Negara (Antara Bali) - Melonjaknya harga daging sapi di Jakarta bukan membuat penghasilan jagal sapi di Kabupaten Jembrana turut naik, justru mengancam usaha mereka karena kalah bersaing harga pembelian sapi dengan pedagang dari Jawa.
"Harga daging sapi disini relatif stabil, tapi harga sapi hidupnya melonjak karena pedagang dari Jawa berani membeli dengan harga tinggi. Kami jagal lokal, selain sulit mendapatkan sapi, juga harus menaikkan harga beli" kata Muklisin, salah seorang jagal sapi, Senin.
Ia mencontohkan, jika dirinya menawar satu ekor sapi seharga Rp5 juta, pedagang asal Jawa berani membeli sapi yang sama senilai Rp6 juta hingga Rp6,5 juta.
Meskipun kondisi usahanya tengah terpuruk, Muklisin mengaku, ia berusaha agar tetap bisa berjalan, karena sudah banyak modal yang tertanam di pedagang daging sapi eceran.
"Kalau kita tidak memberi daging sapi, pedagang bersangkutan juga tidak membayar daging sapi yang sudah diambil sebelumnya. Saya tetap berusaha jalan, agar modal tidak tertanam percuma," ujarnya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Harga daging sapi disini relatif stabil, tapi harga sapi hidupnya melonjak karena pedagang dari Jawa berani membeli dengan harga tinggi. Kami jagal lokal, selain sulit mendapatkan sapi, juga harus menaikkan harga beli" kata Muklisin, salah seorang jagal sapi, Senin.
Ia mencontohkan, jika dirinya menawar satu ekor sapi seharga Rp5 juta, pedagang asal Jawa berani membeli sapi yang sama senilai Rp6 juta hingga Rp6,5 juta.
Meskipun kondisi usahanya tengah terpuruk, Muklisin mengaku, ia berusaha agar tetap bisa berjalan, karena sudah banyak modal yang tertanam di pedagang daging sapi eceran.
"Kalau kita tidak memberi daging sapi, pedagang bersangkutan juga tidak membayar daging sapi yang sudah diambil sebelumnya. Saya tetap berusaha jalan, agar modal tidak tertanam percuma," ujarnya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012