Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan, Bali, siap mengantisipasi pendistribusian dan kelangkaan minyak goreng curah di wilayah setempat dengan mengadakan rapat koordinasi dengan jajaran TNI dan Polri di ruang kerja Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Tabanan, Jumat.
Dalam rapat tersebut terungkap tidak ada kelangkaan minyak goreng curah yang ditemukan di lapangan, namun harga masih bervariasi, karena distributor (D) juga belum bisa mengakomodasi, tapi kalau dipaksakan dan penjualannya dikendalikan sesuai prosedur, maka justru dikhawatirkan nanti malah terjadi kelangkaan.
Kadisperindag Tabanan Putu Santika mengatakan masalah utama yang terjadi juga terkait marjin atau rentang harga yang terlalu kecil. Dari produsen ke D1, lalu dari D1 ke D2, dan seterusnya sampai ke pedagang, sehingga pedagang sulit menjual dengan harga yang sesuai HET kepada masyarakat.
Baca juga: Ombudsman Bali minta penjual minyak goreng tak sertakan syarat tambahan
Apalagi, pedagang yang jauh di pelosok membeli minyak goreng curah ke Distributor harus mengeluarkan biaya transportasi, sehingga harga jual sampai ke masyarakat masih di atas HET.
"Kita amati di lapangan, harga minyak goreng curah masih di kisaran Rp17.000 sampai Rp20.000, kalau rentang masih kecil dari produsen hingga ke pedagang, maka harga di lapangan pasti tetap tinggi," katanya.
Hal itu harus diperhatikan oleh produsen. "Kalau bisa harga jual di produsen lebih murah, maka saya yakin harga yang sampai ke masyarakat pasti bisa menyesuaikan HET," ujarnya.
Sementara hasil rembuk/rakor menyimpulkan solusi cepat agar Bumdes di Tabanan dapat menjual minyak goreng HET kepada masyarakat, yaitu bagaimana agar distributor di Tabanan dapat menjual minyak goreng curah kepada Bumdes dengan harga Rp14.500.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Dalam rapat tersebut terungkap tidak ada kelangkaan minyak goreng curah yang ditemukan di lapangan, namun harga masih bervariasi, karena distributor (D) juga belum bisa mengakomodasi, tapi kalau dipaksakan dan penjualannya dikendalikan sesuai prosedur, maka justru dikhawatirkan nanti malah terjadi kelangkaan.
Kadisperindag Tabanan Putu Santika mengatakan masalah utama yang terjadi juga terkait marjin atau rentang harga yang terlalu kecil. Dari produsen ke D1, lalu dari D1 ke D2, dan seterusnya sampai ke pedagang, sehingga pedagang sulit menjual dengan harga yang sesuai HET kepada masyarakat.
Baca juga: Ombudsman Bali minta penjual minyak goreng tak sertakan syarat tambahan
Apalagi, pedagang yang jauh di pelosok membeli minyak goreng curah ke Distributor harus mengeluarkan biaya transportasi, sehingga harga jual sampai ke masyarakat masih di atas HET.
"Kita amati di lapangan, harga minyak goreng curah masih di kisaran Rp17.000 sampai Rp20.000, kalau rentang masih kecil dari produsen hingga ke pedagang, maka harga di lapangan pasti tetap tinggi," katanya.
Hal itu harus diperhatikan oleh produsen. "Kalau bisa harga jual di produsen lebih murah, maka saya yakin harga yang sampai ke masyarakat pasti bisa menyesuaikan HET," ujarnya.
Sementara hasil rembuk/rakor menyimpulkan solusi cepat agar Bumdes di Tabanan dapat menjual minyak goreng HET kepada masyarakat, yaitu bagaimana agar distributor di Tabanan dapat menjual minyak goreng curah kepada Bumdes dengan harga Rp14.500.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022