Umat Hindu di wilayah Kota Malang, Jawa Timur, mulai melakukan upacara Tawur Kasanga sebagai bentuk pengorbanan suci bagi Bhuta Kala, yang merupakan makhluk penjaga kestabilan alam.
Pemimpin Peribadatan Pura Luhur Dwijawarsa Made Sunanda di Kota Malang, Rabu mengatakan Tawur Kasanga merupakan pengorbanan suci pada bulan ke-9 Tahun Saka kepada para makhluk yang berkorelasi pada kehidupan umat manusia.
"Bhuta Kala adalah makhluk-makhluk ciptaan Tuhan, Sang Hyang Widhi, yang diberikan tugas untuk menstabilkan alam semesta ini. Itu merupakan esensi dari ritual Tawur Kasanga," katanya.
Usai pelaksanaan ritual Tawur Kasanya, menurut dia, biasanya dilakukan pawai ogoh-ogoh yang dianggap sebagai perlambang dari Bhuta Kala. Ogoh-ogoh tersebut kemudian dibakar sebagai simbol yang bertujuan untuk memusnahkan segala hal buruk dan kejahatan di muka Bumi.
Namun, dalam pelaksanaan ritual Tawur Kasanga di Pura Luhur Dwijawarsa yang ada di Kelurahan Lesanpuro, Kecamatan Kedungkandang, tersebut tidak dilakukan prosesi pembakaran ogoh-ogoh karena masih dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Kemudian, setelah ini kita berkeyakinan bahwa makhluk-makhluk itu telah mencari tempat yang sesuai dengan fungsinya sendiri-sendiri dan tidak mengganggu kehidupan manusia," katanya.
Setelah melakukan ritual Tawur Kasanga tersebut, lanjutnya, umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian pada saat Hari Raya Nyepi. Ada empat aktivitas yang harus dihentikan oleh umat Hindu pada saat melakukan Catur Brata Penyepian tersebut.
Menurutnya, empat pantangan yang harus dilakukan pada saat Nyepi adalah Amati Geni yang berarti mematikan atau memadamkan api yang ada di dalam diri manusia dengan berpikir positif dan mengendalikan hawa nafsu.
"Amati Geni berarti mematikan atau memadamkan api. Api yang ada di dalam diri manusia, jadi ada hawa nafsu dan segala sesuatu yang berkaitan dengan sifat negatif, harus dihentikan," katanya.
Kemudian, pantangan kedua adalah Amati Karya yang berarti semua kegiatan yang berkaitan dengan profesi atau pekerjaan apapun harus dihentikan. Ketiga, Amati Lelungan yang berarti semua kegiatan yang berkaitan dengan bepergian atau keluar rumah juga dihentikan.
"Kemudian yang keempat adalah, Amati Lelanguan. Jadi semua kegiatan hiburan kita hentikan," ujarnya.
Setelah melakukan Catur Brata Penyepian selama kurang lebih 24 jam, umat Hindu akan melakukan Ngembak Geni. Dalam Ngembak Geni, umat Hindu akan melakukan Dharma Shanti yang berarti mengucap syukur dan saling memaafkan ke keluarga besar dan tetangga sekitar.
Usai melaksanakan Ngembak Geni, maka kehidupan akan memasuki lembaran baru yang bersih antarumat manusia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022