Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia berhasil mencapai tiga prestasi di tingkat global sepanjang masa krisis pandemi COVID-19 mulai dari sisi penanganan hingga pemulihan.

“Banyak yang kita pelajari dari pandemi. Kalau dilihat dari hasilnya Indonesia adalah negara yang dianggap reaktif dan sangat baik dalam penanganan COVID-19,” katanya dalam Rakernas Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah di Jakarta, Kamis.

Sri Mulyani menuturkan Indonesia sukses menjadi negara yang dinilai sangat responsif dan baik dalam menangani pandemi COVID-19 yakni dapat dilihat dari sejumlah indikator.

Baca juga: Menkeu akui subsidi masih tetap dinikmati pemilik mobil

Indikator tersebut di antaranya jumlah kasus positif yang terkendali, realisasi vaksinasi yang terus terakselerasi sekaligus langkah yang masif dalam menangani dan merawat pasien COVID-19 .

Menurutnya, hal itu merupakan pencapaian luar biasa yang dilakukan oleh seluruh elemen pemerintah terlebih lagi dengan kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan jumlah penduduk yang sangat banyak.

“Itu luar biasa yang telah dilakukan Presiden Joko Widodo, para menteri, para kepala daerah dan para lembaga. Luar biasa menangani COVID-19 untuk negara sebesar kita geografisnya rumit,” kata Sri Mulyani.

Selain prestasi dalam penanganan COVID-19, Indonesia juga berhasil menjadi salah satu dari sedikit negara yang pada pertengahan 2021 produk domestik brutonya (PDB) telah melewati level prapandemi 2019.

Ia mengatakan banyak negara anggota G20 maupun ASEAN yang sampai hari ini belum mencapai level prapandemi dan bahkan belum pulih.

Baca juga: Menkeu ungkap aliran modal asing keluar capai Rp126,85 triliun

Ia menjelaskan, kedua prestasi ini tidak terlepas dari peran anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang mampu menjadi shock absorber selama masa krisis.

“Itu suatu prestasi kita dalam menggunakan APBN untuk penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi,” ujarnya.

Terlebih lagi, pemerintah pun mampu menggunakan APBN secara prudent dalam menangani COVID-19 dan memulihkan ekonomi yaitu dapat dilihat dari defisit serta tambahan utang negara yang relatif sangat modest dibanding negara lain.

“Ada yang defisitnya dobel digit 10 persen sampai 15 persen bahkan ekonominya belum pulih. Kita defisit di 2020 sebesar 6 persen, turun ke 4,7 persen (2021). Dan kita harap tahun ini turun lagi,” jelasnya.
 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022