Bali dan Australia itu mirip tetangga saja, karena lokasinya juga berdekatan. Kalau Bali itu "kampung X", maka Australia adalah "kampung Y", yang lokasinya hanya beda kampung/komunitas tertentu.
Yang namanya tetangga, maka perselisihan antar-tetangga juga sangat wajar, karena orang yang berdekatan itu memang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat atau sudut pandang, kecuali "perang" digital yang bisa berjauhan.
Oleh karena itu, bila perselisihan antar-tetangga antara Bali dan Australia itu terjadi lebih dari satu kali juga dapat dimaklumi. Beberapa tahun lalu (2005), sempat ada kasus "Bali Nine" yang "memanaskan" hubungan keduanya, akibat sembilan orang Australia ditangkap di Bali, saat hendak menyelundupkan 8,2 kg heroin dari Indonesia ke Australia.
Tahun ini (2022), ada senator Australia yang menyebut "Negara" Bali, karena dianggap "tetangga" itu. Adalah Pauline Hanson, senator dari Queensland yang namanya viral karena rekaman videonya yang menyinggung Bali sebagai daerah berisiko penyakit mulut dan kuku (PMK).
Dalam video yang diunggah di akun YouTube pribadinya pada 5 Agustus 2022, Hanson menyebut kotoran sapi berceceran di jalanan di Bali, karena sapi dibiarkan berkeliaran, kemudian, warga Australia, yang merupakan sekelompok wisatawan terbesar di Bali pun, menginjak kotoran itu dan membawa PMK ke Australia.
Agaknya, pernyataan yang bernada "pelecehan" lewat video itu cukup menohok, karena Bali dianggap sebagai ancaman serius untuk penularan PMK di Australia. Namun, Hanson keliru menyebut Bali sebagai negara, padahal Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia.
Namun, Gubernur Bali Wayan Koster tampaknya sangat memahami "protes" dari "tetangga" itu, karena itu Provinsi Bali tidak ada rencana untuk melayangkan surat keberatan kepada Hanson atau "tetangga" Australia. "Tidak usah," kata Koster.
Pandangan senada juga disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah yang menilai pernyataan Hanson hanya "imajinasi" pribadi, sehingga tidak perlu ditanggapi lebih lanjut.
Tidak berbasis data
Tanpa menyampaikan "protes" kepada sang tetangga, Pemerintah Provinsi Bali menganggap senator Australia Pauline Hanson telah menyebarkan kabar bohong terkait sapi berkeliaran dan kotorannya yang berceceran di jalan dan akan dapat meningkatkan risiko penyebaran PMK hingga ke Australia.
Kabar bohong yang dimaksud adalah Hanson tidak pernah datang ke Bali dan melihat langsung penanganan penyakit PMK di Pulau Dewata, bahkan karena tidak berbasis data sampai keliru menyebut Pulau Dewata dengan "Negara" Bali.
Saat ini, tidak ada lagi kasus PMK di Pulau Dewata, bahkan penuntasan PMK paling cepat di Indonesia adalah Bali, sehingga apa yang diduga sebagai kotoran sapi yang berceceran di jalan itu dapat diyakini tidak akurat.
Kemenparekraf juga merespons pernyataan Hanson itu sebagai sesuatu yang tidak berdasar, karena pariwisata di Indonesia, termasuk di Bali, menerapkan standar kebersihan, kesehatan, keamanan, dan pelestarian lingkungan (CHSE) secara ketat.
Bahkan, Kementerian Luar Negeri RI menilai bahwa pernyataan Hanson hanya imajinasi belaka yang tidak memiliki dasar fakta yang betul.
Pengakuan akan Pulau Bali yang bagus , tidak hanya dari para wisatawan, tapi majalah-majalah luar negeri pun mengakui bahwa Bali itu salah satu pulau terbaik. Ada desa terbaik di Asia, juga desa terbaik di dunia, ada desa terbersih di dunia, yaitu di Pulau Bali.
