Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menilai Prof Dr KH Asep Saifuddin, pendiri dan pemimpin Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Mojokerto, Jawa Timur, merupakan ulama yang berpikiran besar.
 
Saat bedah buku berjudul "Kiai Miliarder, tapi Dermawan" karya M Mas'ud Adnan di ITB Stikom Denpasar, Bali, Minggu, Dahlan Iskan
mengemukakan bahwa Kiai Asep Saifuddin tidak hanya dikenal sebagai penggagas dan perintis pondok pesantren Amanatul Ummah di lereng Gunung Penanggungan Pacet, Mojokerto, tetapi juga seorang yang sukses dalam dua hal, yakni memajukan pendidikan dan sukses sebagai kiai kaya yang dermawan.

"Saya melihat ada agenda besar yang ingin dicapai oleh Kiai Asep Saifuddin yakni membangun bangsa Indonesia. Ia sendiri telah meraih gelar doktor dan mendirikan yayasan yang memiliki kualitas di atas rata-rata," kata tokoh pers asal Surabaya itu.

Selain Dahlan Iskan, bedah buku tersebut juga menghadirkan dosen Universitas Brawijaya Malang Dr. Eng Fadly Usman.

Baca juga: Banser, pecalang, dan Hari Raya Nyepi
 
Dahlan sepakat dengan penulis buku M Mas'ud Adnan yang menyematkan predikat miliarder kepada Kiai Asep Saifuddin. Dia menyebutkan, pada Tahun 2022, Kiai Asep Saifuddin memiliki lahan seluas 100 hektare di Surabaya dan Pacet yang harganya mencapai Rp500 miliar.
 
Hal lain yang dikaji Dahlan Iskan dari sosok Kiai Asep Saifuddin adalah cara bisnis yang dikembangkannya. Kiai Asep memberikan beasiswa kepada anak-anak untuk kuliah di perguruan tinggi miliknya, yakni Institut KH Abdul Chalim.

Beasiswa itu diberikan bukan hanya kepada orang Indonesia, tetapi juga kepada orang dari luar negeri yang tersebar di 12 negara, di antaranya Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam dan Afganistan.

Baca juga: Ketum MUI ingatkan mufti dunia tentang tanggung jawab sebagai ulama
 
Sementara Dr. Eng Fadly Usman menelisik secara historis kehidupan Prof Dr Asep Saifuddin. Menurut dia, sebelum dikenal sebagai kiai besar yang kaya dan dermawan, Kiai Asep Saifuddin memiliki latar belakang masa lalu yang getir.
 
Dia menilai pengalaman traumatis dan menyedihkan itu ternyata tidak membuat semangatnya luntur. Bahkan, pengalaman itu yang membuat Kiai Asep Saifuddin menjaga cita-citanya menjadi orang yang berguna bagi orang lain.
 
Penulis buku, Mas'ud Adnan mengatakan buku yang diterbitkan tersebut sebagai hasil karya jurnalistik yang dihimpunnya dari catatan-catatan tentang Prof Asep Saifuddin selama dua tahun.
 
"Sebagai jurnalis, itu suatu yang menarik untuk dipublikasikan kepada masyarakat agar dijadikan inspirasi bagi orang lain," katanya.
 
Mas'ud Adnan mengatakan bukunya disusun tidak sistematis, seperti layaknya sebuah karya ilmiah, tetapi lebih berupa kumpulan catatan jurnalistik terkait kehidupan Prof. Dr KH Asep Saifuddin yang berhasil dikumpulkan melalui wawancara yang mendalam dengan tokoh yang diangkat dalam bukunya sesuai tema tiap bab.

Baca juga: Obituari - Kiprah Gus Sholah, Khittah NU dan "standarisasi" pendidikan pesantren
 
Hal tersebut, kata dia, bertujuan untuk menggambarkan secara lebih cair mengenai sosok Kiai Asep Saifuddin kepada pembaca.
 
Buku ini terdiri atas 13 bab, dengan tebal mencapai 408 halaman, diterbitkan oleh penerbit PT Duta Bangsa Intermedia Pers Tahun 2022.
 
Judul 'Kiai Miliarder, tapi Dermawan" dipilih Mas'ud Adnan dengan tujuan menggali sisi solidaritas dari Kiai Asep Saifuddin sendiri yang kaya secara materi dan sumbangsihnya dalam dunia pendidikan.
 
"Buku ini lahir bukan sebagai ajang pamer-pamer, tetapi keteladanan dan ketokohan seorang kiai itulah yang mau diangkat sebenarnya," katanya. 
 
Dia menilai sosok Kiai Asep Sarifudin merupakan salah satu tokoh yang memiliki perhatian dan konsistensi untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia.
 
"Di Indonesia banyak kiai yang kaya, tapi sedikit yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan pendidikan," kata dia.

Baca juga: PBNU dorong kontrol masyarakat pada pemerintah
 
Dia berharap, buku ini menjadi pegangan bagi setiap orang yang ingin mengetahui sosok Kiai Asep Saifuddin dan juga menggali rahasia sukses bisnis serta perjuangannya memajukan pendidikan di Indonesia.
 
Acara bedah buku ini dimulai pukul 08.30 dan dipandu oleh Dosen Stikom Bali Dr. Hafid Muksin bertempat di aula ITB Stikom Bali.
 
Prof Dr Asep Sarifudin yang hadir pada saat acara bedah buku mengatakan dirinya mengapresiasi langkah Mas'ud Adnan untuk mendokumentasikan kisah hidupnya dalam sebuah buku.
 
Prof. Dr KH Asep Saifuddin menceritakan kisah awal mula dia merintis pendidikan untuk anak-anak di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, sampai telah berhasil merintis pendirian universitas, beberapa SMP/MTs dan SMA.
 
"Tekad saya itu sebetulnya sederhana, bagaimana membangkitkan semangat untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan, kesejahteraan bagi anak-anak muda di wilayah Mojokerto," kata dia.
 
Dia berharap usahanya dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap terwujudnya kesejahteraan bangsa Indonesia dan membentuk tenaga profesional yang berkualitas dan bertanggung jawab.

Pewarta: Rolandus Nampu

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022