gunung masih tetap aman," jelasnya.
Dengan kondisi cuaca ekstrem yang tinggi sepanjang bulan Februari dan diprediksi akan berlanjut hingga Maret, BPBD Bali menegaskan agar membatasi pendakian di Gunung Agung, termasuk Gunung Batur.
Baca juga: Pemkab Karangasem tingkatkan kesiagaan warga hadapi erupsi Gunung Agung
Sementara untuk di Gunung Agung telah dikeluarkan peringatan agar membatasi aktivitas atau tidak berlama-lama dan tidak bermalam di area kawah aktif, serta tidak mendekati lubang tembusan gas yang berada di sekitar kawah untuk menghindari potensi bahaya gas beracun.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Ada rekomendasi jangan sampai turun ke kawah karena potensi bahayanya besar, tidak direkomendasikan untuk menginap di malam hari," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Agung PVMBG Dewa Made Mertheyasa.
Dalam konferensi pers secara daring di Denpasar, Senin, Dewa menyatakan status Gunung Agung aman, tapi bukan berarti dapat sebebas-bebasnya melakukan proses pendakian di tengah cuaca ekstrem Bali belakangan.
"Kalau pun banyak wisatawan yang naik mendaki tapi tiap ke pos pengamatan dikatakan aman karena gunungnya masih normal, saya sarankan agar proaktif mencari informasi BMKG, karena akhir-akhir ini cuaca ekstrem kadang angin kencang dan hujan deras tiba-tiba," ujarnya.
Baca juga: Tim SAR Gabungan Bali evakuasi jenazah pendaki AS di Gunung Agung
Kepada wisatawan maupun calon pendaki, disampaikan bahwa terdapat empat lokasi titik sirine di gunung tersebut, di mana saat ini alat tersebut tidak menunjukkan situasi apapun karena kondisi Gunung Agung sedang normal.
Namun, kata Dewa, apabila aktivitas gunung meningkat, maka pendaki diharapkan untuk mengambil jarak setidaknya 4 kilometer dari titik-titik sirine.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Agung itu juga menjawab pertanyaan masyarakat terkait beredarnya video asap kawah yang tinggi hingga ke bibir kawah.
"Asap kawah yang di Gunung Agung tinggi karena musim hujan karena itu kan panas, tapi dilihat dari seismik tidak ada peningkatan aktivitas, artinya gunung masih tetap aman," jelasnya.
Dengan kondisi cuaca ekstrem yang tinggi sepanjang bulan Februari dan diprediksi akan berlanjut hingga Maret, BPBD Bali menegaskan agar membatasi pendakian di Gunung Agung, termasuk Gunung Batur.
Baca juga: Pemkab Karangasem tingkatkan kesiagaan warga hadapi erupsi Gunung Agung
Sementara untuk di Gunung Agung telah dikeluarkan peringatan agar membatasi aktivitas atau tidak berlama-lama dan tidak bermalam di area kawah aktif, serta tidak mendekati lubang tembusan gas yang berada di sekitar kawah untuk menghindari potensi bahaya gas beracun.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023