Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengapresiasi deklarasi Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) yang dibentuk di seluruh wilayah Provinsi Bali.

"BNPB mengapresiasi Forum Pengurangan Risiko Bencana karena jantung dalam penanggulangan bencana adalah pencegahan," ujar Kepala BNPB Ganip Warsito saat menghadiri Deklarasi Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) se-Bali di Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa.

Pihaknya berterima kasih kepada jajaran Forum Pengurangan Risiko Bencana Bali karena telah menyediakan wadah kolaborasi, yang mempersatukan dukungan semua pihak dalam kerangka Pentahelix, untuk bersama-sama mengurangi potensi risiko bencana di Bali.

Menurutnya, peran Forum Pengurangan Risiko Bencana sangat dibutuhkan khususnya dalam mengedukasi dan mensosialisasikan kesiapsiagaan bencana serta melakukan simulasi kepada masyarakat di daerah.

Baca juga: BNPB evaluasi hasil riset kebencanaan untuk pemulihan Bali

Ganip Warsito menjelaskan, peran komunitas sebagai ujung tombak penanggulangan bencana di daerah sangat krusial. Tidak hanya pada saat terjadi bencana, namun pada saat sebelum bencana.

"Komunitas dan relawan bisa berperan sangat penting khususnya dalam mengedukasi masyarakat dengan cara dan metoda berkomunikasi," katanya.

Ia menambahkan, upaya tersebut dapat dilakukan para relawan Forum Pengurangan Risiko Bencana sesuai dengan adat dan budaya masyarakat setempat sehingga pesan kesiapsiagaan bisa lebih cepat dan tepat tersampaikan.

"Saya mengharapkan Deklarasi Forum Pengurangan Risiko Bencana se-Provinsi Bali ini, akan terus berlanjut dengan kegiatan-kegiatan nyata dan berkesinambungan," ungkapnya.

Baca juga: Kepala BNPB tinjau lokasi terdampak gempa Karangasem-Bali

Menurut Ganip Warsito, Bali juga merupakan wilayah yang memiliki potensi bencana non-alam, sehingga tantangan yang ada dan harus dihadapi tidak semata-mata terbatas pada bagaimana semua pihak bisa mengendalikan COVID-19, namun juga termasuk bencana non-alam.

"Kita juga mengetahui bahwa Bali juga sarat dengan potensi bencana alam yang kompleks, yang juga bisa berdampak sangat signifikan terhadap pariwisata dan kegiatan ekonomi lainnya," katanya.

Ia mengungkapkan, tingginya potensi bencana alam di Bali terlihat salah satunya dari peristiwa gempa bumi Karangasem berkekuatan 4,8 SR yang juga menyebabkan longsor di Desa Trunyan, Bangli, pada tanggal 16 Oktober 2021 yang lalu.

"Untuk itu, kewaspadaan dan kesiapsiagaan kita semua, harus dilakukan untuk semua jenis bencana, yang berpotensi terjadi di wilayah Bali," ujar Ganip.
 

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021