Ambon (Antara Bali) - Lagu pop daerah Maluku dinilai kurang memiliki nilai edukasi, kata Kepala Taman Budaya Maluku Semmy Toisuta.

"Kebanyakan lagu-lagu pop daerah kita kurang memiliki nilai edukasi, belum terlalu memberikan pengajaran tentang etika, cinta terhadap daerah, semangat membangun dan semacamnya," katanya, Selasa.

Ia mengatakan, selain kurang bernilai edukasi, sangat sedikit lagu pop daerah Maluku yang mengajarkan dan menggambarkan sisi relasi sosial yang berasaskan filosofi daerah setempat.

"Lebih banyak berbicara tentang hubungan asmara atau percintaan," katanya seraya menyebutkan, para musisi dan penyanyi tidak dapat disalahkan atas kurangnya nilai edukasi dalam karya musiknya, karena hal itu disesuaikan dengan permintaan pasar.

Para musisi dan penyanyi hidup yang bernaung di bawah industri rekaman bisa kehilangan idealisme, disebabkan dalam berkarya mereka diharuskan mengikuti roda pasar musik komersial yang telah ditentukan sebelumnya.

"Kita tidak bisa menyalahkan mereka begitu saja, karena berbicara mengenai industri rekaman berarti terkait tentang kapitalisme dan pemilik modal," ucapnya.

Menurut Toisuta, industri musik dan perusahaan rekaman cenderung mengikuti arus dari budaya populer, yang dihasilkan oleh modernisasi.

Oleh karena itu, para musisi, penyanyi dan seniman indie Maluku yang masih mempertahankan idealismenya dalam berkarya, harus mampu bertahan kendati minim fasilitas dan modal.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012