Denpasar (Antara Bali) - Seniman muda dari Banjar Angabaya, Kelurahan Penatih, Denpasar Timur melakukan inovasi tarian topeng menjadi lebih kreatif dan hidup tanpa menghilangkan kaidah tarian khas Pulau Dewata bernuansa sakral itu pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-34.
"Tari topeng tradisional biasanya tidak bersuara tetapi kami melakukan inovasi dengan adanya suara melalui dialog dan nyanyian," kata Koordinator Sanggar Topeng Panca Kanda Eka Suara Murti, Made Kembar Suardika, di Denpasar, Kamis.
Dia mengatakan bahwa inovasi itu dilakukan untuk membuat tarian topeng lebih menarik sehingga penonton tidak jenuh. Hal itu juga sekaligus menumbuhkan semangat apreasiasi budaya kepada generasi muda untuk mencintai seni tradisional yang kini nyaris ditinggalkan.
Pementasan yang digelar di Kalangan Angsoka, ratusan penonton dihibur dengan kemunculan empat penari topeng laki - laki yang tampil satu per satu. Penampilan pertama diawali datangnya seorang penari dengan gerakan yang lucu dan membawa kipas tangan, sehingga mengundang tawa penonton.
Disusul kemudian dengan penampilan sosok kakek tua yang digambarkan memiliki karakter bijak dengan gerakan renta, sembari menghampiri penonton sebagai bagian mendekatkan diri dengan penonton.
Penampilan penari topeng itu sekaligus sebagai media kritik sosial melalui pementasan "bondres" atau lawakan khas Bali yang mengetengahkan kehidupan masyarakat sehari - hari.(DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Tari topeng tradisional biasanya tidak bersuara tetapi kami melakukan inovasi dengan adanya suara melalui dialog dan nyanyian," kata Koordinator Sanggar Topeng Panca Kanda Eka Suara Murti, Made Kembar Suardika, di Denpasar, Kamis.
Dia mengatakan bahwa inovasi itu dilakukan untuk membuat tarian topeng lebih menarik sehingga penonton tidak jenuh. Hal itu juga sekaligus menumbuhkan semangat apreasiasi budaya kepada generasi muda untuk mencintai seni tradisional yang kini nyaris ditinggalkan.
Pementasan yang digelar di Kalangan Angsoka, ratusan penonton dihibur dengan kemunculan empat penari topeng laki - laki yang tampil satu per satu. Penampilan pertama diawali datangnya seorang penari dengan gerakan yang lucu dan membawa kipas tangan, sehingga mengundang tawa penonton.
Disusul kemudian dengan penampilan sosok kakek tua yang digambarkan memiliki karakter bijak dengan gerakan renta, sembari menghampiri penonton sebagai bagian mendekatkan diri dengan penonton.
Penampilan penari topeng itu sekaligus sebagai media kritik sosial melalui pementasan "bondres" atau lawakan khas Bali yang mengetengahkan kehidupan masyarakat sehari - hari.(DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012