Maka, kalau di antara banyak kalangan menilai Bali sebagai pulau tujuan wisata yang layak dan bagus, kemudian ada satu orang yang itu pun tidak pernah datang ke Pulau Dewata, kemudian bercerita banyak kotoran sapi di jalanan di Bali, sudah tidak selayaknya kita percayai.
Pernyataan Hanson itu memang terkesan sebagai hal yang terlalu berlebihan atau tendensius. Artinya apa yang disampaikan sama sekali tidak ada yang seperti itu. Di Bali itu, jangankan yang di kota, di desa dan gunung pun ketika mereka memelihara sapi, pasti dikandangkan atau diikat, tidak dilepas liar.
Baca juga: Gubernur Koster: Pauline Hanson sebar hoaks soal Bali
Apalagi, Pauline Hanson, sepertinya juga tidak pernah ke Bali atau mungkin daerah lain yang dilihat. Buktinya, Bali dibilang negara. Artinya, dia sangat tidak tahu kondisi Bali, jadi sangat disayangkan kalau menyatakan seperti itu.
"Men-dunia-kan" Bali
Cara berpikir sebaliknya agaknya juga bisa disematkan terkait pernyataan Hanson itu. Kalau selama ini Bali yang mengundang "dunia" (masyarakat dunia) datang ke Bali, maka perlu diubah menjadi "Bali datang ke dunia".
Selama ini, Bali telah memberikan kontribusi ekonomi yang sangat besar kepada Indonesia, terutama berkat kedatangan 20 juta turis berwisata ke Pulau Dewata. Namun, masa pandemi COVID-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Bali mengalami minus 12 persen pada Tahun 2020.
Salah satu penyebab ekonomi Bali melemah karena faktor ketergantungan yang besar terhadap sektor pariwisata. Padahal pariwisata itu sangat bergantung pada kondisi suatu wilayah atau negara. Pariwisata Bali terhambat pada Tahun 2020 karena adanya pembatasan kegiatan masyarakat setelah dunia dilanda pandemi COVID-19.
Ke depan, Bali harus dikembangkan sebagai pusat perdagangan dunia sebagaimana Singapura. Provinsi yang kaya dengan ragam budaya dan keindahan alamnya itu perlu membangun kapasitas pusat produksi besar guna meraup pangsa pasar digital yang begitu besar.
Bali memiliki pelbagai potensi untuk mengembangkan identitas sebagai pusat perdagangan Indonesia, bukan hanya mengandalkan sektor pariwisata. Bisa saja, Bali menjadi penyedia konsultan arsitek untuk pembangunan infrastruktur, seperti di Laos, hingga menjadi pusat penjualan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bidang seni.
Baca juga: Pemprov Bali: delapan hotel bagi tamu KTT G20 sudah lolos asesmen
G20 merupakan momentum untuk Bali "mendatangi" dunia, sekaligus menyapa tetangga sekitar, melalui "produk khas Bali", yakni produk seni, produk UMKM khas, produk pertanian alami, produk kesehatan khas (herbal), dan produk-produk lainnya, yang membuat Bali "mendunia" lewat kegiatan internasional (G20) dan digitalisasi.
Apalagi, Forbes telah merilis laporan daftar negara terindah di dunia 2022, dengan beberapa indikator penilaian. Indonesia sebagai peringkat pertama untuk Negara Terindah di Dunia 2022 dengan skor 7,77, mengalahkan Selandia Baru dan Kolombia yang juga dikenal dengan keindahan alamnya.
Negara dengan lambang burung Garuda ini juga memiliki 17.000 pulau dan rumah bagi terumbu karang yang bisa dieksplorasi oleh Bali. Indonesia juga memiliki hutan tropis yang sangat luas di Sumatera dan Kalimatan. Pulau Komodo juga, merupakan salah satu situs warisan dunia yang diakui UNESCO. Namun, Bali juga bisa "men-dunia-kan" produk-produk khas dari Pulau Para Dewa ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Australia, "Negara" Bali dan momentum G20
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Yang namanya tetangga, maka perselisihan antar-tetangga juga sangat wajar, karena orang yang berdekatan itu memang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat atau sudut pandang, kecuali "perang" digital yang bisa berjauhan.
