Perum LKBN ANTARA Biro Kepulauan Riau (Kepri) menyalurkan bantuan satu unit handphone dan perlengkapan alat tulis kepada seorang siswi SMA putus sekolah akibat kesulitan ekonomi imbas pandemi COVID-19 di daerah tersebut.
"Bantuan ini bentuk program bina lingkungan ANTARA terhadap masyarakat terdampak pandemi COVID-19," kata Kepala Biro ANTARA Kepri Evy Ratnawati Syamsir, di Batam, Senin.
Evy menceritakan kronologi pemberian bantuan itu berawal sekitar dua bulan lalu, ANTARA Kepri menemukan seorang anak perempuan dari keluarga petani di Kabupaten Bintan yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA setelah lulus SMP karena dipicu masalah keuangan.
"Nama anaknya Ati," ucap Evy.
ANTARA kemudian menghubungi Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bintan Tamsir dan salah satu sekolah SMA Negeri di Kecamatan Toapaya untuk menerima si anak tersebut.
Baca juga: LKBN ANTARA Kepri bantu warga korban gelombang pasang di Batam
Sementara, kata Evy, saat itu pendaftaran siswa baru sudah tutup. Bahkan siswa sudah mulai belajar meski secara daring atau online.
Beruntung pihak Disdik Bintan dan Kepala Sekolah di Toapaya mau menerima Ati. Akhirnya anak kedua dari tiga bersaudara itu bisa menyusul teman-temannya masuk sekolah.
"Makanya kita juga belikan handphone supaya Ati bisa belajar daring. Adik bungsunya juga masih sekolah daring, jadi bisa dipakai secara bergantian," ujar Evy.
Evy berharap handphone itu tidak hanya dimanfaatkan sebagai sarana pendukung belajar daring bagi Ati maupun adiknya.
Terlepas dari itu, lanjut Evy, bisa pula digunakan buat mencari uang dengan berjualan/berbisnis secara online. Misalnya, Ati dan keluarga menawarkan jasa kebersihan rumah melalui media sosial Instagram maupun Facebook.
"Itu masukan dari ANTARA. Kita ajarkan hidup mandiri dengan memanfaatkan teknologi untuk berbisnis, karena petani tidak setiap harinya menghasilkan," ujar Evy.
Lebih lanjut, Evy menyampaikan pihak keluarga Ati juga sempat mengeluh mengenai seragam masuk sekolah baru yang membutuhkan biaya sekitar Rp1,6 juta.
Baca juga: Mahasiswa ISI Denpasar-Bali kunjungi kantor biro LKBN ANTARA Bali
Namun, setelah ANTARA berkomunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri Muhammad Dali. Ternyata membeli seragam sekolah tidak wajibkan bagi siswa SMA.
"Diharapkan Ati tetap bersekolah dan jangan sampai putus sekolah karena tak ada seragam," sebutnya.
Evy menyampaikan Ati dan keluarga menjadi contoh kasus warga yang terkena dampak pandemi COVID-19.
Dia berharap ada perhatian dari pemerintah daerah. Salah satunya menyediakan seragam gratis bagi siswa dalam menyongsong pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang direncanakan mulai berjalan 1 Oktober 2021.
"ANTARA hanya memberi stimulus untuk mendorong agar pemerintah melakukan hal serupa ke warga-warga terdampak pandemi COVID-19," demikian Evy.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Bantuan ini bentuk program bina lingkungan ANTARA terhadap masyarakat terdampak pandemi COVID-19," kata Kepala Biro ANTARA Kepri Evy Ratnawati Syamsir, di Batam, Senin.
Evy menceritakan kronologi pemberian bantuan itu berawal sekitar dua bulan lalu, ANTARA Kepri menemukan seorang anak perempuan dari keluarga petani di Kabupaten Bintan yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA setelah lulus SMP karena dipicu masalah keuangan.
"Nama anaknya Ati," ucap Evy.
ANTARA kemudian menghubungi Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bintan Tamsir dan salah satu sekolah SMA Negeri di Kecamatan Toapaya untuk menerima si anak tersebut.
Baca juga: LKBN ANTARA Kepri bantu warga korban gelombang pasang di Batam
Sementara, kata Evy, saat itu pendaftaran siswa baru sudah tutup. Bahkan siswa sudah mulai belajar meski secara daring atau online.
Beruntung pihak Disdik Bintan dan Kepala Sekolah di Toapaya mau menerima Ati. Akhirnya anak kedua dari tiga bersaudara itu bisa menyusul teman-temannya masuk sekolah.
"Makanya kita juga belikan handphone supaya Ati bisa belajar daring. Adik bungsunya juga masih sekolah daring, jadi bisa dipakai secara bergantian," ujar Evy.
Evy berharap handphone itu tidak hanya dimanfaatkan sebagai sarana pendukung belajar daring bagi Ati maupun adiknya.
Terlepas dari itu, lanjut Evy, bisa pula digunakan buat mencari uang dengan berjualan/berbisnis secara online. Misalnya, Ati dan keluarga menawarkan jasa kebersihan rumah melalui media sosial Instagram maupun Facebook.
"Itu masukan dari ANTARA. Kita ajarkan hidup mandiri dengan memanfaatkan teknologi untuk berbisnis, karena petani tidak setiap harinya menghasilkan," ujar Evy.
Lebih lanjut, Evy menyampaikan pihak keluarga Ati juga sempat mengeluh mengenai seragam masuk sekolah baru yang membutuhkan biaya sekitar Rp1,6 juta.
Baca juga: Mahasiswa ISI Denpasar-Bali kunjungi kantor biro LKBN ANTARA Bali
Namun, setelah ANTARA berkomunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri Muhammad Dali. Ternyata membeli seragam sekolah tidak wajibkan bagi siswa SMA.
"Diharapkan Ati tetap bersekolah dan jangan sampai putus sekolah karena tak ada seragam," sebutnya.
Evy menyampaikan Ati dan keluarga menjadi contoh kasus warga yang terkena dampak pandemi COVID-19.
Dia berharap ada perhatian dari pemerintah daerah. Salah satunya menyediakan seragam gratis bagi siswa dalam menyongsong pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang direncanakan mulai berjalan 1 Oktober 2021.
"ANTARA hanya memberi stimulus untuk mendorong agar pemerintah melakukan hal serupa ke warga-warga terdampak pandemi COVID-19," demikian Evy.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021