Pakaian batik kasual untuk kegiatan santai sehari-hari diperkenalkan sebuah butik di Bali bagi wisatawan asing yang berkunjung.
Pemilik "Debz Collection" Debby Fauziyanto di Kabupaten Badung, Jumat, menjelaskan butik yang ia bangun di Bali Selatan itu dianggap sebagai galeri untuk mengenalkan budaya Indonesia melalui batik.
"Target saya memperkenalkan kepada wisatawan asing bahwa batik itu tidak hanya bisa digunakan acara formal, tapi juga secara informal, bisa dibawa ke pantai juga," kata Debby.
Pengusaha fesyen yang banyak menggunakan batik Solo dan Yogyakarta itu menceritakan pengalamannya semasa kuliah di Amerika, di mana orang-orang lebih mengenal Bali daripada Indonesia.
Baca juga: Ada batik di G20 dan Piala Dunia 2022
Dia membangun sebuah butik pakaian khusus batik kasual jenis cap dan tulis dengan konsep resort wear, karena Pulau Dewata dinilai sebagai tempat wisatawan asing berkunjung atau berwisata.
"Saya banyak langganan toko pakaian di Bali, tapi pemilik dan perancang busana orang luar, sedangkan saya merasa saya juga lulusan luar negeri yang merupakan orang lokal, maka saya bisa membanggakan produk lokal dengan menggunakan batik," kata Debby.
Pemilik sekaligus desainer Debz Collection itu menyampaikan bahwa konsep yang ia hadirkan bagi pembelinya di Bali berbeda dengan butik pertama di Sarinah, DKI Jakarta sejak 2015, yang banyak mengambil desain batik formal.
"Ini ada gaya bohemian, celana pendek karena ingin konsep Bali resort, ada sedikit lengan dan batiknya kita pakai cap dan tulis. Ada yang satu pasang juga, saya mau mengedukasi bahwa batik itu bisa dicampur dan dicocokkan, karena kadang orang pakai corak yang sama dari atas sampai bawah, padahal dengan corak beda lebih keren," kata dia menjelaskan.
Baca juga: Yasonna: Endek Bali harumkan Indonesia di mata internasional
Jika melihat dari harganya di kisaran Rp1,2 juta-Rp3 juta, Debby mengakui bahwa target pasarnya di Bali adalah kalangan menengah ke atas. Menurutnya harga tersebut sesuai dengan proses panjang para perajin dan UMKM binaannya dalam memproduksi sebuah batik cap maupun tulis.
Untuk wisatawan asing sendiri, Debby melihat bahwa ada ketertarikan besar dari turis Jepang, begitu pula warga Singapura dan Malaysia yang selalu menunjukkan antusias ketika dirinya membawa suvenir batik.
"Orang Jepang suka batik, saya sedang mengenalkan mereka dengan batik Solo lawasan, karena orang Jepang sukanya batik indigo atau biru, jadi saya ajarkan yang lain juga," ujarnya.
Saat peresmian butik yang terletak di tengah Warung Made, Seminyak, Kabupaten Badung itu, Debby memberikan potongan harga hingga 20 persen sebagai awal dari misinya mengembangkan batik hingga dapat dikenal wisatawan asing.
Ia juga turut memasarkan hasil karyanya bersama perajin dan UMKM dari Solo itu melalui pasar digital, dengan memastikan diri bahwa hanya memproduksi batik cap dan tulis.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Pemilik "Debz Collection" Debby Fauziyanto di Kabupaten Badung, Jumat, menjelaskan butik yang ia bangun di Bali Selatan itu dianggap sebagai galeri untuk mengenalkan budaya Indonesia melalui batik.
"Target saya memperkenalkan kepada wisatawan asing bahwa batik itu tidak hanya bisa digunakan acara formal, tapi juga secara informal, bisa dibawa ke pantai juga," kata Debby.
Pengusaha fesyen yang banyak menggunakan batik Solo dan Yogyakarta itu menceritakan pengalamannya semasa kuliah di Amerika, di mana orang-orang lebih mengenal Bali daripada Indonesia.
Baca juga: Ada batik di G20 dan Piala Dunia 2022
Dia membangun sebuah butik pakaian khusus batik kasual jenis cap dan tulis dengan konsep resort wear, karena Pulau Dewata dinilai sebagai tempat wisatawan asing berkunjung atau berwisata.
"Saya banyak langganan toko pakaian di Bali, tapi pemilik dan perancang busana orang luar, sedangkan saya merasa saya juga lulusan luar negeri yang merupakan orang lokal, maka saya bisa membanggakan produk lokal dengan menggunakan batik," kata Debby.
Pemilik sekaligus desainer Debz Collection itu menyampaikan bahwa konsep yang ia hadirkan bagi pembelinya di Bali berbeda dengan butik pertama di Sarinah, DKI Jakarta sejak 2015, yang banyak mengambil desain batik formal.
"Ini ada gaya bohemian, celana pendek karena ingin konsep Bali resort, ada sedikit lengan dan batiknya kita pakai cap dan tulis. Ada yang satu pasang juga, saya mau mengedukasi bahwa batik itu bisa dicampur dan dicocokkan, karena kadang orang pakai corak yang sama dari atas sampai bawah, padahal dengan corak beda lebih keren," kata dia menjelaskan.
Baca juga: Yasonna: Endek Bali harumkan Indonesia di mata internasional
Jika melihat dari harganya di kisaran Rp1,2 juta-Rp3 juta, Debby mengakui bahwa target pasarnya di Bali adalah kalangan menengah ke atas. Menurutnya harga tersebut sesuai dengan proses panjang para perajin dan UMKM binaannya dalam memproduksi sebuah batik cap maupun tulis.
Untuk wisatawan asing sendiri, Debby melihat bahwa ada ketertarikan besar dari turis Jepang, begitu pula warga Singapura dan Malaysia yang selalu menunjukkan antusias ketika dirinya membawa suvenir batik.
"Orang Jepang suka batik, saya sedang mengenalkan mereka dengan batik Solo lawasan, karena orang Jepang sukanya batik indigo atau biru, jadi saya ajarkan yang lain juga," ujarnya.
Saat peresmian butik yang terletak di tengah Warung Made, Seminyak, Kabupaten Badung itu, Debby memberikan potongan harga hingga 20 persen sebagai awal dari misinya mengembangkan batik hingga dapat dikenal wisatawan asing.
Ia juga turut memasarkan hasil karyanya bersama perajin dan UMKM dari Solo itu melalui pasar digital, dengan memastikan diri bahwa hanya memproduksi batik cap dan tulis.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022