Sebanyak enam dari sembilan korban dengan kondisi terparah akibat ledakan kompor saat kremasi massal di Desa Adat Selat, Gianyar, Bali, Jumat (19/8) malam, kini ditangani RSUP Prof Ngoerah yang sebelumnya RSUP Sanglah.
"Dari sana (RS Sanjiwani) ada enam, cuma katanya korbannya sembilan, saya berterima kasih ke RS Sanjiwani sudah memberikan penanganan awal cukup baik," kata Dokter Staf Medis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUP Prof Ngoerah Dr. dr. Agus Roy Rusly Hariantana Hamid di Denpasar, Sabtu.
Ia menjelaskan bahwa saat ini kondisi pasien korban ledakan kompor tergolong berat, sehingga pihak rumah sakit berupaya menstabilkan terlebih dahulu.
"Untuk yang di ruang isolasi cukup berat, dua korban cukup berat karena ruas luka bakarnya lebih dari 90 persen, jadi saat ini kondisinya masih belum stabil saya masih belum bisa janjikan untuk kedepannya," ujarnya.
Baca juga: Polisi selidiki penyebab meledaknya tabung minyak kompor saat Ngaben
Saat ini dua orang pasien dengan kondisi luka bakar terberat adalah Bagus Oskar (33) yaitu 98 persen dan IKGP (14) 94 persen. Sementara empat pasien lainnya yaitu Adi Wiranata (32), Made Budiarta (49), Kadek Dwi (30), dan IGNP (11) ruas luka bakar pada tubuhnya di bawah 80 persen.
"Tapi ini perlu perawatan lama sampai tiga bulan di sini kalau memang dia bertahan ya, kita tim unit luka bakar akan melakukan yang terbaik. Kita sudah melakukan pembersihan luka eskarotomi, kita buka jaringan mati yang menjerat dada, tangan dan kaki untuk bisa dalam fase akut ini bernapas dengan baik," kata Dr Roy kepada media.
Saat dalam proses menstabilkan kondisi keenam pasien ledakan kompor ini juga belum dapat dipastikan pihak rumah sakit, lantaran dengan kondisi saat ini, bantuan mesin pun disebut Dr Roy masih belum dapat menjamin.
"Dengan bantuan mesin saja masih belum stabil apalagi tanpa mesin, dan usia juga sangat mempengaruhi. Usia dewasa dan muda biasanya cukup stabil untuk kasus luka bakar," katanya.
Baca juga: Di empat kabupaten Bali, PLN perluas konversi dari kompor gas ke listrik
Dokter luka bakar di RSUP Prof Ngoerah itu mengatakan saat ini sebanyak empat pasien sudah sadarkan diri, sedangkan dua lainnya mendapat suntikan bius. Salah satunya pasien dengan luka bakar terberat, Bagus Oskar.
Istri dari Bagus Oskar sebagai penyedia kompor bernama Ayu Tri saat dijumpai di ruang ICU unit luka bakar mengaku suaminya sebelumnya sempat sadarkan diri, namun hingga kini dirinya masih belum mengetahui penyebab dari ledakan tersebut.
"Kemarin masih sadar sampai di RS Sanjiwani, suami saya katanya posisi sudah selesai mau matikan kompor karena sebagian sudah selesai, tapi pas suami saya lagi pegang selang tiba-tiba meledak. Saya belum tahu jelasnya karena tidak ada di lokasi dan cuma tahu kompor meledak," katanya kepada media.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Dari sana (RS Sanjiwani) ada enam, cuma katanya korbannya sembilan, saya berterima kasih ke RS Sanjiwani sudah memberikan penanganan awal cukup baik," kata Dokter Staf Medis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUP Prof Ngoerah Dr. dr. Agus Roy Rusly Hariantana Hamid di Denpasar, Sabtu.
Ia menjelaskan bahwa saat ini kondisi pasien korban ledakan kompor tergolong berat, sehingga pihak rumah sakit berupaya menstabilkan terlebih dahulu.
"Untuk yang di ruang isolasi cukup berat, dua korban cukup berat karena ruas luka bakarnya lebih dari 90 persen, jadi saat ini kondisinya masih belum stabil saya masih belum bisa janjikan untuk kedepannya," ujarnya.
Baca juga: Polisi selidiki penyebab meledaknya tabung minyak kompor saat Ngaben
Saat ini dua orang pasien dengan kondisi luka bakar terberat adalah Bagus Oskar (33) yaitu 98 persen dan IKGP (14) 94 persen. Sementara empat pasien lainnya yaitu Adi Wiranata (32), Made Budiarta (49), Kadek Dwi (30), dan IGNP (11) ruas luka bakar pada tubuhnya di bawah 80 persen.
"Tapi ini perlu perawatan lama sampai tiga bulan di sini kalau memang dia bertahan ya, kita tim unit luka bakar akan melakukan yang terbaik. Kita sudah melakukan pembersihan luka eskarotomi, kita buka jaringan mati yang menjerat dada, tangan dan kaki untuk bisa dalam fase akut ini bernapas dengan baik," kata Dr Roy kepada media.
Saat dalam proses menstabilkan kondisi keenam pasien ledakan kompor ini juga belum dapat dipastikan pihak rumah sakit, lantaran dengan kondisi saat ini, bantuan mesin pun disebut Dr Roy masih belum dapat menjamin.
"Dengan bantuan mesin saja masih belum stabil apalagi tanpa mesin, dan usia juga sangat mempengaruhi. Usia dewasa dan muda biasanya cukup stabil untuk kasus luka bakar," katanya.
Baca juga: Di empat kabupaten Bali, PLN perluas konversi dari kompor gas ke listrik
Dokter luka bakar di RSUP Prof Ngoerah itu mengatakan saat ini sebanyak empat pasien sudah sadarkan diri, sedangkan dua lainnya mendapat suntikan bius. Salah satunya pasien dengan luka bakar terberat, Bagus Oskar.
Istri dari Bagus Oskar sebagai penyedia kompor bernama Ayu Tri saat dijumpai di ruang ICU unit luka bakar mengaku suaminya sebelumnya sempat sadarkan diri, namun hingga kini dirinya masih belum mengetahui penyebab dari ledakan tersebut.
"Kemarin masih sadar sampai di RS Sanjiwani, suami saya katanya posisi sudah selesai mau matikan kompor karena sebagian sudah selesai, tapi pas suami saya lagi pegang selang tiba-tiba meledak. Saya belum tahu jelasnya karena tidak ada di lokasi dan cuma tahu kompor meledak," katanya kepada media.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022