Tim dokter hewan dari Universitas Udayana (Unud) memastikan hasil pemeriksaan terhadap hewan kurban dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Bali aman virus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Denpasar, Minggu.

"Setelah dicek semua, Alhamdulillah bebas dari indikasi PMK, semuanya dicek. Tadi memang beberapa ada yang leleran (lendir) hidung tapi masih bisa untuk dikurbankan," kata Al Afuw Niha Remontara, salah seorang pemeriksa kondisi hewan dari Universitas Udayana.

Di Gedung Sekretariat LDII Bali di Padangsambian Denpasar, Remontara bersama timnya yang diutus oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan melakukan pemeriksaan ante mortem (sebelum disembelih) dan post mortem (setelah meninggal).

Baca juga: Pemkot Denpasar targetkan vaksinasi 1.000 sapi untuk cegah PMK

"Saat pemeriksaan ante mortem itu kita mengetahui bagaimana meminimalkan terjadinya PMK yang lagi marak di Bali, jadi kita periksa apakah ada lesi di bagian mulut, kaki, kuku semua. Kalau misalkan ada artinya ada indikasi PMK dan kita pasti tidak akan membiarkan untuk dikurban," ujarnya.

Remontara membenarkan bahwa terdapat dua sapi kurban yang mengeluarkan lendir dari bagian hidung dan mata, namun ia menuturkan bahwa lesi menjadi patokan utama.

"Yang dijadikan patokan itu ada lesi, yang PMK biasanya ada lesi di bagian mulut kuku, dan banyaknya air liur di bagian mulut," kata mahasiswa pascasarjana Kedokteran Hewan Universitas Udayana tersebut.

Baca juga: 37 hewan kurban disembelih di Masjid Raya Baiturrahmah, Denpasar

Untuk sapi dan kambing yang disembelih di LDII Bali hari ini menurutnya tidak terjangkit PMK, kondisi yang terjadi pada hewan tersebut disebabkan oleh kelemasan dan efek perjalanan atau cuaca.

Ia turut menjelaskan bahwa pemeriksaan saat hari kurban Idul Adha ini bukan satu-satunya pengecekan, prosesnya telah berlangsung sejak beberapa waktu lalu dengan sejumlah tes, sehingga di hari penyembelihan tim dokter hewan yang diutus bertugas memastikan kembali.

Untuk lebih memastikan kesehatan pada hewan kurban baik yang terjangkit PMK maupun tidak, Remontara meminta masyarakat untuk memasak hewan berkaki empat itu sebaik mungkin, dibarengi dengan temperatur yang tepat.

Baca juga: Wagub Bali minta kabupaten agresif cegah meluasnya PMK

"Harus benar-benar dimasak dengan baik, direbus selama 30 menit. Berhati-hati dengan organ dalam seperti hati karena banyak cacing, meskipun aman tetap waspadai," kata Remontara di Denpasar.

Antisipasi virus PMK juga telah dilalui pihak LDII Bali saat membeli sapi dan kambing. Wakil Ketua LDII Bali Haji Hardilan mengaku salah satu penyebab menurunnya 10 persen jumlah hewan kurban dari tahun terdahulu adalah PMK.

Kesulitan dalam memilih hewan yang sehat dan harga menjulang tinggi membuat pihaknya membeli sebanyak 103 sapi dan 220 kambing yang akan disebarkan ke seluruh Bali.

"Terkait surat gubernur dan satgas PMK kami sangat jelas pemilihan hewan kurban berdasarkan syariat Islam, tidak sakit hewan itu, kepalanya, matanya, pinggang, telinganya tidak robek, tanduknya patah saja tidak boleh, itu harus terpenuhi," kata Haji Hardilan di Denpasar.

Sebelum membagikan sapi dan kambing kurban menjadi 10 ribu paket dalam rangka Idul Fitri 1443 Hijriah, Hardilan mengatakan bahwa pihaknya telah mengkaji persyaratan seperti tidak penyakitan, cacat, dan menyesuaikan dengan usia kambing telah melewati setahun dan sapi usia sempurna dua tahun.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter hewan Unud pastikan sapi kurban LDII bebas dari virus PMK

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022