Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) sekaligus praktisi pendidikan Itje Chodidjah berharap Keketuaan/Presidensi G20 Indonesia dapat mendorong gotong royong untuk dunia, termasuk untuk memajukan dunia pendidikan di antara negara-negara anggota kelompok 20 ekonomi terbesar (G20).
"Untuk G20, Indonesia harus menggaungkan makna gotong royong. Temanya kan Recover Together, Recover Stronger (pulih bersama, pulih lebih kuat), itu akan bisa tercapai ketika ada gotong royong. Gotong royong itu berbeda dengan kolaborasi. Gotong royong itu melakukan dengan tulus untuk saling membantu dan mengisi, bahkan dalam dunia pendidikan," kata Itje saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan negara-negara anggota G20 dapat berbagi praktik-praktik terbaik yang dilakukan di negara-negara masing-masing untuk kemudian bisa dimodifikasi di negara-negara yang membutuhkan untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.
Baca juga: Prof Hikmahanto apresiasi diplomasi luar negeri Indonesia
"Banyak yang bisa dipelajari bukan hanya dari negara maju dipelajari oleh negara yang kurang maju, tetapi juga dari negara yang kurang maju bisa dipelajari oleh negara-negara maju bagaimana berperilaku gotong royong," tuturnya.
Dengan semangat gotong royong, pemulihan bersama untuk menjadi lebih kuat sesuai dengan tema Presidensi G20 Indonesia pada 2022 yaitu Recover Together, Recover Stronger, bisa terwujud, sehingga tidak negara yang tertinggal.
Itje menuturkan negara-negara anggota G20 bisa saling bahu-membahu mendukung satu sama lain untuk maju bersama di dunia pendidikan.
"Konsep gotong royong ini perlu terus digaungkan dalam acara-acara G20 terutama bidang pendidikan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mempunyai filosofi gotong royong yang membantu kita untuk recover better dan stronger (pulih lebih baik dan lebih kuat) pada saat setelah pandemi ini," ujar Itje.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Untuk G20, Indonesia harus menggaungkan makna gotong royong. Temanya kan Recover Together, Recover Stronger (pulih bersama, pulih lebih kuat), itu akan bisa tercapai ketika ada gotong royong. Gotong royong itu berbeda dengan kolaborasi. Gotong royong itu melakukan dengan tulus untuk saling membantu dan mengisi, bahkan dalam dunia pendidikan," kata Itje saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan negara-negara anggota G20 dapat berbagi praktik-praktik terbaik yang dilakukan di negara-negara masing-masing untuk kemudian bisa dimodifikasi di negara-negara yang membutuhkan untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.
Baca juga: Prof Hikmahanto apresiasi diplomasi luar negeri Indonesia
"Banyak yang bisa dipelajari bukan hanya dari negara maju dipelajari oleh negara yang kurang maju, tetapi juga dari negara yang kurang maju bisa dipelajari oleh negara-negara maju bagaimana berperilaku gotong royong," tuturnya.
Dengan semangat gotong royong, pemulihan bersama untuk menjadi lebih kuat sesuai dengan tema Presidensi G20 Indonesia pada 2022 yaitu Recover Together, Recover Stronger, bisa terwujud, sehingga tidak negara yang tertinggal.
Itje menuturkan negara-negara anggota G20 bisa saling bahu-membahu mendukung satu sama lain untuk maju bersama di dunia pendidikan.
"Konsep gotong royong ini perlu terus digaungkan dalam acara-acara G20 terutama bidang pendidikan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mempunyai filosofi gotong royong yang membantu kita untuk recover better dan stronger (pulih lebih baik dan lebih kuat) pada saat setelah pandemi ini," ujar Itje.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022