Barabai, Kalsel (Antara Bali) - Masyarakat Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, menggelar rangkaian ritual "Aruh" dalam bentuk upacara adat sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen.

Mido Basmi, seorang tokoh masyarakat adat Dayak Alai, Sub Etnis Dayak Meratus Balai Panyatnyan Agung Mula Adat di Datar Ajab, Desa Hinas Kanan, Kecamatan Hantakan, Rabu, mengatakan, rangkaian ritual "Aruh" itu terdiri atas beberapa tahapan.

"Sejak proses menanam padi, panen hingga usai memetik hasilnya, masyarakat kami selalu melaksanakan ritual 'Aruh' adat (upacara adat) sebagai bentuk penghormatan kepada padi dan rasa syukur kepada Tuhan," ujarnya.

Prosesi ritual saat menanam hingga ketika panen, dilakukan secara perorangan oleh masing-masing umbun atau kepala keluarga dalam skala kecil. Rangkaian upacara adat pascapanen secara besar-besaran dilakukan dengan mengundang Sub Etnis Dayak Meratus lainnya yang berasal dari seluruh Kalsel.

Menurut Mido, ritual dalam skala besar itu bisa berlangsung satu hari, tiga hari, satu minggu, hingga puluhan hari. Puncak pelaksanaan "Aruh" adat disebut "Aruh Ganal" atau perayaan besar yang dihadiri warga Dayak Meratus lainnya di Kalsel.

Namun terlebih dahulu digelar ritual "Aruh Pisit Banih" yaitu upacara yang mengiringi saat padi dimasukkan ke "Lu'ung" atau lumbung padi. "Pada ritual itu para Balian atau pemuka agama Dayak Meratus 'bamamang' atau membaca mantra-mantra berisi pujian kepada para dewa sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diberikan," katanya.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012