Denpasar (Antara Bali) - Para eksportir dari Bali, termasuk wilayah timur Indonesia lainnya, merasa cemas, khawatir kegiatan bongkar muatan kapal, khususnya yang mengangkut ikan segar, akan terhambat saat masuk Terminal Petikemas Surabaya.

Hal itu disebabkan arus barang/kontainer yang masuk Terminal Petikemas Surabaya (TPS) kini sedang mengalami peningkatan, kata General Manager PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Cabang Benoa, Iwan Sabatini, di Denpasar, Selasa.

Dijelaskan bahwa saat ini dari Pelabuhan Benoa saja rata-rata terdapat sekitar 70 boks (ukuran 40 feet) per bulan yang membawa ikan tuna segar dan kebanyakan diekspor ke Jepang melalui TPS.

Satu unit petikemas berpendingin beratnya rata-rata 30 ton, sehingga dalam satu bulan ikan tuna yang diekspor ke luar dari Pelabuhan Benoa melalui TPS mencapai 2.100 ton. "Ini hanya dihitung dari volume yang dimuat melalui pelayaran kapal Nusantara Meratus," katanya.

Manager TPS, Ray Rumaji, melalui Iwan Sabatini mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan peraturan baru mengenai "closing" satu kali 24 jam, sedangkan sebelumnya tiga hari. Artinya penumpukan petikemas berpendingin hanya diberikan waktu penumpukan "reefer container" dalam  satu hari. Hal itu untuk memberikan ruang  lebih bagi kegiatan pendinganan selanjutnya.

Dikatakan, saat ini TPS telah menyediakan 612 "plug" untuk "reefer container", guna memberikan kepastian bahwa kegiatan ekspor ikan tuna dari Bali tetap terjaga dan kegiatan pemuatan kapal selanjutnya lancar.

Pihak TPS membenarkan terjadinya peningkatan arus kontainer berpendingin. Terhitung Januari hingga Juli 2012 mencapai 23.336 boks.

Sedangkan pada bulan Juli 2012 saja mencapai 5.213 boks, di antaranya dari wilayah timur Indonesia, termasuk Bali. Dalam upaya percepatan pengiriman dan kelancaran di lapangan, maka prosesnya dibuat langsung "truck losing".(LHS/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012