Oleh karena itu, bila perselisihan antar-tetangga antara Bali dan Australia itu terjadi lebih dari satu kali juga dapat dimaklumi. Beberapa tahun lalu (2005), sempat ada kasus "Bali Nine" yang "memanaskan" hubungan keduanya, akibat sembilan orang Australia ditangkap di Bali, saat hendak menyelundupkan 8,2 kg heroin dari Indonesia ke Australia.
Tahun ini (2022), ada senator Australia yang menyebut "Negara" Bali, karena dianggap "tetangga" itu. Adalah Pauline Hanson, senator dari Queensland yang namanya viral karena rekaman videonya yang menyinggung Bali sebagai daerah berisiko penyakit mulut dan kuku (PMK).
Dalam video yang diunggah di akun YouTube pribadinya pada 5 Agustus 2022, Hanson menyebut kotoran sapi berceceran di jalanan di Bali, karena sapi dibiarkan berkeliaran, kemudian, warga Australia, yang merupakan sekelompok wisatawan terbesar di Bali pun, menginjak kotoran itu dan membawa PMK ke Australia.
Agaknya, pernyataan yang bernada "pelecehan" lewat video itu cukup menohok, karena Bali dianggap sebagai ancaman serius untuk penularan PMK di Australia. Namun, Hanson keliru menyebut Bali sebagai negara, padahal Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia.
Namun, Gubernur Bali Wayan Koster tampaknya sangat memahami "protes" dari "tetangga" itu, karena itu Provinsi Bali tidak ada rencana untuk melayangkan surat keberatan kepada Hanson atau "tetangga" Australia. "Tidak usah," kata Koster.
Pandangan senada juga disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah yang menilai pernyataan Hanson hanya "imajinasi" pribadi, sehingga tidak perlu ditanggapi lebih lanjut.
Tidak berbasis data
Tanpa menyampaikan "protes" kepada sang tetangga, Pemerintah Provinsi Bali menganggap senator Australia Pauline Hanson telah menyebarkan kabar bohong terkait sapi berkeliaran dan kotorannya yang berceceran di jalan dan akan dapat meningkatkan risiko penyebaran PMK hingga ke Australia.
Kabar bohong yang dimaksud adalah Hanson tidak pernah datang ke Bali dan melihat langsung penanganan penyakit PMK di Pulau Dewata, bahkan karena tidak berbasis data sampai keliru menyebut Pulau Dewata dengan "Negara" Bali.
Saat ini, tidak ada lagi kasus PMK di Pulau Dewata, bahkan penuntasan PMK paling cepat di Indonesia adalah Bali, sehingga apa yang diduga sebagai kotoran sapi yang berceceran di jalan itu dapat diyakini tidak akurat.
Kemenparekraf juga merespons pernyataan Hanson itu sebagai sesuatu yang tidak berdasar, karena pariwisata di Indonesia, termasuk di Bali, menerapkan standar kebersihan, kesehatan, keamanan, dan pelestarian lingkungan (CHSE) secara ketat.
Bahkan, Kementerian Luar Negeri RI menilai bahwa pernyataan Hanson hanya imajinasi belaka yang tidak memiliki dasar fakta yang betul.
Pengakuan akan Pulau Bali yang bagus , tidak hanya dari para wisatawan, tapi majalah-majalah luar negeri pun mengakui bahwa Bali itu salah satu pulau terbaik. Ada desa terbaik di Asia, juga desa terbaik di dunia, ada desa terbersih di dunia, yaitu di Pulau Bali.
