Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan saat ini pemanfaatan transaksi digital menjadi sebuah keniscayaan dan bukan semata diperuntukkan pengusaha besar.

"Transaksi digital sangat berpeluang dimanfaatkan oleh pelaku UMKM karena hampir sebagian besar sudah memiliki handphone," kata Wagub Bali yang biasa disapa Cok Ace itu di Denpasar, Kamis.

Ia menyampaikan hal tersebut dalam Peluncuran Buku Transformasi Digital Perbankan karya dari Senior Eksekutif Analis Otoritas Jasa Keuangan Roberto Akyuwen.

Merujuk pada data, ujar Cok Ace, tingkat penggunaan internet di Bali juga cukup tinggi. Dengan transaksi digital, maka dapat memberi sejumlah keuntungan antara lain mengedepankan keterbukaan dan kejujuran karena seluruh prosesnya terekam dengan baik.

Baca juga: Kemenko Perekonomian: Perubahan perilaku masyarakat percepat bisnis digital

Guru Besar ISI Denpasar ini menyampaikan situasi pandemi memberi dorongan besar terhadap transformasi digital, khususnya bidang ekonomi.

Ia lantas mencontohkan keberadaan dagang nasi jinggo yang bermunculan di masa pandemi. Di awal masa pandemi, usaha mereka terbilang lancar karena sebagian masyarakat masih punya uang untuk berbelanja.

Namun sejalan dengan makin memburuknya situasi ekonomi, banyak dari mereka yang tereliminasi. Yang menggembirakan, diantara mereka masih ada yang mampu bertahan, bahkan usaha yang dikelola makin berkembang.

Ketua PHRI Bali itu mencatat sejumlah hal yang membuat pelaku wirausaha baru itu bisa bertahan yaitu mengikuti selera pasar, memiliki human spirit seperti keramahtamahan saat berjualan.

Yang tak kalah pentingnya adalah pemanfaatan media pemasaran daring dan transaksi digital. Secara tidak langsung, menurut Cok Ace, kelompok yang bertahan adalah mereka yang telah menerapkan teori 4.0.

Baca juga: Kominfo kerja sama lintas sektor di DEWG G20

Selain pengalaman dagang nasi jinggo, ia juga membagi pengalaman Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil saat berkunjung ke Ubud pada Juli 2021.

Ia mendapati banyak warga Jawa Barat berjualan cinderamata dan sedang mengalami kelesuan di tengah situasi pandemi.

Gubernur yang biasa disapa Kang Emil itu pun tergerak membantu pemasaran suvenir Bali yang dijual warganya melalui platform digital sederhana. Ternyata, dalam waktu singkat platform digital itu telah menghasilkan transaksi hingga Rp2 miliar.

Dengan dua studi kasus itu membuktikan pentingnya pemanfaatan platform digital. Pada bagian lain, ia pun mengapresiasi peluncuran buku tersebut dan diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi jajaran perbankan untuk segera bertransformasi ke digital.

Baca juga: BRI terus perkuat infrastruktur digital

Apresiasi terhadap penerbitan buku juga disampaikan Dirut utama BPR Kanti Made Arya Amitaba selalu fasilitator peluncuran buku. Menurut Arya Amitaba, transformasi digital adalah sebuah keharusan bagi dunia perbankan agar bisa tetap eksis.

Hal senada disampaikan Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Bali Agus Sistyo Widjajati, Direktur Eksekutif OJK Regional 8 Bali Nusra Annanda Moy dan Rektor Universtas Pendidikan Nasional Prof Dr Nyoman Sri Subawa.

Ketiganya berharap peluncuran ini memberi dampak positif bagi perkembangan dunia perbankan. Peluncuran buku ditandai dengan pemukulan gong oleh Wagub Cok Ace dan penyerahan bingkisan dari penulis kepada sejumlah undangan.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022