Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mengharapkan Pemerintah Daerah dapat membantu upaya pengendalian jumlah populasi kera di Monkey Forest atau Mandala Suci Wanara Wana di Ubud, Kabupaten Gianyar, Senin.
"Penting pemerintah daerah membantu pengendalian populasi kera di sini, karena tidak mungkin juga mengeliminasi kera seperti halnya mengeliminasi anjing untuk mencegah rabies," kata Pastika saat melalukan penyerapan aspirasi di Monkey Forest, Gianyar, Senin.
Pastika didampingi staf ahli Nyoman Wiratmaja, Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara, mengadakan reses bertajuk Monkey Forest Melestarikan Flora dan Fauna di Tengah Pengembangan Eco Tourism.
Menurut dia, tantangan di sektor pariwisata akan makin ketat. Oleh karena itu, penting agar apa yang sudah ada dirawat dengan baik.
Baca juga: Ada wisata alami dan "wisata obat" di Ubud
"Pariwisata itu sensitif dan rawan terhadap berbagai isu, seperti isu kesehatan, teroris dan bencana, sehingga mengelola yang sudah ada saja juga tidak gampang," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Oleh karena itu, kata Pastika, dengan kontribusi yang telah diberikan Monkey Forest yang selama ini dikelola desa adat terhadap pendapatan daerah, hendaknya juga dibarengi dengan perhatian pemda terhadap upaya perawatan dan menjaga kelestarian daerah yang menjadi paru-parunya Ubud itu.
Bendesa Adat Padang Tegal Ubud Made Parmita mengatakan di saat awal-awal pandemi COVID-19, pihak pengelola sempat mengalami kendala untuk pakan kera karena minimnya jumlah kunjungan wisatawan, namun populasi kera bertambah terus.
"Sebulan perlu biaya yang besar untuk operasional karyawan dan pakan satwa berkisar hingga lebih dari Rp300 juta. Untung ada LPD yang membantu kredit," ujar Parmita bersama Marketing Manager Komang Adhi Widyarthana dan sejumlah karyawan.
Baca juga: Pengelola wisata Alas Kedaton "Monkey Forest" Bali siapkan promosi digital (video)
Saat ini diakui kunjungan turis mulai menggeliat. Rata-rata kunjungan berkisar 2.500 per hari sejak April 2022. Di saat normal kunjungan rata-rata 4.000-an per harinya. "Kami bersyukur turis mulai datang sehingga perawatan kera bisa kembali berjalan dengan baik," ujarnya.
Tetapi, pihaknya menghadapi kendala dalam upaya pelestarian tanaman hutan yang ada termasuk perawatan kera. Sebagian pohon yang ada sudah tua-tua dan banyak yang roboh dan merusak pohon lainnya dan akan berbahaya juga bagi pengunjung.
Untuk menjaga jumlah populasinya agar tetap stabil sehingga dilakukan sterilisasi dengan menggandeng perguruan tinggi.
Saat ini ada sekitar 1.200 kera di Monkey Forest dan dengan upaya sterilisasi pertambahannya bisa dikendalikan hingga lebih dari 50 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Penting pemerintah daerah membantu pengendalian populasi kera di sini, karena tidak mungkin juga mengeliminasi kera seperti halnya mengeliminasi anjing untuk mencegah rabies," kata Pastika saat melalukan penyerapan aspirasi di Monkey Forest, Gianyar, Senin.
Pastika didampingi staf ahli Nyoman Wiratmaja, Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara, mengadakan reses bertajuk Monkey Forest Melestarikan Flora dan Fauna di Tengah Pengembangan Eco Tourism.
Menurut dia, tantangan di sektor pariwisata akan makin ketat. Oleh karena itu, penting agar apa yang sudah ada dirawat dengan baik.
Baca juga: Ada wisata alami dan "wisata obat" di Ubud
"Pariwisata itu sensitif dan rawan terhadap berbagai isu, seperti isu kesehatan, teroris dan bencana, sehingga mengelola yang sudah ada saja juga tidak gampang," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Oleh karena itu, kata Pastika, dengan kontribusi yang telah diberikan Monkey Forest yang selama ini dikelola desa adat terhadap pendapatan daerah, hendaknya juga dibarengi dengan perhatian pemda terhadap upaya perawatan dan menjaga kelestarian daerah yang menjadi paru-parunya Ubud itu.
Bendesa Adat Padang Tegal Ubud Made Parmita mengatakan di saat awal-awal pandemi COVID-19, pihak pengelola sempat mengalami kendala untuk pakan kera karena minimnya jumlah kunjungan wisatawan, namun populasi kera bertambah terus.
"Sebulan perlu biaya yang besar untuk operasional karyawan dan pakan satwa berkisar hingga lebih dari Rp300 juta. Untung ada LPD yang membantu kredit," ujar Parmita bersama Marketing Manager Komang Adhi Widyarthana dan sejumlah karyawan.
Baca juga: Pengelola wisata Alas Kedaton "Monkey Forest" Bali siapkan promosi digital (video)
Saat ini diakui kunjungan turis mulai menggeliat. Rata-rata kunjungan berkisar 2.500 per hari sejak April 2022. Di saat normal kunjungan rata-rata 4.000-an per harinya. "Kami bersyukur turis mulai datang sehingga perawatan kera bisa kembali berjalan dengan baik," ujarnya.
Tetapi, pihaknya menghadapi kendala dalam upaya pelestarian tanaman hutan yang ada termasuk perawatan kera. Sebagian pohon yang ada sudah tua-tua dan banyak yang roboh dan merusak pohon lainnya dan akan berbahaya juga bagi pengunjung.
Untuk menjaga jumlah populasinya agar tetap stabil sehingga dilakukan sterilisasi dengan menggandeng perguruan tinggi.
Saat ini ada sekitar 1.200 kera di Monkey Forest dan dengan upaya sterilisasi pertambahannya bisa dikendalikan hingga lebih dari 50 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022