Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi terus melemah seiring kasus baru COVID-19 di Tanah Air yang tembus lebih dari 38.000 kasus per hari.
Pada pukul 9.48 WIB, rupiah melemah 18 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.543 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.525 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan, sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat menurun dengan turunnya indeks saham global pada perdagangan Kamis (8/7) kemarin dan pagi ini indeks saham Asia bergerak melemah.
Menurut Ariston, rupiah mungkin bisa melemah hari ini dengan sentimen pasar tersebut.
"Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan kasus COVID-19 karena virus delta menjadi pemicu pasar enggan masuk ke aset berisiko," ujar Ariston.
Selain itu, indikasi pengetatan moneter oleh bank sentral AS The Fed bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, juga membantu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.
Dalam notulen rapatnya yang dirilis Kamis (8/7) dini hari kemarin, para pejabat Fed mulai mempertimbangkan pengurangan pembelian aset bulanan bila data-data ekonomi membaik.
Pembelian aset merupakan salah satu stimulus moneter bank sentral untuk menggerakkan perekonomian dengan likuiditas berimbal hasil rendah.
"Dari dalam negeri, situasi kasus baru COVID-19 yang terus mencapai rekor menjadi penekan rupiah. PPKM darurat yang diberlakukan lebih lama bisa menekan pertumbuhan ekonomi," kata Ariston.
Pada Kamis (8/7) kemarin, jumlah kasus baru COVID-19 di Indonesia mencapai 38.391 kasus, rekor baru selama pandemi, sehingga total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menjadi 2.417.788 kasus.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi bergerak melemah ke kisaran Rp14.580 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.500 per dolar AS.
Pada Kamis (8/7) lalu, rupiah ditutup melemah 42 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp14.525 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.483 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Pada pukul 9.48 WIB, rupiah melemah 18 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.543 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.525 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan, sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat menurun dengan turunnya indeks saham global pada perdagangan Kamis (8/7) kemarin dan pagi ini indeks saham Asia bergerak melemah.
Menurut Ariston, rupiah mungkin bisa melemah hari ini dengan sentimen pasar tersebut.
"Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan kasus COVID-19 karena virus delta menjadi pemicu pasar enggan masuk ke aset berisiko," ujar Ariston.
Selain itu, indikasi pengetatan moneter oleh bank sentral AS The Fed bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, juga membantu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.
Dalam notulen rapatnya yang dirilis Kamis (8/7) dini hari kemarin, para pejabat Fed mulai mempertimbangkan pengurangan pembelian aset bulanan bila data-data ekonomi membaik.
Pembelian aset merupakan salah satu stimulus moneter bank sentral untuk menggerakkan perekonomian dengan likuiditas berimbal hasil rendah.
"Dari dalam negeri, situasi kasus baru COVID-19 yang terus mencapai rekor menjadi penekan rupiah. PPKM darurat yang diberlakukan lebih lama bisa menekan pertumbuhan ekonomi," kata Ariston.
Pada Kamis (8/7) kemarin, jumlah kasus baru COVID-19 di Indonesia mencapai 38.391 kasus, rekor baru selama pandemi, sehingga total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menjadi 2.417.788 kasus.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi bergerak melemah ke kisaran Rp14.580 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.500 per dolar AS.
Pada Kamis (8/7) lalu, rupiah ditutup melemah 42 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp14.525 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.483 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021