Maka, kalau di antara banyak kalangan menilai Bali sebagai pulau tujuan wisata yang layak dan bagus, kemudian ada satu orang yang itu pun tidak pernah datang ke Pulau Dewata, kemudian bercerita banyak kotoran sapi di jalanan di Bali, sudah tidak selayaknya kita percayai.
Pernyataan Hanson itu memang terkesan sebagai hal yang terlalu berlebihan atau tendensius. Artinya apa yang disampaikan sama sekali tidak ada yang seperti itu. Di Bali itu, jangankan yang di kota, di desa dan gunung pun ketika mereka memelihara sapi, pasti dikandangkan atau diikat, tidak dilepas liar.
Baca juga: Gubernur Koster: Pauline Hanson sebar hoaks soal Bali
Apalagi, Pauline Hanson, sepertinya juga tidak pernah ke Bali atau mungkin daerah lain yang dilihat. Buktinya, Bali dibilang negara. Artinya, dia sangat tidak tahu kondisi Bali, jadi sangat disayangkan kalau menyatakan seperti itu.
"Men-dunia-kan" Bali
Cara berpikir sebaliknya agaknya juga bisa disematkan terkait pernyataan Hanson itu. Kalau selama ini Bali yang mengundang "dunia" (masyarakat dunia) datang ke Bali, maka perlu diubah menjadi "Bali datang ke dunia".
Selama ini, Bali telah memberikan kontribusi ekonomi yang sangat besar kepada Indonesia, terutama berkat kedatangan 20 juta turis berwisata ke Pulau Dewata. Namun, masa pandemi COVID-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Bali mengalami minus 12 persen pada Tahun 2020.
Salah satu penyebab ekonomi Bali melemah karena faktor ketergantungan yang besar terhadap sektor pariwisata. Padahal pariwisata itu sangat bergantung pada kondisi suatu wilayah atau negara. Pariwisata Bali terhambat pada Tahun 2020 karena adanya pembatasan kegiatan masyarakat setelah dunia dilanda pandemi COVID-19.
Ke depan, Bali harus dikembangkan sebagai pusat perdagangan dunia sebagaimana Singapura. Provinsi yang kaya dengan ragam budaya dan keindahan alamnya itu perlu membangun kapasitas pusat produksi besar guna meraup pangsa pasar digital yang begitu besar.
Bali memiliki pelbagai potensi untuk mengembangkan identitas sebagai pusat perdagangan Indonesia, bukan hanya mengandalkan sektor pariwisata. Bisa saja, Bali menjadi penyedia konsultan arsitek untuk pembangunan infrastruktur, seperti di Laos, hingga menjadi pusat penjualan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bidang seni.
Baca juga: Pemprov Bali: delapan hotel bagi tamu KTT G20 sudah lolos asesmen
G20 merupakan momentum untuk Bali "mendatangi" dunia, sekaligus menyapa tetangga sekitar, melalui "produk khas Bali", yakni produk seni, produk UMKM khas, produk pertanian alami, produk kesehatan khas (herbal), dan produk-produk lainnya, yang membuat Bali "mendunia" lewat kegiatan internasional (G20) dan digitalisasi.
Apalagi, Forbes telah merilis laporan daftar negara terindah di dunia 2022, dengan beberapa indikator penilaian. Indonesia sebagai peringkat pertama untuk Negara Terindah di Dunia 2022 dengan skor 7,77, mengalahkan Selandia Baru dan Kolombia yang juga dikenal dengan keindahan alamnya.
Negara dengan lambang burung Garuda ini juga memiliki 17.000 pulau dan rumah bagi terumbu karang yang bisa dieksplorasi oleh Bali. Indonesia juga memiliki hutan tropis yang sangat luas di Sumatera dan Kalimatan. Pulau Komodo juga, merupakan salah satu situs warisan dunia yang diakui UNESCO. Namun, Bali juga bisa "men-dunia-kan" produk-produk khas dari Pulau Para Dewa ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Australia, "Negara" Bali dan momentum G20
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022