Denpasar (Antara Bali) - Masyarakat yang mengunjungi arena Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-34 antusias menyaksikan parade Ngelawang yang ditampilkan di depan Gedung Kriya, Taman Budaya Denpasar.
     
"Ngelawang biasanya digelar seusai Hari Raya Galungan atau Kuningan yang biasanya pertunjukannya dilakukan dari pintu ke pintu dalam suatu lingkungan," kata koordinator Sekaa atau Kelompok Ngelawang Sekar Rahayu, Banjar Pondok, Desa Peguyangan Kaja, Denpasar Utara, Gede Sudi Arcana, Minggu.
     
Kelompok ngelawang itu menampilkan 52 penari dan "penabuh" atau pengiring musik tradisional terdiri dari gong, kempur, kendang, dan cengceng.
     
Parade ngelawang itu selain diikuti perwakilan dari Kota Denpasar, juga diikuti perwakilan dari Kabupaten Karangasem, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Bangli, dengan membawakan masing - masing cerita berbeda yang memiliki pesan moral.
     
Ngelawang memiliki makna melanglang yang biasanya ditampilkan di luar pura pada sebuah lingkungan baik banjar atau desa dan dipercaya sebagai bentuk perlindungan penolak bala kepada seluruh masyarakat.

Setiap pementasan beberapa benda-benda keramat ditampilkan seperti dari Kota Denpasar yang membawakan Barong Bangkung atau barong berwujud babi, dan Kabupaten Karangasem mengusung Rangda.

Barong itu terdiri dari topeng yang rahangnya bisa digerakkan oleh penari, sedangkan rangda merupakan makhluk yang berwujud menyeramkan. Badan sang barong ngelawang terbuat dari kain loreng mirip bulu macan yang dibawakan apik anak- anak.
     
Tampilnya anak- anak itu pun dinilai sebagai suatu apresiasi generasi muda terhadap budaya. Selain mengusung barong atau rangda, pementasan juga ditampilkan tarian seperti tari janger atau tari pergaulan.

Dengan diiringi lantunan suara gong menambah semarak penampilan yang disaksikan ribuan penonton. Mereka berdesakan di depan panggung bahkan banyak yang berdiri sehingga membuat dekat antara penari dengan penonton.(DWA/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012