Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan pihaknya siap memanfaatkan momentum G20 untuk menyuarakan inisiatif pariwisata berkelanjutan sekaligus mempromosikan ekowisata Indonesia melalui program Carbon Footprint Calculator (CFPC).
“Program CFPC menjadi kontribusi terhadap salah satu dari lima pilar Presidensi Indonesia G20 Tahun 2022, yaitu menjamin pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan, serta penyelarasan kegiatan resmi G20 side event dengan selebrasi World Tourism Day 2022,” ujarnya dalam Weekly Press Briefing yang dipantau secara virtual, di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut, dia mengemukakan, program CFPC dianggap menjadi bukti konkret atas peran Indonesia guna mencapai target Nationally Determined Contribution/NDC (komitmen dan aksi iklim) di tahun 2030 dengan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan kemampuan dari dalam negeri dan 41 persen dari dukungan internasional.
Baca juga: Sandiaga: "Bali Waste Cycle" dukung pariwisata keberlanjutan lingkungan
Selain itu, agenda tersebut diharapkan pula dapat mencapai target Net Zero Emission/NZE (nol emisi karbon) di tahun 2060 mendatang.
“Ini bukan untuk kita, tapi untuk anak cucu kita ke depan bahwa kita harus memberikan satu warisan pariwisata yang lebih berkelanjutan, sehingga keindahan alam kita ini bisa kita wariskan kepada generasi penerus,” ucap Sandiaga.
Kata dia, program CFPC merupakan upaya penyerapan jejak karbon yang dihasilkan industri pariwisata demi membantu mencegah dampak buruknya terhadap iklim.
Karbon kalkulator akan menghitung seberapa besar emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas seseorang wisatawan dari dan ke destinasi wisata tertentu.
Misalnya, jika dirinya hendak menuju Bali dari New York di Amerika Serikat menggunakan pesawat kelas ekonomi. Berdasarkan perhitungan kalkulator karbon, maka Menparekraf harus menanam 20 pohon sebagai bentuk pelunasan karbon (carbon offset) dari karbon yang dikeluarkan pesawat.
Baca juga: Menparekraf: Endek Bali kian populer di dunia
Pelunasan karbon dengan menanam pohon adalah implementasi dari upaya mengurangi emisi karbon yang dirilis ke atmosfer, lalu dilunasi dalam jumlah yang sama. Hal ini ditujukan untuk menciptakan ruang hijau yang lebih luas sehingga dapat memperbaiki kualitas udara.
“Nanti diberikan opsi di destinasi seperti Bali untuk menanam mangrove, mungkin di desa wisata Pemuteran di Buleleng atau kita bisa menanam pohon di Danau Batur. Ini adalah program-program kita untuk melakukan offset atau donasi melalui penanaman pohon dan juga bisa mangrove maupun kegiatan lainnya,” ucapnya.
Berdasarkan data Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia, sektor pariwisata menyumbang sekitar 5 persen emisi dunia.
Banyak negara sudah melakukan standardisasi pemakaian energi dan jejak karbon di semua industri, termasuk industri pariwisata.
Beberapa sumber emisi utama dalam industri pariwisata antara lain adalah energi dari transportasi, hotel, tempat wisata, konsumsi makanan dan minuman, hingga sampah yang dihasilkan dari aktivitas berwisata.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022