Praktisi Nutrisi Dr. Raissa Edwina Djuanda mengungkapkan penelitian terkait orang yang rutin mengonsumsi ikan satu kali per pekan memiliki risiko 15 persen lebih rendah terkena kematian akibat penyakit kardiovaskuler (CVD) daripada mereka yang tidak mengonsumsi ikan.
"Coba itu sekali seminggu makan ikan saja sudah mengurangi risiko kematian akibat CVD," kata Raissa Edwina Djuanda dalam rilis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta, Jumat.
Selain itu, ujar dia, hasil riset lainnya menyebutkan bahwa konsumsi makanan laut yang cukup di masa kanak-kanak telah terbukti membantu perkembangan saraf, kognitif dan visual.
Alumnus kedokteran Universitas Indonesia ini kemudian menyontohkan ikan-ikan yang memiliki kandungan gizi dan manfaatnya bagi kesehatan, seperti ikan tuna yang sebagian besar lemaknya omega 3 dan mampu menyehatkan jantung, mencegah anemia, menjaga kesehatan tulang dan menyehatkan mata.
Kemudian ikan teri dengan kandungan omega 3 dan selenium, membantu menurunkan kolesterol dan trigliserid serta meningkatkan imun. Lalu ikan kembung yang bisa mencegah asma dan diabetes.
Tak hanya ikan laut, ikan air tawar juga mengandung gizi dan bermanfaat bagi kesehatan, seperti ikan patin yang sangat cocok untuk pelaku diet dan meningkatkan sensitivitas insulin.
"Lemak ini bagus, lemak yang sehat kaya akan omega 3 juga, jadi boleh dimakan. Vitamin D ikan patin tinggi, sudah seperti minum kapsul vitamin," terangnya.
Senada, Lektor Kepala Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Dr. Niken Dharmayanti mengungkap sebuah survei terhadap 4 kelompok pengonsumsi ikan dengan frekuensi yang berbeda dan diamati selama 16 tahun. Kelompok pertama makan ikan tiap hari, kedua makan ikan kadang-kadang, ketiga jarang sekali makan ikan dan terakhir tidak makan ikan sama sekali.
"Hasil kelompok 1 pada umumnya memiliki angka kematian yang rendah dibandingkan kelompok 4 berkaitan berbagai macam kanker, jantung dan hepatitis," ucapnya.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Artati Widiarti menyatakan, pihaknya mengajak para ibu untuk menjadi agen kesehatan keluarga dengan menyiapkan konsumsi ikan lokal di meja makan serta menjadikan ikan sebagai menu utama keluarga.
"Peningkatan konsumsi ikan diharapkan akan menggerakkan produksi di hulu serta terjadi perbaikan gizi masyarakat yang akan mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia," terang Artati.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong peningkatan konsumsi ikan di tengah pandemi COVID-19, terlebih karena di dalam ikan terkandung imunostimulan atau senyawa yang dapat menstimulus imun dalam tubuh.
Terkait dengan konsumsi ikan, sebelumnya Anggota Komisi IV DPR RI Slamet menyatakan tingkat konsumsi ikan nasional perlu seperti di Jepang agar dapat mengatasi sejumlah permasalahan gizi seperti mengentaskan fenomena stunting di Tanah Air.
"Kalau mau cerdas idealnya seperti di Jepang 140 kilogram per kapita per tahun. Target kita nasional (tahun 2021) ada di angka 60 kilogram per orang per tahun untuk mengonsumsi ikan," kata Slamet.
KKP menargetkan tingkat konsumsi ikan sebesar 62,05 kg/kapita/tahun di tahun 2024 dari yang sebelumnya 56,39 kg/kapita/tahun di tahun 2020.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Coba itu sekali seminggu makan ikan saja sudah mengurangi risiko kematian akibat CVD," kata Raissa Edwina Djuanda dalam rilis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta, Jumat.
Selain itu, ujar dia, hasil riset lainnya menyebutkan bahwa konsumsi makanan laut yang cukup di masa kanak-kanak telah terbukti membantu perkembangan saraf, kognitif dan visual.
Alumnus kedokteran Universitas Indonesia ini kemudian menyontohkan ikan-ikan yang memiliki kandungan gizi dan manfaatnya bagi kesehatan, seperti ikan tuna yang sebagian besar lemaknya omega 3 dan mampu menyehatkan jantung, mencegah anemia, menjaga kesehatan tulang dan menyehatkan mata.
Kemudian ikan teri dengan kandungan omega 3 dan selenium, membantu menurunkan kolesterol dan trigliserid serta meningkatkan imun. Lalu ikan kembung yang bisa mencegah asma dan diabetes.
Tak hanya ikan laut, ikan air tawar juga mengandung gizi dan bermanfaat bagi kesehatan, seperti ikan patin yang sangat cocok untuk pelaku diet dan meningkatkan sensitivitas insulin.
"Lemak ini bagus, lemak yang sehat kaya akan omega 3 juga, jadi boleh dimakan. Vitamin D ikan patin tinggi, sudah seperti minum kapsul vitamin," terangnya.
Senada, Lektor Kepala Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Dr. Niken Dharmayanti mengungkap sebuah survei terhadap 4 kelompok pengonsumsi ikan dengan frekuensi yang berbeda dan diamati selama 16 tahun. Kelompok pertama makan ikan tiap hari, kedua makan ikan kadang-kadang, ketiga jarang sekali makan ikan dan terakhir tidak makan ikan sama sekali.
"Hasil kelompok 1 pada umumnya memiliki angka kematian yang rendah dibandingkan kelompok 4 berkaitan berbagai macam kanker, jantung dan hepatitis," ucapnya.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Artati Widiarti menyatakan, pihaknya mengajak para ibu untuk menjadi agen kesehatan keluarga dengan menyiapkan konsumsi ikan lokal di meja makan serta menjadikan ikan sebagai menu utama keluarga.
"Peningkatan konsumsi ikan diharapkan akan menggerakkan produksi di hulu serta terjadi perbaikan gizi masyarakat yang akan mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia," terang Artati.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong peningkatan konsumsi ikan di tengah pandemi COVID-19, terlebih karena di dalam ikan terkandung imunostimulan atau senyawa yang dapat menstimulus imun dalam tubuh.
Terkait dengan konsumsi ikan, sebelumnya Anggota Komisi IV DPR RI Slamet menyatakan tingkat konsumsi ikan nasional perlu seperti di Jepang agar dapat mengatasi sejumlah permasalahan gizi seperti mengentaskan fenomena stunting di Tanah Air.
"Kalau mau cerdas idealnya seperti di Jepang 140 kilogram per kapita per tahun. Target kita nasional (tahun 2021) ada di angka 60 kilogram per orang per tahun untuk mengonsumsi ikan," kata Slamet.
KKP menargetkan tingkat konsumsi ikan sebesar 62,05 kg/kapita/tahun di tahun 2024 dari yang sebelumnya 56,39 kg/kapita/tahun di tahun 2020.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021