Dokter menyarankan seseorang yang sudah terindikasi mengidap diabetes--misal berdasarkan pengukuran kadar gula dalam darah--untuk segera melakukan pemeriksaan urin ke dokter demi mencegah terjadinya komplikasi di kemudian hari.

Pemeriksaan urin untuk mengetahui mikroalbuminuria (kandungan albumin dalam urin) sejak dini dimaksudkan untuk mencegah dan memperlambat progresivitas komplikasi penyakit, kata dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi dari Universitas Indonesia, dr. Tunggul D Situmorang, SpPD-KGH, FINASIM, dalam sebuah webinar kesehatan, dikutip Rabu.

"Pada tahap awal dengan memeriksa urin kita sudah bisa melihat apakah ginjal sudah terkena atau terpengaruh diabetes. Kini sudah ada pemeriksaan yang sangat dini atau fase belum ada gejala. Apakah urin berbusa dan sebagainya," katanya.



Pada fase awal atau protein dalam urin di bawah 300 mg, maka dengan pengobatan yang baik termasuk pengendalian gula darah, tekanan darah, maka bisa mencegah komplikasi terhadap ginjal misalnya gagal ginjal. Pemeriksaan serupa dianjurkan kembali dilakukan setiap 6 bulan.

Sementara bila protein yang ditemukan lebih tinggi dari angka tersebut dan urin berbusa maka artinya sudah progresif. Menurut Tunggul, tindakan medis yang bisa dilakukan hanya memperlambat progresivitas pada ginjal.

Pemeriksaan fungsi ginjal dimungkinkan di sini. Sebelum itu, ada pemeriksaan yang bisa dilakukan yakni Cystatin C.

"Kalau sudah terganggu fungsi ginjal, perjalanan progresivitas penyakit ginjal kronik akibat diabetes lebih progresif dibanding penyebab lainnya. Walau gula darah dikendalikan, pada penyakit ginjal yang sudah lanjut, penyakit berjalan terus. Yang bisa dilakukan memperlambat progresivitas," tutur dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH) itu.



Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik dari Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof. DR. dr. Sidartawan, SpPD-KEMD, FINASIM mengatakan, selain ginjal, fungsi organ tubuh lain seperti jantung, pembuluh darah juga perlu diperiksa untuk kemudian ditentukan obatnya.

"Setiap ada komplikasi maka berbeda obatnya. Orang sudah ada keluhan, komplikasi bisa 3-4," kata dia.

Setelahnya, pasien disarankan secara berkala melakukan kontrol paling tidak 3 bulan sekali. Bila dia mendapatkan insulin, maka pemeriksaan mungkin setiap 2 hari tergantung keadaannya.



Dia menekankan, sebelum seseorang terdiagnosis diabetes, sebaiknya melakukan pemeriksaan dini gula darah, terlebih bila memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga dengan diabetes, kondisi gemuk dan melahirkan anak dengan berat badan di atas 4 kg.

Gejala yang umumnya menjadi penanda diabetes seperti sering lapar, haus dan buang air kecil (BAK) menandakan penyakit yang sudah berlangsung lama.

Kemudian, pada mereka yang didiagnosis pre-diabetes, Prof. Sidartawan menyarankan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat termasuk rutin berolahraga, menjaga berat badan normal dan memeriksa gula darah setiap 6 bulan sekali.

"Kalau sudah baik, pertahankan. Kalau diabetes, kendalikan. Kontrol seumur hidup. Makin tinggi HbA1C, makin jelek kadarnya, makin sering kontrolnya," demikian pesan dia.
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021