Oleh IGK Agung Wijaya

Sudah bukan rahasia lagi, sejumlah pengelola hotel berbintang di Bali menghindari belanja daging sapi lokal untuk memenuhi kebutuhan para tamunya.
    
Mereka lebih suka mendatangkan daging sapi impor untuk menyesuaikan dengan selera makan para tamunya yang berasal dari mancanegara itu.
    
Kualitas dan kekenyalan yang menjadi alasan utama bagi manajemen hotel berbintang untuk lebih memilih daging sapi impor daripada produk lokal.
    
"Daging sapi Bali tidak terlalu cocok dengan tekstur dan selera orang asing," kata Ketua DPD Indonesian Food & Beverage Executive Asosiation (IFBEC) Provinsi Bali, Nyoman Gede Suasta, di Denpasar, Sabtu (11/8).
    
Oleh sebab itu, dia tidak heran hotel-hotel berbintang di Bali menjadi konsumen utama daging sapi impor . "Kadang Bali menduduki peringkat pertam, tapi kadang pula Jakarta," katanya.
    
Suasta memperkirakan 80 persen menu daging-dagingan yang dijual di hotel-hotel berbintang adalah daging sapi dan kambing impor. Kebanyakan daging-daging itu didatangkan dari Australia dan Selandia Baru. "Hanya 20 persen saja kami memanfaatkan daging sapi dan kambing lokal," katanya.

Kalah Kualitas
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, I Putu Sumantra, memperkirakan hanya 10 persen daging sapi lokal yang diserap hotel-hotel berbintang dari populasi yang mencapai angka 44 ribu. "Itupun hanya bagian tertentu yang dimanfaatkan oleh pihak hotel atau restoran," katanya menambahkan.
    
Ia mengakui bahwa kualitas yang kalah jauh dibandingkan dengan produk impor menjadi faktor utama minimnya daging sapi lokal.
    
Pihak hotel membutuhkan sapi yang masih belia sehingga dagingnya lebih empuk. Kebutuhan itu hanya bisa dipenuhi oleh daging dari luar negeri.
    
"Kondisi inilah yang membuat banyak hotel dan restoran masih sangat tergantung terhadap daging impor sebab para peternak di sini tidak mau memotong sapinya yang masih berumur muda," ucapnya.
    
Sementara para peternak enggan memotong sapinya yang masih berusia muda karena takut merugi.
    
Meskipun demikian, Sumantra meminta para peternak memperhatikan masalah pemeliharaan sapi dengan memberikan ruang gerak yang agak leluasa untuk menghindarkan sapi mengalami stres.
    
Menurut dia, peternak sapi Bali sebenarnya mampu memenuhi permintaan hotel. "Namun yang menjadi kendala adalah ketersediaan stok yang berkelanjutan," katanya.(IGT/M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012